Laura:
Kenapa gue ditakdirin jadi cewe gak bisa diem? Kenapa gue harus nurunin sikap Bunda yang hiperaktif .. duhh! *tepuk jidat.
Nathan:
Heran deh sama tuh cewe. Sikapnya gak bisa diem banget kaya cacing kepanasan. Gak capek apa pecicilan mulu.
SATU
"Would you still love me
the same". Suara nyanyian Laura membuat seisi kelas menatapnya kagum.
Bagaimana tidak? Suaranya sangat merdu dan enak didengar.
Bahkan diam-diam Nathan mengagumi suara Laura itu.
Laura tidak tau kalau
dirinya sedang diperhatikan seisi kelas. Karena Laura sedang menunduk.
Membaca novel sambil mendengarkan musik melalui earphonenya.
Jangan tanyakan soal
musik karena Laura sangat menyukainya. Baginya tanpa handphone dan
earphone adalah masalah hidupnya. Karena dengan mendengar musik hati
Laura kembali tenang. Larut dalam alunan musik yang Laura sukai.
Bel istirahat sudah
berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Namun Nathan masih diam pada
tempatnya. Mengerjakan soal fisika mati-matian. Ah Nathan benci fisika.
Kalau pr ini dibawa
pulang kerumah jangan tanyakan lagi. Pasti tidak dikerjakan oleh Nathan.
Entah kenapa rasanya belajar di rumah dengan disekolah beda rasanya.
Dirumah lebih suka males-malesan. Nanti akan dikerjakan. Selalu berfikir begitu. Hingga pada akhirnya tidak dikerjakan juga tugas rumah itu. Atau sering disebut Pr.
"Lo gak istirahat?".
Tanya Fellu kepada Laura yang masih asik berkutat dengan novelnya. Dalam
hitungan detik Laura kembali dalam dunia nyatanya.
Laura melepas satu
earphonenya dan menatap Fellu dan Angel bergantian. Sadar akan sesuatu
Laura menggeleng kecil. Laura masih ingin membaca novelnya hingga habis.
"Emang gak laper?". Tanya Angel menatap Laura dan buku novelnya itu bergantian.
"Eumm lo tau kan gue kalo udah ditemuin sama novel susah pisahnya". Ucap Laura memasang wajah sedihnya.
"Kan bisa dibaca nanti lagi Laura". Ucap Fellu ada benarnya juga.
BRAK!
Nathan membanting buku
paket fisikanya yang tebal itu. Otaknya benar-benar sudah mendidih akan
rumus-rumus fisika. Rasanya kepala Nathan ingin pecah sekarang juga.
Disampingnya. Laura, Fellu dan Angel menatapnya aneh. Hingga akhirnya Laura kembali mengobrol dengan Angel dan Fellu.
Nathan bangun dari tempat duduknya. Menyusul sahabatnya di kantin. Yaa, Rafly dan Gilang.
Sudah seminggu Laura
menetap pada sekolah barunya ini. Bahkan kalau Nathan perhatikan Laura
sudah memiliki banyak teman. Atau bisa dibilang sudah menjadi most wanted sekolah.
Tampang nya cantik.
Rambut hitam. Hidung mancung. Tinggi. Putih dan segala ke-perfect-kan
nya membuat para kaum Adam menyukainya.
"Yaudah deh gue ke
kantin". Ucap Laura menutup novelnya. Setelah sudah dibatasi bukunya
dengan pembatas buku ia berjalan di samping Fellu.
Diluar ramai sekali.
Banyak yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mengobrol. Bermain
basket di lapangan. Oh! ada juga yang sedang pacaran. Laura tertawa
kecil melihat disekitarnya banyak yang sedang berduaan.
Terkadang Laura suka rindu akan sosok dia yang lama hilang. Yaa, sosok nya yang hampir melengkapi warna dalam kehidupannya.
Setelah Laura berpindah ke Asia. Kekasihnya tidak lagi menghubunginya. Oh bahkan handphone nya jarang aktif sekarang.
Laura sudah biasa akan kekasihnya yang suka hilang tiba-tiba tanpa kabar.
Bagaimana pun juga Laura
harus menerima resikonya. Kalau mau merasakan cinta maka harus siap
merasakan sakitnya juga. Bukankah itu sudah menjadi satu paket dalam hal
cinta bukan?
Dan sekarang Laura sedang merasakan pahitnya.
"Nathan!!". Teriak perempuan di belakang Laura membuat Laura menghentikan langkahnya dan menoleh ke asal suara.
"Haiii". Jawab Nathan yang sudah melambaikan tangannya kearah perempuan berambut panjang berwarna pirang itu.
Laura menatap gadis itu dengan tatapan aneh. Sebelumnya ia tak pernah melihat gadis itu.
"Itu Bila. Pacarnya Nathan dari kelas satu SMA". Ucap Fellu tiba-tiba membuat Laura sadar dari lamunannya.
"Gue gak suka sama dia
najis. Lo harus tau ya Ra dia kalo di belakang Nathan berandal banget
sifatnya. Suka ke club malem lagi. Ewh". Ucap Angel duduk ditempat duduk
kosong. Laura dan Fellu ikut duduk disampingnya.
"Siomaynya goceng ya
bang! Tiga piring". Teriak Fellu membuat pasang mata menatapnya. Oh
jangan tanyakan ini lagi pada Laura. Laura sama sekali tidak merasa malu
memiliki teman yang apa adanya.
"Minumnya apa neng?". Tanya tukang somay.
"Jus mangga. Tiga juga ya bang". Teriak Fellu lagi yang dibalas acungan jempol abang Somay.
"Emang dia itu kenapa?". Tanya Laura lagi kepada Angel.
"Duh gitu deh. Dibelakang Nathan nih ya tingkah nya kaya cabe-cabean tapi kalo didepan Nathan wah pasang topeng bidadari deh". Ucap Fellu membuat Laura makin bingung.
"Intinya dibelakang Nathan dia tuh busuk banget". Bisik Angel mengetahui Bila melewati mejanya bersama Nathan.
Laura hanya manggut-manggut tanda mengerti. Pesanannya sudah sampai. Dengan gerakan lamban ketiganya menghabiskan makanannya.
*****
"Nath nanti anterin aku belanja baju mau gak?". Tanya Bila tiba-tiba membuat Nathan mengeryitkan dahi bingung. Untuk apa? Padahal kemarin baru saja belanja baju. Batin Nathan bertanya-tanya.
"Nanti
malem kan aku ada pesta di club. Temen aku ulang tahun soalnya". Dusta
Bila pada Nathan. Namun Nathan hanya manggut-manggut saja. Nathan selalu
menerima Bila apa adanya. Sanking sayangnya Nathan selalu percaya
dengan Bila.
"Yaudah aku pulang duluan ya sama Michael!". Ucap Bila mencium pipi Nathan sekilas dan melesat pergi.
Nathan hanya menghembuskan nafas lelah saja.
Jam
pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Suasana sekolah sudah sepi
hanya ada beberapa anak saja yang sedang menunggu jemputan.
Hari mulai mendung. Sepertinya Nathan harus segera pulang kalau tidak mau basah kuyub akibat air hujan.
Namun
matanya tertuju pada satu gadis yang berdiri di pos sekolah. Kedua
telapak tangannya disatukan dan di gesekan berlawan arah.
Memang cuaca kali ini sudah sangat dingin.
Nathan kembali berjalan kearah parkiran. Mengambil motor ninja kesayangannya itu dan melesat keluar sekolah.
Namun
sesuatu mengganjal pada hatinya. Melihat satu gadis yang nampak sangat
khawatir. Berulang kali mengecek handphone nya dan menghembuskan nafas
lelah.
Hari ini Laura tidak bisa dijemput.
Nathan kembali menarik gas motornya dan berhenti tepat didepan Laura. Rintik hujan sudah turun sedikit demi sedikit.
Nathan membuka kaca helmnya dan menatap manik mata Laura. Laura sempat tersentak dengan kehadiran Nathan yang tiba-tiba.
"Naik". Ucap Nathan dengan nada ketus dan dingin. Baru saja Laura ingin membuka mulutnya tapi Nathan kembali berbicara.
"Cepet mau ujan. Gak dijemput kan lo? Mau ujan-ujanan?". Tanya Nathan yang dibalas gelengan Laura.
"Emang rumah lo searah sama rumah gue?". Tanya Laura yang dibalas angkatan bahu Nathan.
"Cepet".
Ucap Nathan lagi. Laura mendengus kesal dengan sikap pemaksa Nathan
namun dingin juga. Laura menaiki motor Nathan dan duduk menyamping.
Karena Laura memakai rok.
Laura tau Nathan tidak suka berbasa-basi.
"Jangan nyamping gue gak bisa". Ucap Nathan yang dibalas keryitan dahi Laura.
Nathan melepas jaketnya dan memberikannya kepada Laura. Lagi dan lagi Laura dibuat bingung.
"Duduknya
jangan nyamping. Tutupin paha lo pake jaket gue aja". Ucap Nathan yang
dibalas bulatan mata Laura. Entah kenapa jantung Laura berdetak lebih
cepat saat Nathan berkata seperti itu.
Dengan gerakan hati-hati Laura membenarkan duduknya menjadi tidak menyamping. Menutup pahanya dengan jaket Nathan.
Nathan melepas helmnya dan memberikannya kepada Laura. Laura kembali bingung.
"Lo
aja yang pake. Biar gak kenapa-kenapa". Ucap Nathan sukses membuat
jantung Laura kembali berdetak cepat. Setelah Laura memakai helmnya
wangi rambut Nathan menyeruak dalam indra penciumannya.
Tanpa basa-basi lagi Nathan melajukan motornya. Mengantar Laura pulang kerumahnya.
DUA
"ANJIR KAK LO DIANTER
COGAN SIAPA ANJIR GANTENG BANGET AAAAA". Ucap Nathalia antusias. Dia
adik Laura. Adik perempuan lebih tepatnya.
Nathalia ini termasuk
fangirl. Idolanya kalau tidak BTS yaa Justin Bieber. Oh jangan tanyakan
lagi kamarnya seperti apa. Semua tembok kamarnya penuh dengan
poster-poster artis luar negri.
Seperti Shawn Mendes,
Cameron Dallas, One direction, BTS, Exo, Justin Bieber dan masih banyak
lagi. Ahh dia juga adik yang sangat bawel dan cerewet jika dengar atau
tau tentang cogan.
Nathalia ini juga satu sekolah dengan Laura. Bedanya Laura kelas 11 dan Nathalia kelas 10 SMA.
Kalau difikir-fikir. Keluarga Laura memang termasuk keluarga yang hiperaktif. Pandai bergaul dan lebih suka apa adanya.
"Apaan cogan sih---kaya
gitu cogan?". Ucap Laura melepas seragam sekolahnya. Bunda dan Ayahnya
sedang kerja sekarang. Jadi dirumah hanya ada Laura, Nathalia dan bi
Juli.
"Ih sumpah kak tadi
ganteng banget cowonya. Boleh lah kak kenalin. Oh atau jangan-jangan
kakak udah move on dari cowok kakak yah yang namanya Niall? Atau
Michael?". Ucap Nathalia membuat Laura mendengus malas.
"Michael dek. Niall sama Michael jauh beda kali". Ucap Laura membuka laptopnya dan menyalakannya.
"Ah iya lah! Masih gantengan NIAL HORAN". Ucap Nathalia antusias. Benar kan? Soal cogan memang Nathalia yang paling jago.
"Dek pindah ke kamar lo sana. Gue mau ngerjain tugas". Ucap Laura sepenuhnya berbohong.
"Ah bilang aja mau ngestalk kakak cogan tadi". Ledek Nathalia lalu berjalan keluar.
"Ihh udah ah sana!".
Ucap Laura melempar bantal kearah Nathalia. Namun meleset karena
Nathalia lebih dulu menutup pintu kamar Laura.
Senyum Laura mengembang.
Sekarang saatnya Laura membuka twitter dan mencari nama Nathan. Ahh
jangan twitter. Karena Laura sudah sangat malas membukanya.
Diraihnya handphoennya dan membuka instagram. Ditulisnya nama Nathan dikolom cari.
Senyum Laura makin
mengembang saat nama Nathan sudah tertera dibaris paling atas. Oh bahkan
dia memakai fotonya sebagai profile nya.
Namun senyum Laura makin memudar saat tau semua isi foto di instagram Nathan hanya ada Nathan dan Bila.
Laura memutar bola matanya malas saat terdapat foto Bila mencium pipi Nathan.
Terkadang kalaupun
perkataan Fellu dan Angel benar--- mengapa Nathan masih bertahan dengan
kekasihnya sekarang?. Padahal Nathan tau Bila bukan perempuan baik.
Nathan terlalu terobsesi akan sosok Bila mungkin.
Atau Bila melakukan suatu hal agar Nathan mencintainya?
Buru-buru Laura
menghapus fikiran negatifnya. Bagaimanapun Laura belum pernah melihat
Bila menjadi gadis yang tidak baik. Laura tidak akan percaya dengan
omongan orang lain jika belum melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Termasuk omongan dari sahabatnya atau orang terdekat nya.
"Ah gue cari aja kali ya ig Bila". Gumam Laura yang mulai dilanda kepo.
Diketik kembali nama Bila di kolom cari. Laura mendengus kesal saat nama Bila yang di cari nya tidak dapat ditemukan.
"Lupain Ra. Buang-buang waktu aja lo cari kaya gituan". Ucap Laura mengusap wajahnya pelan.
"Tapi kenapa jantung gue
kenceng banget ya degupannya tadi. Padahal Nathan cuma ngelakuin hal
kecil. Bisa aja dia cuma mau anterin lo pulang dan gak mau lo
kenapa-kenapa karena dia gak mau tanggung jawab kalo ada apa-apa sama lo
pas Nathan anter lo pulang? Bisa aja kan?". Ucap Laura berbicara
sendiri menatap langit-langit kamarnya.
"Lupain Ra. Anggep aja
Nathan cuma anterin lo pulang. Dan itu hanya kebetulan". Ucap Laura
memejamkan matanya. Berusaha untuk tidur agar bangun nanti tubuhnya
lebih fresh lagi.
Dan Laura pun larut dalam mimpinya.
******
"Dari
mana aja bang baru pulang?". Tanya Crystall kepada anak laki-lakinya.
Satu-satunya anak laki-laki yang mirip dan menurun wajah suaminya.
Mungkin kalau Nathan jalan bersama Ferro. Nathan akan dikira adiknya.
"Abis main bentar". Jawab Nathan berbohong.
"Alah
paling anter Bila Bila itu Bun. Yang Nabilah bilang waktu itu sering
ketemu kakak di club". Ucap Nabilah kakak pertamanya Nathan.
Kalau dijumlah anak dari Crystall ada tiga. Yang pertama Nabilah Milken. Anak perempuan. Sudah kuliah.
Yang kedua Nathan Milnick Heldon. Anak laki-laki. Masih kelas XI SMA.
Yang ketiga Nathen Azka Heldon. Anak laki-laki yang baru menginjakan kakinya di SMA.
"Kamu masih pacaran sama dia bang?". Tanya Ferro mengintrogasi anak laki-lakinya.
Ferro hari ini pulang kerja lebih cepat. Jadi Ferro bisa melihat kondisi anaknya kalau tidak ada dirinya dirumah.
"Masih". Ucap Nathan singkat. Nathan berjalan kearah meja makan. Memoleskan roti dengan selai kacang kesukaannya.
"Padahal
kan dia suka ke club bang. Emang Abang tau kalo dia cewe baik-baik?".
Tanya Ferro lagi. Crystall menatap suaminya. Crystall tau kalau sudah
begini bagian urusan Ferro yang menasehati anaknya.
Mengetahui Ferro kepala keluarga.
"Cewe
yang suka ke club bukan berarti cewek yang gak baik Yah". Ucap Nathan
memakan roti selai kacangnya. Menatap tv yang sedang menyiarkan berita.
"Tapi
gak baik juga kalo masih dipacarin. Emang kamu udah pernah liat dia
kalo di club gimana?". Tanya Nabilah menatap adiknya yang keras kepala.
Menurun sikap Ayahnya sekali.
"Sekarang gue tanya ka. Lo suka ke club malem. Berarti lo cewe gak baik juga?". Tanya Nathan. Nabilah membulatkan matanya.
"Berarti
kalo lo suka ke club lo juga suka main sama om-om dong". Ucap Nathan
yang dibalas terkejutan semuanya. Nabilah menggebrak meja dan menunjuk
wajah adiknya.
"Lo
kalo ngomong dijaga yah! Gue ke club selalu bareng temen cewe gue! Gak
pernah mabok atau pun ngeroko. Disana gue cuma nongkrong dan ngobrol
biasa. Gak kaya cewe lo! Main sama om-om!". Crystall bangkit dari
duduknya. Menengahi kedua anaknya yang mulai ribut.
"Jaga omongan lo kak!". Ucap Nathan melayangkan tangannya dan mendarat sempurna di pipi Nabilah.
"Abang!!!".
Teriak Ferro menarik pundak Nathan agar mundur dan menjauhi Nabilah.
Crystall membulatkan matanya. Tidak menyangka kalau anaknya berani
menampar kakaknya seperti tadi.
"Abang! Kamu lebih pilih perempuan itu dibanding keluarga kamu hah!!". Bentak Ferro.
Nabilah
sudah menangis dalam pelukan Crystall. Crystall tidak bisa mengatakan
apapun dalam mulutnya. Crystall terlalu terkejut dengan apa yang barusan
Nathan lakukan.
"Kamu---".
"Permisi".
Ucap Nathan menyambar kunci mobilnya lagi. Tidak peduli dengan
panggilan orang tuanya. Nathan melesatkan mobilnya menjauh.
Ini bukan Nathan yang seperti biasanya.
Nathan melajukan
mobilnya dengan kecepatan penuh. Entah kemana dia pergi dia tidak tau.
Tiba-tiba saja mobilnya berhenti didepan rumah seorang gadis yang
beberapa jam lalu diantarnya pulang.
Rumah Laura.
Laura yang sedang
menyiram tanaman terkejut akan mobil yang berhenti didepan rumahnya.
Lebih terkejut lagi saat melihat siapa yang turun dari mobil.
Dia Nathan.
"Nath lo ngapain balik
lagi?". Tanya Laura. Tidak peduli dengan pertanyaan Laura Nathan masuk
kedalam begitu saja. Membuka gerbang rumah Laura dan menghampiri Laura.
Laura bergidik ngeri
saat melihat tampilan Nathan yang berantakan. Masih memakai baju putih
abu-abu nya. Bajunya lecak. Nathan terlihat berantakan sekali.
Nathan berhenti tepat di depan Laura. Menatap manik mata Laura tajam. Seperti biasa tanpa senyum sedikitpun.
Air yang mengalir
melalui selang taman depan rumah Laura masih mengalir. Menimbulkan suara
gemercik air yang jatuh pada rumput kecil taman depan rumah Laura.
Karena Laura sedang menyiram tanaman rumahnya.
Laura tidak bisa tidur
tadi dan memutuskan menyiram tanamannya yang dari kemarin lupa disiram.
Kalau sampai ada tanaman yang mati bisa-bisa Laura diomeli Bundanya.
Tanpa mengatakan apapun
Nathan memeluk Laura. Menenggelamkan wajahnya pada tengkuk leher Laura.
Laura merasakan jantungnya ingin lepas sekarang juga. Ini terlalu
tiba-tiba.
"Nath--"
"Bentar aja Ra. Please".
TIGA
Laura menatap Nathan
yang sedang menunduk. Kedua jari tangannya saling bertautan.
Pandangannya kosong. Memang matanya menatap jari tangannya namun
fikirannya sedang menerawang dan terbang entah kemana.
Laura berulang kali menarik dan menghembuskan nafasnya. Berusaha menetralkan jantungnya akibat kejadian tadi.
Laura baru mengenalnya namun Nathan sudah berani memeluknya tadi.
Tiba-tiba Nathan menatap Laura. Menghembuskan nafasnya. Menunjukan kalau Nathan benar-benar sedang banyak masalah.
"Nath?". Tanya Laura memberanikan diri.
"Hm?". Jawab Nathan mengalihkan pandangannya lagi menatap jari-jemarinya.
"Lo kenapa dah?". Tanya Laura lagi yang mulai penasaran.
"Ada masalah dirumah". Ucap Nathan yang dibalas anggukan kepala Laura.
Laura menunggu Nathan yang akan bicara sendiri akan masalahnya. Tidak mau memaksa dan tidak mau sok tau juga.
"Gue balik". Ucap Nathan tiba-tiba. Laura membulatkan matanya.
aneh banget nih orang najis dah.
"Sorry ganggu waktunya tadi". Nathan berlalu pergi meninggalkan Laura yang masih diam terpaku menatap Nathan.
Hingga punggung Nathan hilang dibelokan pintu rumahnya.
Laura tidak mau
menyusul. Tidak mau juga mengantarnya sampai depan pagar rumahnya. Jadi
Laura memutuskan kembali ke kamarnya saja.
Cowo aneh. dateng tiba-tiba meluk terus pulang gitu aja tanpa cerita?
******
Pagi ini seperti biasanya. Laura duduk berkumpul bersama temannya. Membicarakan hal-hal yang cukup enak dibicarakan.
Seperti
ka Miko. Ketua tim basket SMA nya yang sedang dibicarakan murid-murid
seentero sekolahnya. Bagaimana tidak? Wajahnya tampan, pintar, perfect
sekali.
"Kemarin gue se-bis loh sama ka Miko". Ucap Fellu antusias.
"Gue pernah se-bis juga sama dia. Anjir gak senyum aja tuh orang ganteng banget". Ucap Angel juga antusias.
Namun berbeda dengan Laura yang sibuk berkutat dengan novelnya. Tidak peduli dengan pembicaraan Fellu dan Angel.
Hari
ini Laura akan berusaha menjadi anak yang pendiam dan biasa saja. Namun
sedari tadi Laura menahan dirinya. Sebenarnya sedari tadi Laura ingin
ikut membicarakan ka Miko yang juga dikagumi Laura.
Namun pikirannya mengingatkan kalau Laura hari ini harus menjadi anak pendiam.
Kalau
saja Laura tidak ada niatan seperti ini Laura pasti akan
berteriak-teriak mendengar nama Ka Miko. Bilang kalau Laura mulai
ketularan Nathalia.
"Ra! lo kenapa diem aja?". Tanya Fellu menatap Laura yang sedang menunduk sambil membaca novelnya.
Namun lembar halamannya masih sama saja. Tidak dibalik-balik sejak tadi.
"Eh? Hah?". Tanya Laura menatap Fellu dan Angel bergantian. Diam-diam Nathan memperhatikannya.
"Lo---"
"Nath!
Basket yuk sama Miko". Ucap Rafly dengan nafas terengah-engah. Mungkin
Rafly sehabis dari lapangan dan menghampiri Nathan untuk mengajaknya
bermain.
"Dimana Gilang?". Tanya Nathan bangkit dari duduknya.
"Udah
dilapangan". Nathan mengangguk dan berjalan keluar. Laura menatap terus
punggung Nathan sampai hilang di pandangan. Ahh akhir-akhir ini Laura
menjadi sering memerhatikan Nathan.
Beruntung
hari ini freeclass. Kalau tidak? Mungkin Laura akan mati karena degupan
jantungnya yang terlalu cepat berdetak. Menimbulkan rasa geli
diperutnya. Kenapa? Karena Laura duduk sebangku dengan Nathan.
"Ra?
Lo suka sama Nathan yah?". Ucap Angel menepuk pundak Laura. Laura
terkesiap dan kembali menghadapkan tubuhnya ke arah Angel dan Fellu.
Suasana
kelasnya sudah sepi. Berbondong-bondong para siswi berlarian menuju
lapangan basket. Bagaimana tidak? Anak kelas XII dan XI bertanding
basket sekarang.
Mengetahui kelas XI yang bermain juga termasuk most wanted sekolah. dan termasuk kelasan Laura juga.
"Guyss lo gak liat ka Miko sama Nathan main?!!". Teriak Hati. Teman sekelas Laura juga.
Baru
saja Laura ingin menggelengkan kepalanya namun pergelangan tangannya
sudah ditarik paksa oleh Angel dan Fellu menuju lapangan basket.
******
"WHOAAA
NATHANN!!!". Teriak Bila membuat Fellu meringis pelan. Disamping Fellu
terdapat Bila dan gengnya yang sedang menyemangati Nathan. Disebelah
kiri Fellu terdapat Laura dan disebelah Laura terdapat Angel.
"Cabe".
Gumam Fellu mulai kesal akan teriakan dari mulut Bila. Beruntung
suasana sedang ramai jadi gumaman Fellu tidak akan terdengar.
"Sabar". Ucap Laura menepuk pundak Fellu.
"DIKIT
LAGI NATH!!! IYAAA TERUS!!! AHHH GAK MASUK ANJIRR DIKIT LAGI
PADAHAL!!!". Teriak Bila heboh. Lama kelamaan teriakan nya seperti toa
masjid. Membuat telinga Laura dan Angel agak sakit juga. Bagaimana
dengan Fellu yang duduk disampingnya?.
Tak
lamanya permainan selesai. Namun Fellu dan Angel tidak mau beranjak
dari duduknya. Katanya masih ingin menatap Miko yang terlihat lelah
seperti itu. Menurut Angel dan Fellu, Miko makin terlihat tampan jika
seperti itu.
Bahkan Angel dan Fellu benar-benar gemas ingin menghapus keringat Miko dengan sapu tangannya.
"Balik ke kelas yuk". Rengek Laura. Bila melirik kearah Laura yang sedari tadi merengek meminta ke kelas.
Dasar kampung. Batin Bila lalu kembali menatapkan matanya kearah Nathan.
"Nanti ahh masih mau liatin Miko". Ucap Fellu tanpa menatap Laura. Benar saja. Matanya masih menatap Miko.
Laura akhirnya menatap Miko juga. Dengan tatapan penuh kesal.
Kenapa gak pergi sih tuh cowok duhh masih aja pamer muka. Sok lap keringetnya dilama-lamain lagi. Gue mau ke kelas ah elah!.
Gerutu Laura dalam hati. masih dengan tatapan kesal Laura menatap Miko.
Laura menjadi jengkel sendiri. Padahal sebelumnya ia benar-benar
mengagumi Miko.
Sadar akan ditatap orang--- Miko menoleh kearah Laura. Fellu dan Angel membulatkan matanya. Mulutnya menganga.
"Laura. Lo. Lagi. Di. Tatap. Kak. Miko". Bisik Angel penuh penekanan yang dibalas anggukan kepala Fellu.
"Hah?". Tanya Laura menatap Fellu dan Angel. Nathan melirik kearah Miko yang sedang menghampiri Laura.
Ah ya! Permainan tadi dimenangi kelas XI. Kelas Nathan tentunya.
"Lo
kenapa liatin gue kaya gitu banget?". Suara bariton laki-laki membuat
Fellu, Angel dan Laura menatap ke asal suara. Mata ketiganya membulat.
Kok dari deket ganteng? Eh?. Batin Laura.
"Hah?". Ucap Laura tidak mendengar sepenuhnya.
"Lo. Kenapa. Liatin. Gue. Kaya. Gitu. Banget. Tadi?". Tanya Miko memberi penekanan tiap katanya.
"Gue gak Liatin lo. Gue lagi Liatin Rafly". Ucap Laura sepenuhnya bohong.
"Ah
ya?". Ucap Miko menatap kearah lapangan. Namun Rafly tidak ada di sana.
Memang dilapangan hanya ada Miko, Nathan, Angga, Dodi dan Gilang saja.
"Kalo
mau boong belajar dulu yang bener yah". Ucap Miko dengan nada yang
dibuat manis. Diacaknya rambut Laura pelan. Lalu pergi meninggalkan
Laura yang masih mematung di tempat.
Nih orang apaan dah.
"Makanya
kalo punya muka tuh jangan jelek-jelek banget. Punya muka jelek
ngeliatin orang ganteng, ya jadinya risih lah orang ganteng nya". Ucap
Bila mengibaskan rambutnya. Tanpa basa-basi Bila menghampiri Nathan.
Nathan menatap Laura. Tanpa disengaja Laura juga menatapnya. Mata mereka bertemu lagi. Degupan jantungnya semakin menjadi-jadi.
Entah
ini rasa apa namun Laura masih bingung dengan hatinya. bahkan yang
tadinya Laura emosi akan omongan Bila menjadi hilang tandas emosinya.
"Kasih gue oksigen sekarang kalo tadi Ka Miko nyamperin lo". Ucap Fellu mengipaskan wajahnya dengan telapak tangannya.
"Kenapa hari ini aneh banget sih". Ucap Laura bangkit dari duduknya. Matanya kembali melirik ke tengah lapangan.
Sudah sepi.
"Maafin kata-kata cewe gue yah. Btw pulang sekolah lo ada acara?". Ucap Nathan tiba-tiba yang sudah berada disamping Laura.
Angel dan Fellu kembali kaget.
Hari apa ini?! Kenapa semua menjadi aneh? Kenapa Nathan tiba-tiba udah disini? Dimana cabe-cabeannya itu
"Eh? Eng---"
"Jangan sampe Bila tau. Gue mau berdua aja sama lo. Ngomongin hal penting. Biar gue yang jemput kerumah lo".
JDUARR!!
Mati-matian Laura menetralkan jantungnya sekarang. Laura tidak bisa bicara. Tidak bisa bergerak. Semuanya terlalu tiba-tiba.
Kasih gue oksigen sekarang!
"Bo..boleh kok..gu..gue gak ada acara apa-apa".
"Good.
Gue balik duluan ya?". Tanya Nathan tidak sedingin biasanya. Bahkan
Nathan sedikit memberi senyumnya. Walaupun hanya sedikit.
"I..iya".
EMPAT
Laura POV
Aku sudah menunggu Nathan dicafe yang sudah dikirimkan alamatnya melalui via sms oleh Nathan tadi.
Nathan bilang ia tidak bisa menjemputnya kerumah karena Nathan ingin menjemput adiknya pulang sekolah dulu.
Tadinya aku kesini
bersama Fellu dan Angel karena Fellu dan Angel ingin membeli dress.
Entah untuk apa mungkin untuk koleksian dress dan gaun keduanya.
Sudah dua jam aku
menunggu disini. Namun sosoknya tidak muncul juga. Niatnya ingin
menanyakan soal ini jadi atau tidak ke orangnya langsung tapi otakku
berfikir dua kali.
Kenapa harus gue duluan yang mulai supaya ada chat diantara kita sih. apaan si bahasa lo Ra!
Kulirik lagi jam
tanganku yang sudah menunjukan pukul enam kurang lima belas menit.
Berarti sudah dua jam setengah aku menunggunya disini.
Aku mendengus kesal dan
meraih iphone yang kutaruh di tas kecilku. Memutuskan untuk menghubungi
Nathan saja. Kalau masih ada gengsi-gengsian gimana mau tau jadi atau
enggak nya.
Baru saja jari-jemariku berselancar pada layar iphoneku--- satu pesan sudah masuk kedalam iphone ku.
Senyumku mengembang saat mengetahui nama Nathan yang tertera di layar. Kubuka pesannya dan saat itu juga senyumku memudar.
Nathan Geblek:
Sorry Ra, kita
batalin aja yah. Gue masih ragu-ragu. Tadinya mau cerita soal kemarin
kenapa gue kerumah lo. Kebetulan si Bila baru aja kerumah gue pas liat
gue mau pergi hari ini. Sorry ya, gue gak bisa ninggalin Bila sendirian disini.
Aku mendengus kesal. Kulirik cuaca diluar dari kaca cafe. Cuaca sudah mendung. Sebaiknya aku harus pulang sekarang.
Kubaca lagi sms yang Nathan kirim. Aku tersenyum kecut.
Tapi lo tega ninggalin gue sendiri padahal lo tau gue udah nunggu. Batinku dalam hati.
Tanpa membalas pesannya aku menaruh uang di atas meja dan berlalu pergi setelah pelayan sudah mengambil uangnya.
******
Aku menggesekan kedua telapak tanganku berlawan arah. Setelah itu aku mengusap kearah kedua lengan ku.
Sial
sekali saat aku berjalan pulang tadi hujan mengguyur tubuhku secara
tiba-tiba. Dan sekarang hasilnya tubuhku sudah basah kuyub.
Dengan
pakaian dress tanpa lengan. Dan hanya sepanjang lutut. Tanpa membawa
jaket. Lengkap sudah. Aku yakin setelah ini aku akan sakit.
Dihalte
semakin ramai. Satu persatu orang mulai berlarian untuk berteduh
disini. Meminggirkan motornya dan meneduhkan tubuhnya di halte ini.
Tubuhku sedikit terhimpit. Kupegang tas kecil ku. Dan memeluk tubuhku erat. Dingin sekali.
Hujan
semakin deras. Ditambah petir yang menggelegar. Ah satu persatu orang
mulai kembali pergi setelah memakai jas hujannya. Padahal tadi sudah
lumayan hangat karena banyak orang.
Aku
menundukan kepalaku. Setelah banyak orang yang pergi. Suasana kembali
renggang. Aku menggeser sedikit tubuhku kesamping kiri.
Menatap air hujan yang turun keaspal jalan dan mencipratkan buliran air yang banyak.
"Ujannya
awet ya". Suara bariton laki-laki membuat aku menoleh kan ke asal
suara. Mataku membulat sempurna saat melihat siapa yang berada di
samping ku.
Orang sebanyak tadi berteduh lalu pergi dan hanya menyisakan dia?.
"Ka..Miko?". Tanyaku hati-hati takut kalau aku salah lihat.
"Lo ngapain disini? Nunggu Nathan?". Tanya Miko balik membuatku kaget.
"Kok lo tau? Eng--engakk gue udah gak nunggu Nathan. Gue mau pulang". Ucapku menatap lurus-lurus kedepan.
"Gue
sempet denger pas Nathan ajak lo pergi dilapangan tadi. Lo yang
dipinggir lapangan tadi kan? Yang liatin gue kaya gitu banget?". Tanya
Miko membuat Laura membulatkan matanya.
Emang tampang gue kenapa sih kalo lagi liatin orang?-.-
"Muka
lo tanpa senyum sambil liatin orang malah jadi keliatan jutek gitu..
judes lebih tepatnya". Kini Laura menatap Miko yang sedang menatapnya
juga.
"Kalo lo udah mau pulang---emang Nathan tadi gak anterin lo?". Tanya Miko.
JDUARRR!!!!
Petir
mulai menyambarkan suaranya di langit. Mataku terpejam rapat karena
kaget. Lalu aku kembali membuka mataku dan menatap Miko.
"Gue
gak jadi ketemu hehe gue ada urusan". Dustaku. Ah kalau aku bilang
Nathan yang membatalkannya saat aku menunggunya tadi, nanti aku malah
disangka gimana lagi sama Miko.
"Oh. Rumah lo dimana?". Tanya Miko lagi.
"Komplek
Anggrek yang gak jauh dari sekolah. Yaa lumayan sih pokonya disana
deh". Ucapku mengelus lenganku. Menatap hujan yang hampir mereda.
"Lo
kan udah basah nih sama gue juga. Gimana kalo lo mampir ke apartemen
gue sekedar neduh sama bilas aja abis itu gue anter lo balik?". Tanya
Miko membuatku rada takut. Sedikit.
"Gak macem-macem kan?". Tanyaku menatapnya tajam. Miko hanya tertawa saja.
"Buat apa macem-macem sama cewe judes kaya lo? Yang ada gue dimakan lo duluan ntar". Aku tertawa kecil menanggapinya.
"Emang rumah lo dimana?". Tanyaku menatapnya.
"Gak jauh dari sini kok". Ucapnya melepas jaketnya.
"Lo kesini naik---"
"Ayo". Ucap Miko yang sudah menutupi atas kepalaku dengan jaketnya. Aku menatap Miko bingung. Wajahnya sangat dekat denganku.
"Gue
gak bawa mobil ataupun motor, gak bawa payung juga soalnya tadi gue
emang lagi mau ke toko buku dan rumah gue emang deket dari sini. Sorry
kalo cuma bisa nutupin pake jaket gue. Yaa, gue tau sih bakalan basah
juga akhirnya. Tapi seenggaknya kepala lo gak kena air ujan lagi". Ucap
Miko membuatku menatapnya dalam diam.
Cowo
most wanted yang gue kagumin sekarang ada di dekat gue. Dalam keadaan
nutupin kepala dia sama kepala gue pake jaketnya. Gue sama dia ada
dibawah satu jaket yang sama! Gila gila ini gila!. Batinku.
Rasanya aku ingin mati sekarang.
"Lo kenapa?". Tanya Miko menurunkan jaketnya lagi. Menatap ku bingung.
"Gu--gue--".
"Santai aja sama gue udah ayo nanti lo sakit". Ucap Miko kembali melebarkan jaketnya diatas kepalaku dan kepalanya.
Kami
mulai berjalan beriringan. Air hujan yang jatuh ke aspal memberi
cipratan kecil kearah kakiku. Mataku menatap Miko yang setengah badannya
mulai basah karena memegang jaketnya. Aku juga makin mengeratkan
dekapanku pada tubuhku sendiri.
"Nah
sampe kan". Ucapnya menurunkan jaketnya yang basah. Miko Memeras
jaketnya hingga tidak ada air yang menetes dari jaketnya lagi.
"Yuk". Ucapnya menarik pergelangan tanganku. Oh bahkan sekarang dia menggenggam tanganku!
Aku dan Miko masuk kedalam lift. Menuju lantai 10. Tadi aku sempat melihat Miko menekan tombol 10 pada liftnya.
"Lo udah izin sama bonyok lo?". Tanya Miko keluar dari lift saat pintunya terbuka.
"Oh
iya!" Ucapku menepuk keningku pelan. Dengan gerakan cepat aku mengambil
iphoneku. Mengetik pesan kalau aku akan pulang malam hari ini.
"Dasar teledor". Ucap Miko membuka pintu apartemenya dengan paswordnya. Lalu pintu terbuka.
Mataku melihat sekeliling. Rapih sekali apartemennya ini.
"Lo
tunggu sini biar gue ambil baju dulu". Ucapnya yang tidak ku gubris
sama sekali. Aku masih menatap sekeliling. Tak lamanya Miko kembali
lagi.
"Nih gue ada kaos sama celana basket gue. Lo bisa pake". Ucapnya memberiku beberapa pakaian.
"Makasih". Ucapku mengambil semuanya.
"Yaudah cepet sana mandi. Gue gak mau lo pulang terus sakit". Ucap Miko yang dibalas anggukan kepalaku.
Gak sedingin yang gue kira. Batinku.
*******
Author POV
Namun
dibalik itu semua Laura tidak tau. Kalau Nathan mengendarai mobilnya
terburu-buru menyusul nya ke cafe. Setelah Bila pulang entah kenapa
Nathan sangat khawatir dengan Laura.
Dengan
kecepatan maximal Nathan mengendarai mobilnya. Saat sampai di cafe
Nathan melihat langit yang sudah mendung. Nathan berlari masuk kedalam
cafe dan menanyakan sosok Laura kepada pelayan.
"Misi
mba apa tadi ada cewe yang tingginya segini? Rambut nya panjang
sepinggang warna hitam pekat gitu". Ucap Nathan menunjukan tinggi Laura
sepundaknya.
"Oh udah keluar mas baru aja". Tanpa menjawab perkataan pelayan Nathan berlalu pergi. Mencari-cari keberadaan Laura.
Nathan
semakin cemas saat tau hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Namun
dengan tiba-tiba Nathan menghentikan mobilnya yang tidak jauh dari
sebuah halte.
Matanya
menatap sosok Laura yang sedang terhimpit banyak orang. Nathan keluar
dari mobil, membiarkan tubuhnya terguyur hujan. Saat Nathan melangkahkan
satu kakinya Nathan kembali berhenti.
Miko sudah membawa Laura pergi duluan menerobos hujan dengan satu jaket yang menutupi keduanya.
JDUARR!!!
Petir mulai saling menyambar. Nathan melihat Laura mengeratkan dekapannya pada tubuhnya sendiri.
Nathan masih diam di tempat, menatap keduanya pergi. Tidak bergeming dan tidak mau memanggil juga.
"Ck gue telat."
ENAM
"Mik. Gue pulang yah?". Tanya Laura yang sudah melihat jam dan menunjukan bahwa hari mulai malam.
11:30
"Gue anter ya Ra". Ucap Miko yang siap menyambar kunci mobilnya. Namun Laura menahannya.
"Gak usah kak. Udah malem. Gue udah pesen taxi ko". Ucap Laura sepenuhnya berbohong.
Berapa kali Laura berbohong hari ini?.
"Yakin? Udah sampe taxinya?". Tanya Miko menatap Laura.
"Udah ko. Eumm bajunya
gue pinjem dulu yah gue bawa pulang biar di laundry dulu". Ucap Laura
menatap Miko. Laura beranjak bangun dari duduknya.
"Buat lo aja". Miko juga beranjak bangun dari duduknya. Mengikuti langkah Laura.
"Eumm celana basket lo
bukannya dipake? Kan lo anak basket? Ketua lagi.". Tanya Laura keluar
dari apartemen Miko. Miko mengikuti langkah Laura.
"Eh bentar. Lo gak masuk?". Tanya Laura saat tau Miko mengikutinya sampai kedepan lift.
"Masuk ke apartemen gue lagi?". Tanya Miko yang dibalas anggukan kepala Laura.
"Gue mau anter lo sampe lantai bawah. Mastiin kalo lo gak pa-pa". Ucap Miko membuat Laura menunduk malu.
Ting.
Pintu lift terbuka. Laura dan Miko masuk kedalam. Menunggu sampai lift mengantarnya ke lantai dasar.
Ting
Pintu lift terbuka lagi
saat sudah sampai pada lantai dasar. Laura dan Miko keluar dari lift.
Masih dalam keadaan diam diantara keduanya sampai Miko menghentikan
langkahnya dipintu keluar apartemen.
"Sampe sini aja Mik". Ucap Laura menatap Miko.
"Eumm lo gak pa-pa sendiri?". Tanya Miko lagi. Menatap Laura penuh khawatir.
"Gak pa-pa gue duluan ya Mik". Ucap Laura meninggalkan Miko. Miko tersenyum kecil dan masuk kedalam apartemennya lagi.
Laura menarik dan
menghembuskan nafas nya pelan. Mengulangnya terus- menerus berusaha
menetralkan jantungnya yang tiada hentinya berdetak cepat.
"Huhh". Laura
memantapkan langkahnya. Tidak jauh berjalan dari apartemen mulut Laura
mulai dibekap dengan tangan berukuran besar.
Laura terus meronta sampai pandangannya mulai menghitam.
******
"Duh". Laura meringis pelan. Menyentuh keningnya yang mulai terasa berat.
Laura sadar akan sesuatu.
Mata
Laura membulat sempurna. Oh! tadi dia dibekap seseorang pada bagian
mulutnya. Laura menegapkan tubuhnya. Menatap sekeliling dan Laura sadar
sekarang dirinya berada didalam mobil.
Laura
mengedarkan pandangannya dan menatap seorang laki-laki yang matanya
sedang menatap lurus-lurus ke depan. Dengan kedua tangannya menggenggam
stir mobil.
"Na---Nath?". Ucap Laura terbata-bata. Laura mengerjapkan matanya berulang kali dan menatap kesebelahnya lagi.
Benar dia Nathan.
Nathan masih diam tidak bergeming. Matanya masih menatap lurus-lurus ke depan.
"Hachimm".
Laura mulai bersin-bersin lagi. Jangan tanyakan bagaimana tadi saat
Laura dirumah Miko. Laura terus menerus bersin. Mungkin Laura akan kena
flu.
Nathan mengeratkan pegangan tangannya pada stir mobil. Nathan makin merasa bersalah pada Laura yang mulai kelihatan sakit.
"Nath lo kenapa basah gitu?". Tanya Laura melihat Nathan yang bajunya setengah basah kuyub.
Ini
akibat Nathan tadi menunggu Laura dari jam enam sore hingga jam
setengah dua belas malam sekarang. Nathan merasa kalau Nathan mempunyai
hutang janji kepada Laura.
Jadi Nathan memutuskan kembali masuk kedalam mobil. Menunggu Laura hingga keluar dari apartemen Miko.
"Nath?
Kalo lo diem aja mending gue keluar deh". Ucap Laura hendak keluar
mobil. Namun pergelangan tangannya ditahan oleh Nathan.
"Kenap---".
"Jangan
deket sama Miko please". Ucap Nathan menatap Laura. Laura membulatkan
matanya. Terkejut akan kata-kata Nathan yang tiba-tiba.
"Miko
bukan cowo baik-baik percaya sama gue". Laura menautkan kedua alisnya
bingung. Jelas Laura tidak percaya. Miko sangat bersikap baik dengannya.
"Gak usah bercanda Nath". Ucap Laura menepis tangan Nathan.
"Gue
gak bercanda Ra. Gue sering denger cewe gue yang sering pergi ke club
sama Miko sama Michael juga". Ucap Nathan lirih. Matanya terus kembali
menatap lurus kedepan.
dan sekarang Laura percaya akan kata-kata Angel dan Fellu. Kalau Bila sering datang ke club malam.
"Terus kenapa? Ke club
malem bukan berarti jadi cowok gak bener kan?". Tanya Laura. Nathan
membulatkan matanya kaget. Kata-kata Laura sama seperti kata-kata Nathan
saat Nathan membentak kakak kandungnya sendiri.
"Ra lo belum tau yang sebenernya gimana?". Tanya Nathan kini menatap Laura tepat dimanik matanya.
Laura terkejut saat menatap Nathan. Wajahnya pucat. Bibirnya membiru. Nathan terlihat sangat lesu.
"Nath lo kenapa?!". Tanya Laura dengan nada khawatir.
"Gue baik-baik aja. Lo---"
"Gak gak gak. Lo gak baik-baik aja. Apa yang lo lakuin?". Tanya Laura menatap Nathan lekat-lekat.
Ini sudah malam dan kenapa Laura juga bisa berada didalam mobil Nathan.
"Tunggu. Seinget gue
tadi gue dibekep sama orang terus semuanya jadi gelap. Dan kenapa
sekarang lo ada disamping gue?!". Tanya Laura antusias. Sifat
hiperaktif--- bukan ini bukan sifat hiperaktifnya yang mulai kambuh.
Namun sifat keponya.
"Gue yang bekep lo dan
bawa lo kesini. Kalo gue ajak lo langsung gue yakin lo bakal nolak buat
ikut sama gue". Ucap Nathan dengan satu helaan nafas.
"Maksud lo?". Tanya Laura yang mulai bingung.
"Gue nungguin lo dari
jam enam sore pas ujan tadi. Gue liat lo sama Miko di halte dan lo
dibawa ke apartemen sama Miko. Gue khawatir. Gak tau kenapa bawaannya
gue pengen nungguin lo disini. Jadi gue mutusin buat nunggu lo gak jauh
dari apartemen Miko. Sampe lo----pulang". Ucap Nathan menatap keluar
mobil lagi
"Terus kenapa lo basah gini??". Tanya Laura menatap betapa berantakan nya Nathan.
"Gue tadinya mau
nyamperin lo ke halte. Gue sebelumnya gak tau ada Miko karena banyak
orang yang neduh juga di halte. Sampe semua orang yang neduh
satu-persatu pergi pas gue keluar dari mobil Miko nyamperin lo". Ucap
Nathan mengelus kedua lengannya.
"Kenapa lo gak panggil
gue?". Tanya Laura menatap Nathan tajam. Kalau saja Nathan memanggil
Laura tadi pasti Laura tidak akan melihat keadaan Nathan separah ini.
"Sekarang lo kuat pulang? Kalo gak kuat biar gue yang bawa mobilnya deh Nath". Ucap Laura.
"Terus lo pulang gimana? Ini udah malem pasti bokap nyokap lo nyariin". Jawab Nathan.
"Gini deh lo kerumah gue aja gimana?". Tanya Laura dengan entengnya membuat Nathan membulatkan matanya.
Nih cewe nyantai amat ya. Batin Nathan.
"Izin dulu sana sama bonyok lo". Ucap Laura menaruh tasnya di kursi belakang.
"Iyah". Ucap Nathan merogoh celananya. Mengambil handphone nya.
Nathan :
Bun. Nathan pulang malem yah.
Tak lamanya Crystall membalas pesan anak nya itu.
Bunda Cantik:
Heh! Ini udah malem! Mau pulang malem gimana?! Ex:Ferro ganteng.
Nathan tertawa kecil
saat membaca sms dari Crystall namun tertera nama Ferro di balik nya.
Ferro memang selalu begitu. Sikapnya masih seperti anak SMA dulu. Masih
jail seperti biasa.
Nathan:
Yaudah Nathan pulang pagi-.- masih gantengan anaknya kali:p
Nathan menaruh handphone
nya didalam saku celananya. Nathan memang bersikap dingin terhadap
orang lain. Namun jarang sekali Nathan memberi sikap dinginnya itu
kepada keluarganya.
"Kuat gak? Gue aja yang nyetir". Ucap Laura yang sudah bangkit dari duduknya.
"Lo keluar dulu kali". Ucap Laura menatap Nathan yang tidak bergeming sama sekali.
Akhirnya Nathan keluar mobil. Berpindah tempat menjadi duduk di kursi penumpang. Laura dengan tenangnya menyetir mobil Nathan.
Untung Laura bisa menyetir mobil.
Merasa sangat sakit pada kepalanya Nathan menyenderkan kepalanya ke kaca mobil. Tidak sadar Nathan sudah tidur lelap.
Laura melirik Nathan
yang sudah mengigil dalam tidurnya. Laura meringis menatap Nathan
seperti itu. Laura merogoh tas kecilnya dan mengambil jaket Miko yang
disuruh Miko membawanya tadi.
Untuk jaga-jaga saja kata Miko. Karena Laura memakai celana basket yang panjangnya seatas lulutnya.
Pelan-pelan Laura
meminggirkan mobilnya ke pinggir jalan. Setelah berhenti Laura
melebarkan jaket Miko dan menyelimuti tubuh Nathan.
"Kadang sikap gue yang
gak bisa diem bisa romantis juga yah haha. Tapi aneh gak sih kalo cewek
yang kaya gini?. Ada juga dimana-mana cowok tau yang kaya gini". Omel
Laura kepada Nathan yang tertidur lelap. Laura yakin Nathan tidak akan
mendengarnya.
"Sweet Dream Nath". Ucap Laura lalu kembali melajukan mobilnya menuju rumahnya.
Diam-diam Nathan mengembangkan senyumnya.
Nathan belum tidur.
TUJUH
"Niatnya mau nyuruh bilas aja malah jagain nih bocah". Ucap Laura mengganti kompresan yang berada di kening Nathan.
Mencelupkannya lagi ke air dingin dan memerasnya. Lalu meletakanya lagi diatas kening Nathan.
"Gimana udah mendingan?". Ucap Bunda Laura.
"Belum bun. Panasnya
belum turun juga". Ucap Laura cemas. Sudah jam tiga pagi Laura merawat
Nathan. Panasnya belum kunjung turun.
Bagus tadi saat sampai dirumah Laura Nathan masih sadar jadi dia bisa membilas tubuhnya lebih dulu.
Laura juga sudah
mengetik sms untuk Crystall memakai handphonenya Nathan. Agar kedua
orang tua Nathan tidak khawatir. Bagus lagi Nathan diizinkan menginap.
Walau Laura harus berbohong akan alasannya Nathan menginap dirumah
Gilang.
"Hhh". Gumam Nathan dibalik tidurnya. Laura meringis kasian melihat Nathan seperti itu.
"Kamu jangan biarin
sampe kainnya ikut anget. Terus Nathan nya jangan diselimutin biar
panasnya gak makin naik". Ucap Naha. Ibunda Laura.
"Iya Bun". Laura kembali mengganti kain yang dipakai untuk mengompres Nathan.
"Cepet sembuh Nath". Ucap Laura berbisik ditelinga kiri Nathan.
******
"Nathan udah baikan?". Tanya Naha kepada Laura yang sedang sibuk berkutat dengan alat dapur.
Laura
sedang membuatkan bubur untuk Nathan. Untung saja hari ini hari Minggu
jadi Laura tidak perlu khawatir soal siapa yang akan menjaga Nathan.
"Udah
Bun. Dia lagi main hp-nya aja tuh". Ucap Laura menyicip buburnya
sedikit. Takut kalau ada bumbu yang kurang. Dan benar saja. Kurang
garam.
"Bagus
deh. Bunda hari ini harus tetep kerja sama Ayah. Masih ada urusan di
kantor". Ucap Naha menatap anaknya yang sudah menghadapkan tubuhnya
kearah Naha.
"Yaudah hati-hati bun". Ucap Laura mencium punggung tangan Naha.
"Bunda berangkat yah". Ucap Naha lagi meraih tasnya.
"Iyah bun. Bilang Ayah juga semangat kerjanya". Ucap Laura kembali memasak bubur nya yang hampir matang itu.
"Oke. Bye". Ucap Naha berlalu pergi.
"Wah kakak masak apa?". Tiba-tiba saja Nathalia datang. Memeluk kakak perempuannya itu penuh manja.
"Masak bubur". Ucap Laura masih sibuk dengan buburnya itu.
"Buat Natha yah kak? Wah baik banget". Ucap Nathalia melirik kakaknya walau Laura sedang membelakangi Nathalia.
"Buat Nathan". Ucap Laura. Nathalia membulatkan matanya kaget.
Siapa Nathan?. Batin Nathalia bertanya-tanya.
"Yang kemarin anter kakak pulang". Ucap Laura lagi membuat Nathalia membulatkan matanya lebar.
"DEMI APA KAK!! DIA DISINI??!! KOK NATHA GAK LIAT!!!". Teriak Nathalia antusias.
Semalam Nathalia memang sudah tidur makanya tidak melihat Laura yang membawa Nathan pulang kerumahnya.
"Dikamar gue". Ucap Laura lelah. Dia semalaman tidak tidur. Laura juga sudah tidak bersin-bersin lagi.
Suara
derap langkah kaki yang cepat mulai menjauh. Laura berani bertaruh
dengan otak dan logikanya kalau Nathalia sedang menghampiri Nathan.
Mengetahui sikap adiknya yang sangat kelewat pede plus sama seperti Laura juga.
"Punya
adek kok sifatnya sama aja. Untung gue udah rada jadi cewe pendiem".
Ucap Laura mematikan api kompor dan menuang bubur buatannya kedalam
mangkok. Lalu membawanya kekamarnya.
Untuk Nathan.
.
.
.
"Iya
kak Laura itu kepedean banget kak orangnya. Tapi banyak yang seneng
sama dia. Keliatan gak sombong gitu jadinya". Ucap Nathalia. Samar-samar
Laura mendengarnya karena pintu kamarnya terbuka sedikit.
"Oh ya?". Ucap Nathan menatap adik Laura itu. Gadis yang baru saja masuk SMA dan satu sekolah seperti Nathan.
Tadi Nathalia banyak bercerita.
Namun
Nathan memang jarang melihat Nathalia. Bahkan tidak pernah. Entah
karena gedung kelasnya yang berbeda atau Nathalia yang jarang keluar
kelas.
"Iyah kak". Nathalia menganggukkan kepalanya.
"Terus
dia akhir-akhir ini jadi suka galau gara-gara mantannya yang namanya
Michael. Dia tinggal di Amerika ka. Mungkin kak Laura jadi gak bisa diem
buat nutupin rasa sakitnya dia kak". Laura membulatkan matanya.
Namun perkataan Nathalia sepenuhnya benar.
Dibalik senyum Laura yang terus mengembang tersimpan sejuta kesedihan yang Laura tutupi.
Laura rindu sosok michael yang selalu menemaninya. Namun hubungannya harus menjadi tidak jelas seperti ini karena jarak.
Laura
menarik dan menghembuskan nafasnya pelan. Menetralkan hatinya yang
mulai terasa sakit. Dengan langkah pasti Laura masuk kedalam.
"Kakak ganteng deh". Ucap Nathalia to the point kepada Nathan.
"Ah
bisa aja". Jawab Nathan tersenyum tulus. Nathan mengacak rambut
Nathalia pelan. Membuat Nathalia menggigit bibir bawahnya sendiri.
Ingat, Nathalia adalah pengagum cogan.
"Nath". Ucap Laura. Nathan dan Nathalia menoleh ke asal suara. Menatap Laura yang sedang menaruh mangkuk diatas nakas.
"Makan dulu". Ucap Laura tanpa senyumnya. Laura kembali rindu Michael.
"Jutek amat kak. Gak akan gue ambil kok cogan nya". Ledek Nathalia agar suasana tidak sedingin tadi.
"Keluar sana dek". Ucap Laura menghempaskan tubuhnya diatas sofa yang keadaannya membelakangi tempat tidur Laura.
Nathan menatap rambut Laura yang dikuncir cepol dengan asal-asalan. Pandangannya kembali beralih kepada Nathalia dan bertanya kakak kamu kenapa? dalam tatapannya.
Nathalia hanya mengangkat kedua bahunya tanda tidak tau-menau. Nathalia berjalan keluar kamar Laura.
"Eh kamu!". Teriak Nathan saat Nathalia baru saja keluar kamar Laura.
"Yap?". Jawab Nathalia yang hanya memperlihatkan kepalanya dibalik pintu kamar Laura.
"Nama kamu siapa?". Tanya Nathan yang memang belum tau nama Nathalia.
"Nathalia kak". Ucap Nathalia dengan senyumnya dan berlari ke lantai bawah. Tidak mau mengganggu Laura dan Nathan.
Nathan
menganggukkan kepalanya dan menatap kearah Laura lagi. Tubuhnya tidak
berpindah posisi sejak tadi. Masih sama, sedang menonton tv dengan
kepalanya yang disandarkan pada punggung sofa.
"Ra.
Makasih ya udah mau rawat gue". Ucap Nathan dengan satu helaan nafas.
Baru kali ini Nathan memberanikan diri agar tidak sedingin biasanya
kepada Laura.
"Nyokap
sama Bokap gue udah gue kasih tau kalo gue nginep dirumah lo. Abis lo
ngapain coba pake boong. Bonyok gue gak bakal marah kok. Akhirnya juga
ngizinin gue buat nginep. Bahkan berterima kasih banget tau lo ngerawat
gue". Ucap Nathan lagi.
"Lain kali jangan boong ya Ra". Nathan bangkit dari duduknya. Menghampiri Laura yang sedang duduk di sofa.
"Gue cowo yang gak suka boong soalnya". Ucap Nathan lagi namun tidak digubris oleh Laura.
"Ra
kok lo diem aja sih". Ucap Nathan berjalan kedepan sofa. Mata Nathan
membulat saat melihat mata Laura sudah memiliki lingkaran hitam pada
kantung matanya.
Laura kurang tidur dan kelelahan.
Dan sekarang Laura sedang tertidur lelap dalam mimpinya. Nathan tersenyum kecil. Nathan cukup bingung dengan Laura.
Padahal keduanya belum lama mengenal tetapi seperti sudah bertemu lama.
Nathan berjalan mendekat kearah Laura.
"Lain
kali jangan paksain diri lo lagi Ra". Ucap Nathan lalu menggendong
Laura. Entah kenapa Nathan melakukan ini. Padahal Nathan termasuk orang
yang cuek.
Dibaringkannya tubuh Laura diatas kasurnya. Dengan hati-hati Nathan menyelimuti tubuh Laura sampai pangkal lehernya.
"Sweet dream Ra".
DELAPAN
"Nath?". Ucap Laura yang baru sadar dari tidurnya. Nathan sedang tidur disofa dekat kasur Laura.
Dengan langkah gontai dan sedikit sakit akan kepalanya Laura menghampiri Nathan.
"Nath?". Ucap Laura lagi.
"Hm?". Gumam Nathan berpindah posisi.
"Nath udah malem lo gak
pulang? Besok sekolah loh". Ucap Laura yang sadar hari sudah kembali
malam. Berapa lama dirinya istirahat. Dan seberapa cepat waktu berjalan
hari ini?.
Nathan bangun dari
tidurnya. Rambutnya yang acak-acakan menambah kesan tampannya. Matanya
masih terpejam namun tubuhnya sudah duduk tegap.
"Nath nanti lo dicariin
bonyok lo aja". Ucap Laura duduk disamping Nathan. Nathan hanya
menganggukan kepalanya dengan mata yang masih terpejam. (bonyok : bokap
nyokap).
"Nath". Ucap Laura
mengguncang-guncang tubuh Nathan. Bukan mengusir. Laura hanya takut
nanti Nathan dimarahi karena Laura hanya izin menginap sampai sore tadi
kepada Crystall melalui via sms di handphone Nathan. Itu pun berkata
kalau Nathan menginap dirumah Gilang.
"Gue udah bilang sama
bokap nyokap kalo gue gak nginep dirumah Gilang. Lagian lo ngapain pake
boong segala sih aneh banget lo. Lain kali jangan boong makanya. Gelisah
kan?". Ucap Nathan membuat Laura membulatkan matanya. bagaimana tidak?
baru kali ini Laura mendengar Nathan berbicara panjang lebar seperti
tadi. Biasanya singkat, jelas dan padat.
"Lo kok tau gue boong? kan messagenya udah gue apus Nath?". Tanya Laura menatap Nathan yang sudah memakai jaketnya.
"Tau lahh. Yaudah gue balik". Ucap Nathan kembali dengan nada dinginnya. Nathan berjalan pergi begitu saja.
Laura memutar bola matanya malas. Terpaksa Laura mengikuti langkah Nathan yang sedang berjalan keluar.
"Lohh Nathan kamu mau
pulang? baru aja Niko kakaknya Bunda kamu anter baju kamu kesini". Ucap
Naha membuat Nathan tiba-tiba menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.
Otomatis yang ikut berjalan dibelakang Nathan menubruk punggung Nathan.
"Aww!". Laura meringis sakit menyentuh keningnya. Mulus sekali pendaratan keningnya terhadap punggung Nathan.
"Nath lo ngapain berenti
tiba-tiba sih?! untung lo masih bisa nahan coba kalo enggak?! mati kita
jatoh dari lantai dua". Oceh Laura membuat Nathan tersenyum tipis
dibalik tubuhnya.
Dengan santai Nathan membalikan tubuhnya. Memang Laura dan Nathan masih berdiri dianak tangga.
"Ada juga gue yang tanya
kenapa lo jalan dibelakang gue?". Tanya Nathan dengan dinginnya.
Padahal dibalik itu semua Nathan mulai gemas dengan sikap Laura yang
bawel dan cerewet itu.
"Gue mau anter lo sampe
pager depan lah. Duhh jidat gue udah cantik-cantik kaya jidat Selena
Gomez berubah jadi jidat ikan Lohan dah". Ucap Laura mengerucutkan
bibirnya kesal.
Hening.
Lalu semuanya tertawa
terbahak-bahak setelah mendengar ucapan Laura. Bahkan Nathan tertawa
sampai terpingkal-pingkal. menyentuh perutnya yang mulai terasa keram
akibat tertawa terus menerus.
"Ihhh jahat, pada ketawain Laura. Bunda juga lagi ihh". Ucap Laura mengelus keningnya.
"Uuuu tayang sini mana
coba Bunda liat jidatnya". Ucap Naha membuat Laura mendorong tubuh
Nathan agar bergeser sedikit. Memberinya lewat untuk menghampiri
Bundanya. Dengan langkah santai Laura turun dari anak tangganya.
"Wahhh bener kaya ikan
Lohan". Ucap Naha membuat Laura kembali mengerucutkan bibirnya kesal.
Ahh lihat sekarang! Nathan jadi sangat senang menertawai dan meledek
Laura.
"Udahh ahh Nath pulang sono gidah!". Usir Laura.
"Hahaha. Lo ngusir gue? marah nih ceritanya?". Goda Nathan membuat pipi Laura bersemu merah.
"Ihh sana udahh". Laura
mendorong tubuh Nathan. dengan sedikit tawa yang masih tidak bisa
ditahannya, Nathan menuruti perintah Laura.
"Dahh sana pulang". Ucap Laura saat sudah sampai diteras depan rumah Laura.
"Yakin mau gue pulang?".
Goda Nathan lagi dengan cengiran khasnya. Entah kenapa Nathan tidak
menjadi dingin lagi. Sikapnya mencair begitu saja.
'Gak Nath gue masih mau lo disini aja'.
Batin laura. Namun hati dan pikirannya berkata lain. lihat saja
sekarang, Laura menganggukan kepalanya saat Nathan bertanya akan hal
seperti tadi.
"Yaudah salam buat bokap nyokap lo yah". Ucap Nathan mengacak rambut Laura dengan refleks.
Baru saja Laura ingin
membuka mulutnya tetapi seorang gadis sudah berteriak lebih dulu. Nathan
dan Laura menutup kedua telinganya demi kesehatan telinganya.
"KAK NATHANNNN!!!!". Teriak Nathalia dari dalam. Nathalia berlari keluar rumah dan berhenti didepan Laura dan Nathan.
"Jangan teriak bisa gak sih?!". Laura dan Nathan menjauhkan kedua tangannya agar tidak menutup telinga keduanya lagi.
"Hehehehe". Cengir Nathalia menatap Laura.
"Kenapa Nath?". Tanya Nathan sedikit merunduk---menyamakan tingginya dengan Nathalia.
"Nathen itu adiknya
kakak kan?". Tanya Nathalia yang dibalas anggukan kepala oleh Nathan.
Laura hanya menatap keduanya bingung dan bergantian.
"Tau dari mana lo?". Tanya Laura memotong pembicaraan Nathalia saat Nathalia baru saja membuka mulutnya.
"Ngestalk plus sekelas juga disekolah". Jawab Nathalia dengan cengiran khasnya.
"Kenapa emang?". Tanya Nathan lagi.
"Bilang ke dia ya kak dapet salam dari cewe. Bilang aja cewenya itu 'temen sekelas lo' Gituin yah kak". Ucap Nathalia antusias. Nathan tertawa kecil dan menganggukan kepalanya.
"Ehh ketu! malu-maluin gue aja lo. Mana ada cewe ngejar cowo dasar pea". Ucap Laura menoyor kepala Nathalia pelan.
"Yee daripada dua-duanya
sama-sama gengsi terus gak mulai-mulai kapan jadiannya? mending
langsung tancap gas". Ucap Nathalia membuat Laura melongo kearahnya.
Tawa Nathan mulai menggelegar ruangan lagi.
"Punya adek kok gini amat ya". Laura menepuk keningnya pelan. Bersamaan dengan gelengan kepalanya.
"Iyaa. Nanti gue bilangin ke Nathen oke?". Ucap Nathan mengacak rambut Nathalia pelan.
"Makasih kak! kalo gitu
Natha masuk yah". Ucap Nathalia berlari masuk kedalam. Laura hanya
menggelengkan kepalanya saja saat melihat tingkah adiknya seperti itu.
"Sorry adek gue emang
gitu. Sama banget kaya Bunda. Hiperaktif, cerewet, pede banget lagi
orangnya". Ucap Laura kembali berjalan bersama Nathan. Menuju garasi
rumah Laura. Karena mobil Nathan terparkir disana.
"Sama kaya lo". Ucap
Nathan melirik Laura. Laura tersentak kaget saat Nathan menatapnya cukup
lama. Keduanya masih berjalan santai. Namun keduanya tidak ada yang mau
memutuskan kontak matanya.
BUKK!!!
"Aww!". Nathan
membulatkan matanya kaget saat tau Laura terbentur mobil Nathan cukup
keras. Laura menyentuh keningnya dan mengelusnya pelan.
"Duh sakit ya? lagian
jalannya meleng aja lo kenapa?". Tanya Nathan berpura-pura tidak tau apa
penyebab sampai Laura terbentur mobil Nathan.
'Gara-gara lo bego daritadi natap gue aja. Duh malu nih gue!'. Batin Laura terus berbicara.
"Udah gue gak pa-pa. Tadi aja gak liat jalan makanya nabrak. Sorry ya". Ucap Laura membuat Nathan tertawa kecil.
"Harusnya gue yang
bilang sorry. Gara-gara liatin lo, lo jadi ikut natap gue terus lo
nabrak kan jadinya pas jalan". Ucap Nathan mengeluarkan kunci mobilnya.
"Yaa..yaudah salah dua-duanya". Ucap Laura tersenyum. Nathan juga membalas senyuman Laura dengan tulus.
'ASTAGA ITU...ITU NATHAN SENYUM KE GUE TULUS BANGET!!! BILANG KALO GUE GAK MIMPI?!' Batin Laura terus berbicara.
Laura menyembunyikan kedua tangannya dibelakang tubuhnya. Diam-diam Laura menyubit tangannya sendiri.
Sakit.
Laura tidak bermimpi.
Nathan masuk kedalam mobilnya. Laura melihat pintu pagar rumahnya sudah
terbuka lebar. Mungkin pak Asep yang membukakannya tadi. Pak Asep adalah
satpam dirumah Laura.
"Ehhh ada yang
ketinggalan Ra". Ucap Nathan keluar lagi dari mobilnya tanpa mematikan
mesin mobilnya. Entah kenapa Laura merasakan akan hal aneh yang sebentar
lagi akan terjadi.
Nathan merapihkan bajunya dan berdiri tepat didepan Laura. ditatapnya Laura yang juga sedang menatapnya.
'OKSIGEN MANA OKSIGEN KOK GUE NGERASA OKSIGEN DISINI MULAI ABIS YA?!'. Teriak Laura dalam hatinya.
CUPP!
Sesuatu yang hangat dan lembut mendarat sempurna dikening Laura. Laura membulatkan matanya tak percaya.
Barusan...
"Cepet sembuh buat
keningnya". Ucap Nathan dengan senyum tulusnya. Nathan kembali masuk
kedalam mobilnya dan mengendarai mobilnya menuju kembali pulang
kerumahnya.
Nathan mencium kening Laura....
SEMBILAN
Bila berjalan dengan
langkah yang lebar dan cepat. Menuju kelas X-IPA 1. Para pengikutnya
mengikuti langkah Bila dengan tergesa-gesa dan dengan nafas yang
terengah-engah. Tanpa permisi lebih dulu Bila masuk kedalam kelas X-IPA 1
itu. Semua pasang mata menatapnya dengan penuh tatapan bertanya.
BRAKK!!!
Nathalia mendelik ke
arah suara. Menatap mejanya yang baru saja di gebrak oleh Bila. Kedua
alis Nathalia bertaut menjadi satu. Nathen yang sedang berkumpul dengan
teman-temannya dipojok kelas sudah mengalihkan pandangannya kepada Bila.
Suasana kelas yang tadinya ramai menjadi hening seketika. Bila menatap Nathalia dengan tatapan kesal.
"Bilang yahh sama kakak
lo! jadi cewe jangan kecentilan!". Teriak Bila didepan wajah Nathalia.
Nathalia menghembuskan nafas dan beranjak dari duduknya.
"Maaf ya kak. Lo dateng
ke kelas X buat cari ribut doang? lo salah cari orang buat lo ajakin
ribut". Ucap Nayla. Sahabat dekat Nathalia. Nayla menggulung baju
seragam dibagian lengannya dan menatap Bila penuh kesal.
"Stoop Nay. Ini urusan gue". Ucap Nathalia menarik tubuh Nayla pelan agar berpindah kebelakang tubuhnya.
"Urusan apa yah kak??". Tanya Nathalia menatap Bila dari atas hingga bawah.
"Anjir Bil nih anak nyolot banget natap lo-nya". Ucap Mawar teman satu geng Bila.
"Bilang sama kakak lo!
Gak usah deket sama Nathan lagi! kakak lo itu gak pantes deket sama
Nathan yang derajatnya tinggi sedangkan kakak lo itu kampungan". Ucap
Bila mengacak rambut Nathalia. Nathalia menundukan kepalanya dan tertawa
simpul.
Nathen yang tau mulai
ada pertengkaran mulai turun tangan. Selagi Nathen juga ketua kelas
disini. Baru saja Nathen ingin angkat bicara namun kata-katanya sudah
dipotong lebih dulu oleh Nathalia.
"Lo salah cari masalah sama anak karate". Ucap Nathalia yang langsung memelintir tangan Bila hingga kebelakang punggung Bila.
Suasana kelas menjad
ramai. Ada yang naik ke meja ada juga yang naik kekursi. Semua siswa dan
siswi sampai membuat lingkaran hanya untuk melihat adegan yang akan
terjadi.
"Aww!! beraninya lo sama---"
"Sorry kak tapi gue gak
akan takut sama anceman dan tindakan lo. Lo ganggu kakak gue? gue bisa
bales lebih darii ini". Ucap Nathalia menarik tangan Bila lagi sampai
Bila mengaduh kesakitan.
"Jangan macem-macem sama gue. Paham?". Ucap Nathalia melepas tangannya. Bila dan teman-temannya menatap Nathalia kaget.
"Cabut guyss". Ucap Bila yang langsung berlalu pergi meningglakan kelas Nathalia.
Nathalia tersenyum
sumringah dan kembali melakukan kegiatannya bermain lari-larian dikelas.
Namun dibalik itu semua Nathen menatapnya dengan senyuman yang tidak
pernah Nathen beri keorang lain.
"Kerenn".
*******
"Anjirr sumpah gue kesel
sama Bila!!". Teriak Laura saat mendengar kabar dari teman sekelasnya
kalau adiknya baru saja ribut dengan Bila. Kebetulan teman sekelas Laura
sedang bermain dikelas 10 tadi.
"Sabar. Gue juga kesel sama tuh cabe-cabean". Ucap Fellu meninju telapak tangannya dan menunjukan wajah kesalnya.
"Maunya apa sih tuh
cewek! gaya banget jadi orang. Kebanyakan gaya gitu tuh". Ucap Angel
sibuk dengan PR Matematikanya. Hari ini Laura, Fellu dan Angel tidak
istirahat dikantin lebih dulu. Karena masih ada PR yang belum
diselesaikan oleh ketiganya.
"Liat aja tuh cewe kalo
macem-macem sama adek gue lagi. Langsung gue bakar mukanya". Ucap Laura
membuat Fellu dan Angel bergidik ngeri. Untung saja kelasnya lagi sepi.
"Nath kok lo kemarin gak futsal sih?". Tanya Rafly saat tau kemarin Nathan tidak hadir.
"Sakit". Ucap Nathan singkat. Laura yang mulai tau ada keramaian kembali mengerjakan PRnya.
"Haaa kenyang gue". Ucap Gilang yang duduk berselonjor diatas meja. Menyandarkan punggungnya pada tembok.
"Iyalah kenyang. Lo aja makannya segede gaban". Ledek Gilang.
"SSssstttt". Ucap Fellu dan Angel bersamaan. Gilang dan Rafly mendelik keasal suara.
"Apaann sih Fel, Ngel". Rafly memutarkan bola matanya malas.
"Lo berisik". Ucap Fellu dan Angel bersamaan lagi.
"Yee suka-suka gue. Emang nya sekolah ini punya lo". Ucap Gilang. Diam-diam Laura melirik kearah Gilang, Rafly dan Nathan.
Nathan yang tadinya
sedang membalas pesan dari Bila mengalihkan pandangannya saat merasa
diperhatikan. Mata mereka bertemu lagi. Jantung Laura berdegup cepat.
Begitupun dengan Nathan.
Berisiknya kelas membuat
keduanya tidak mendengarnya lagi. Sampai satu tepukan dipundak Nathan
membuat Nathan sadar dari pandangan matanya pada Laura.
"Ngelamun aja lo!". Ucap Gilang saat memukul bahu Nathan.
"Katanya lo mau ke kelas Bila. Udah di SMS kan?". Tanya Rafly lagi.
"Iya". Jawab Nathan
bangkit dari duduknya. Merapihkan bajunya. Sebelum Nathan keluar kelas
Nathan sempat melirik ke arah Laura yang juga menatapnya.
Tatapan Laura berubah
sendu. Entah benar atau tidak yang Nathan lihat tapi Nathan melihatnya
dengan jelas. Nathan dapat merasakan kalau tatapan Laura berbeda dengan
tatapan sebelumnya.
******
Nathan sedikit berlari
menuju kelasnya. Bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu.
Namun tadi Nathan sempat ditahan oleh Bila agar menetap dikelas Bila
lebih dulu dengan alasan pasti gurunya akan datang telat ucap Bila.
Namun kenyataannya salah. Disana. Sudah nampak bu Haya dengan tatapan galaknya saat sadar Nathan ada di daun pintu kelas.
"Maaf bu saya abis dari to--".
"Yaa, saya tau. Tadi
Laura sudah bilang kepada saya kalau kamu sedang di toilet". Nathan
menatap bu Haya Heran. Tidak mau berbasa-basi Nathan mengangguk dan
kembali duduk ditempat duduknya.
Laura hanya menundukan
kepalanya saja. Jantung Laura berdetak lebih cepat dari biasanya saat
Nathan duduk disampingnya. Nathan melirikan matanya melihat Laura yang
tengah menunduk.
"Thanks". Ucap Nathan membuat Laura menoleh keasal suara.
"For?"
"Tadi udah izinin gue".
Ucap Nathan yang dibalas anggukan kepala Laura. Setelah itu tidak lagi
ada yang berbicara diantara keduanya.
*******
Nathan :
Gue minta maaf kak. Atas kelakuan gue tiga hari yang lalu. Gue tau gue salah.
Nathan mengirim pesannya
kepada Nabilah. Kakak pertamanya. Setelah mendapat pesan dari Crystall
Nathan memutuskan untuk meminta maaf.
Nabilah Sableng :
Iyaa gue maafin. Tapi jangan diulangin lagi. Gue ini kakak lo tau.
"Nath liat cewek lo tuh". Gilang menepuk pundak Nathan. Nathan menatap kearah yang ditunjuk Gilang.
Gilang, Rafly dan Nathan
sedang nongkrong diwarung depan sekolah setelah bel pulang berbunyi
tadi. Mata Nathan menangkap sosok Bila yang sudah duduk bertengker manis
diatas ninja merah milik Michael. Michael melajukan motornya dengan
kecepatan sedang. Nathan juga dapat melihat Bila yang memeluk pinggang
Michael.
Hati Nathan mulai panas.
Nafasnya memburu. Diraihnya helm motornya dan dipakainya. Gilang dan
Rafly tidak mencegahnya karena keduanya tau apa yang akan terjadi lagi.
Saat motor Nathan sudah
menyala Nathan melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Menyebrang dan
berbalik arah karena memang warung yang biasa dipakai untuk Gilang,
Nathan dan Rafly nongkrong berada disebrang jalan dari sekolahnya.
"STOPPP!!". Teriak
laki-laki membuat Nathan menghentikan motornya tiba-tiba. Nathan membuka
helm motornya dan mendapati satu orang gadis tengah berjongkok didepan
motor Nathan.
"Lo gak pa-pa?". Tanya Miko menyentuh pundak gadis itu setelah berlari menghampirinya.
"Lo gak pa-pa?". Tanya Nathan juga turun dari motornya dan membantu gadis itu berdiri.
"Gak pa-pa". Ucap gadis itu berdiri dan menepuk rok abu-abunya yang kotor. Gadis itu mengangkat wajahnya.
"Laura?". Tanya Nathan.
Dan saat itu juga emosi Nathan yang meluap hilang seketika saat melihat Laura.
Laura menatap Miko dan
Nathan bergantian saat keduanya sama-sama saling berjongkok didepannya.
Miko menatap Nathan begitu juga sebaliknya.
"Gue aja yang gendong Laura". Ucap Miko menatap kearah Laura.
"Gue aja. Gue yang mau nabrak dia tadi kan". Ucap Nathan membuat Laura kebingungan menatap keduanya lagi.
"Gue aja. Tadi gue emang
mau anter dia pulang pas selesai eskul basket. Tapi Laura mau ke warung
dulu tadi. Dan salah gue gak nemenin dia tadi". Ucap Miko.
"Salah gue lebih parah malah mau nabrak dia". Ucap Nathan dengan ketus. Nathan memutarkan bola matanya malas.
"Udah-udah, kalian apa-apaan sih. Gue gak pa-pa paling cuma---"
"Aww". Sambung Laura saat mencoba berdiri namun kakinya terasa sangat sakit.
"Ra lo kenapa?".
Buru-buru Nathan mengalihkan pandangannya kearah Laura. Menyentuh kedua
pundak gadis itu dan menatapnya penuh kekhawatiran.
"Bawa ke UKS Na---".
Handphone di saku celana Miko berbunyi. Nathan menatap kearah Miko.
Begitupun dengan Laura yang masih menyandarkan tangannya pada pundak
Nathan sebagai tumpuan berdiri.
"Halo". Ucap Miko menaikan telapak tangannya. Menandakan Miko izin waktu sebentar.
"......."
"Lah abang gimana sih.
Yaudah Miko kesana".Ucap Miko dengan wajah kesal. Dibalik itu hati
Nathan seperti sangat senang. Tapi Nathan tidak tau kenapa dirinya
begitu sangat senang saat tau Miko tidak bisa membantunya.
"........"
"Ohh oke-oke sepuluh menit lagi gue sampe". Miko memutuskan sambungan telfonnya dan berjalan mendekati Nathan dan Laura.
"Sshh". Ringis Laura menyentuh kakinya yang semakin sakit saat ditekan.
"Sorry Ra gue ada urusan sama kakak gue. Jadi gue harus balik sekarang". Ucap Miko dengan wajah cemberutnya.
"Gak pa-pa kak. Aku bisa pulang sendiri kok". Ucap Laura dengan senyumnya.
"Nath, titip Laura yak. Gue duluan". Ucap Miko yang sudah berlalu pergi.
Laura menghembuskan
nafasnya. Menetralkan jantungnya yang tiba-tiba saja berdetak cepat saat
tau kini hanya ada Nathan dan dirinya saja. Berdiri di depan pagar
sekolah yang sebentar lagi akan ditutup.
"Kalo kita ke UKS pasti pintu pager sekolah bakalan di tutup". Ucap Nathan membuat Laura menatapnya.
"Jadi kita ke warung
biasa gue nongkrong aja". Ucap Nathan berjongkok lagi dihadapan Laura.
Laura menautkan kedua alisnya bingung.
"Naik". Ucap Nathan
dengan nada dingin dan ketusnya itu. Laura jadi ingat saat Nathan
memaksa dirinya agar naik ke motornya dan pulang diantar Nathan waktu
itu.
"Gue gak ma---"
"Gak terima penolakan".
Ucap Nathan dengan dinginnya lagi. Laura mendengus kesal dan berjalan
tertatih-tatih menuju Nathan yang jaraknya agak jauh itu.
"Bentar". Ucap Nathan
saat Laura baru saja ingin mengalungkan kedua tangannya pada leher
Nathan. Nathan melepaskan jaketnya dan memberinya kepada Laura.
"Buat tutupin paha lo". Ucap Nathan kembali berjongkok didepan Laura.
Dan saat itu juga Laura rasanya ingin loncat dari lantai empat sekolahnya.
Dengan hati-hati Laura
naik ke-punggung Nathan. Setelah menutupi kakinya Laura menyentuh pundak
Nathan. Memberi jarak antara tubuhnya dengan tubuh Nathan agar tidak
menempel.
"Motor lo gimana?". Tanya Laura saat Nathan melewati motornya.
"Nitip satpam sekolah". Laura memanggut-manggutkan kepalanya tanda mengerti.
"PAK NITIP MOTOR YA PAK!
NIH KUNCINYA!". Teriak Nathan kepada satpam sekolah membuat Laura
mendelik kaget. Pak Satpam sekolah hanya memanggutkan kepalanya dan
menangkap kunci motor Nathan yang dilempar oleh Nathan.
Dengan hati-hati Nathan
membawa Laura menuju warung yang biasa dipakai untuk nongkrong bersama
temannya. Dan benar saja disana masih ada Gilang dan Rafly yang masih
merokok.
"Wuidihhhhhh anak siapa lo bawa Nath?!" Ucap Rafly dengan hebohnya.
"Itu Laura pea". Jawab Gilang menoyor kepala Rafly.
"Masa sih?". Tanya Rafly
memincing kan matanya agar terlihat jelas siapa yang Nathan bawa.
Setelah sudah dekat jarak nya Rafly dapat melihat bahwa itu benar Laura.
"Makanya pake kaca mata. Udah tau mata Min tapi gak mau pake kaca mata". Ucap Gilang lagi.
"Lang beli minyak kayu
putih gece". Ucap Nathan menurunkan Laura pada sofa kecil. Laura
meringis sakit saat kakinya digerakan sedikit. Sepertinya Laura keseleo.
"Siap!". Ucap Gilang
yang langsung membeli minyak kayu putih. Nathan duduk didepan Laura.
Bukan duduk disofa namun dilantai tepat didepan kaki Laura.
"AWW NATH SAKITT!!!". Teriak Laura saat kakinya ditarik Nathan agar diselonjorkan dipangkuan kaki Nathan.
"Udah diem". Ucap Nathan.
"Nih Nath. Btw Laura kenapa?". Tanya Gilang dan Rafly menghampiri Laura dan Nathan.
"Hampir ketabrak gue, Terus dia jatoh. Gue rasa dia----".
"AWWW NATHAN SAKIT BANGET ADUHH NATHANN!!!". Teriak Laura saat Nathan mengurut pergelangan kakinya.
"Keseleo". Sambung
Nathan saat kata-katanya terputus oleh teriakan Laura tadi. Tidak peduli
dengan teriakan Laura, Nathan tetap mengurut kaki Laura.
"Widihhh bakat jadi tukang urut lo Nath". Ucap Rafly.
"Diem ah lo pea". Ucap Gilang menuangkan minyak kayu putih ke telapak tangannya dan memoleskannya disudut bibir Rafly.
"Anjirr lo panas bego ah lo mah tai!". Rafly buru-buru mencuci wajahnya. Sedangkan Gilang hanya tertawa terbahak-bahak saja.
"NATHHH SAKITT!!!". Ucap
Laura disela-sela isak tangisnya. Bahkan orang yang mempunyai warung
ikut meringis saat Laura berteriak sakit.
"Jangan manja jadi cewe. Kalo mau sembuh ya tahan". Ucap Nathan seperti ibu-ibu yang menasehati anaknya.
"Coba berdiri". Ucap Nathan menurunkan kaki Laura dari pangkuannya.
"Gak mauu, hiks hiks". Ucap Laura yang masih dengan isak tangisnya.
"Cepet kalo masih sakit
bilang gue. Biar gue bawa ke tukang urut". Ucap Nathan bangkit dari
duduknya. Menatap Laura yang masih menangis karena sakit tadi.
"Cepet". Ucap Nathan mengulurkan tangannya. Nathan sempat merasa tidak enak juga sih karena mengurutnya terlalu kencang.
"Iyahh". Ucap Laura
bangkit dari duduknya secara perlahan. Dan Laura tidak merasakan sakit
pada kakinya lagi. Bahkan saat Laura pakai untuk berjalan juga sudah
tidak sakit lagi.
"Gak sakit kan? Yaudah ayo gue anter pulang". Ucap Nathan dengan nada cueknya. Laura membulatkan matanya.
"Acie cie lagi pede kate nih yehhh". Ucap Rafly dengan nada alaynya.
"Bagus dah gue seneng
kalo cewenya Nathan Laura. Gak kaya cabe-cabean onoh". Ucap Gilang
membuat Nathan terdiam. Biasanya Nathan akan emosi kalau Bila
dijelek-jelekan namanya. Namun kali ini tidak. Nathan terlihat biasa
saja.
"Bener lagi pdkt ege,
Biasanya kan Nathan bakalan ngamuk kalo cewenya dijelek-jelekin". Ucap
Gilang. Laura hanya menatap ketiganya penuh kebingungan.
"Yuk Ra". Ucap Nathan menarik tangan Laura menuju motor Nathan yang dititipkan didepan sekolah tadi.
Laura merasakan kalau
jantungnya menggedor tulang rusuknya dengan kekuatan super. Laura bisa
merasakannya. Laura menatap tangan Nathan yang menggenggam pergelangan
tangan Laura dengan erat. Bahkan sampai menyebrang jalan Nathan tidak
kunjung melepaskan genggamannya.
"Nih pake helm gue". Ucap Nathan menyodorkan helmnya kepada Laura saat sudah sampai dimotor Nathan.
"Nih mas Nathan kunci motornya". Ucap Pak asep, Satpam sekolah.
"Makasih pak". Nathan
menaiki motornya dan memutar kunci motornya. Lalu menyalakan mesin
motornya. Laura masih menatap Nathan bingung.
"Besok jangan lupa bawa
helm ya kesekolah". Ucap Nathan saat Laura ingin menaiki motor Nathan.
Setelah Laura sudah duduk manis dan menutupi kakinya dengan jaket
Nathan, Nathan melajukan motornya dengan kecepatan lamban.
"Denger gue ngomong gak tadi?". Tanya Nathan lagi membuat Laura harus mencodongkan tubuhnya kedepan. Laura membuka kaca helm.
"Apaan?" Tanya Laura
tidak berteriak karena Nathan juga sedang melajukan motornya dengan
lamban jadi suara Laura masih bisa terdengar.
"Besok sekolah bawa
helm". Ucap Nathan membelokan motornya kearah kiri. Tidak jauh dari gang
yang sekarang dilewati Nathan dan Laura lewati terdapat rumah Laura.
"Ngapain? Gue aja naik
angkutan umum. Yakali dah gue bawa helm. Buat dipake di angkot gitu?
yang ada diketawain orang gue". Ucap Laura yang mulai muncul sifat
bacotnya itu.
"Besok-besok lo pulang
sama gue aja". Ucap Nathan menghentikan motornya saat sudah sampai
didepan rumah Laura. Begitupun dengan jantung Laura yang tiba-tiba saja
berhenti berdetak.
"Mau gak?". Tanya Nathan menoleh kearah Laura yang masih diam mematung tidak juga kunjung turun dari motor Nathan.
"Hah?? Gue udah---"
"Gak terima penolakan". Ucap Nathan dengan sifat dinginnya. Laura mendengus kesal dan menganggukan kepalanya.
"Yaudah turun. Betah lo
berduaan sama gue?". Ucap Nathan membuat Laura membulatkan matanya.
Wajah Laura sudah bersemu merah. Dengan hati-hati Laura turun dari motor
Nathan.
"Nih jaket sama helm lo". Ucap Laura memberikan jaket berserta helm Nathan.
"Jaketnya buat lo aja". Ucap Nathan mengambil helm motornya.
"Lah tapi---"
"Anggep aja itu sebagai
permohonan maaf gue udah hampir nabrak lo tadi sama ngurut kaki lo
terlalu kenceng sampe buat lo nangis". Ucap Nathan membuat Laura diam
mematung. Nathan memakai helmnya dan menyalakan mesin motornya.
"Gue duluan". Ucap Nathan dengan senyum tulusnya lalu berlalu pergi.
"Nath lo tuh kenapa
ganteng banget sih. Gakuna jadinya liat lo. Apalagi sifat lo yang
dingin-dingin tapi manis. Gue sukaa". Ucap Laura dengan gemas memeluk
jaket Nathan dengan erat.
Dengan langkah girang
Laura masuk kedalam rumahnya. Laura menatap kearah sepatu lelaki yang
tidak dikenalnya terletak rapih didepan pintu.
"Ada tamu?". Gumam Laura sambil melepas sepatunya. Setelah selesai melepas sepatunya Laura masuk kedalam.
"Ra?". Ucap laki-laki
dengan suara yang sangat familiar ditelinga Laura. Laura menoleh kearah
sofa ruang tengah. Dan betapa terkejutnya Laura mendapati sosok yang ia
rindukan berada dihadapannya.
Namun rasa debaran
jantung itu tidak ada lagi saat menatapnya berada disini. Rasa rindunya
bahkan seperti sudah hilang beberapa bulan yang lalu. Laura merasakan
bahwa dirinya benar-benar biasa saja mendapati lelaki itu berdiri
dihadapannya. Walau ada sedikit rasa sakit yang mulai menjalar pada
hatinya.
"Haii apa kabar? Gak ketemu berapa lama dan sekarang dateng lagi?". Ucap Laura dengan senyum tipis nya.
SEPULUH
"Maaf tapi aku kesini buat perbaikin hubungan kita". Ucap lelaki itu seraya bangkit dari duduknya.
"Jangan deket-deket!". Ucap Laura saat lelaki itu menghampirinya.
"Maaf". Lirih laki-laki itu.
Nathan POV
Gue ngerasain ada
sesuatu yang gak enak dibelakang baju gue entah apa rasanya, dipunggung
gue kaya ada benda tajam yang nusuk punggung gue. Gue meminggirkan motor
gue dipinggir jalan gak jauh dari rumah Laura. Dengan gerakan cepat gue
ngeraba punggung gue.
"Apaan ni?" Tanya gue saat gue megang benda yang nyangkut dibelakang baju seragam sekolah gue.
"Anting emas?". Tanya gue saat gue berhasil ngambil benda itu. Gue menghembuskan nafas pelan. Pasti ini punya Laura.
Gue mutusin buat balik
lagi kerumah Laura. Siapa tau ini bener anting dia. Lagian kenapa nih
anting bisa nyangkut dibaju gue sih? ada-ada aja.
"Misi pak". Ucap gue pas udah sampe didepan rumah Laura. Satpam yang jagain rumah Laura pun keluar gerbang.
"Mas yang anterin non Laura pulang tadi ya?". Tanya nya.
"Iya pak saya mau balikin barang Laura yang gak sengaja kebawa saya pak". Ucap gue.
"Ohh kalo gitu masuk aja
den. Didalem juga ada tamu tapi gak pa-pa kok. Tamunya seumuran kamu
juga". Ucap Satpam membuat kening gue saling bertaut bingung.
"Yaudah pak saya titip motor ya pak. Ini kuncinya". Ucap gue yang dibalas anggukan kepala pak Satpam itu.
Gue pake tas gue dipundak kiri gue. Dengan langkah santai gue masuk kedalam. Samar-samar gue denger orang lagi ribut didalam.
"EMANG KALO TEMEN HARUS FOTO SAMPE MESRA-MESRAAN GITU?!". Teriak yang gue tau itu suara Laura.
"Dia emang temen aku sayang". Ucap laki-laki yang gue gak tau siapa.
"Ohh kalo sama temen harus ya perhatian gitu?". Ucap Laura dengan nada santainya.
"Maaf". Jawab laki-laki itu lagi.
Gue yang udah bosen nunggu mutusin buat masuk aja. Lagian nungguin Laura selesai berantem juga pasti bakalan lama. Tapi tunggu, Tadi cowok itu manggil Laura sayang?
"Misi". Ucap gue. Laura
menolehkan kepalaya dan natap gue. Bisa gue liat Laura yang kaget dengan
kehadiran gue. Begitupun dengan lelaki yang sedang berdiri dihadapan
Laura.
"Nathan?". Tanya Laura.
Gue jalan ngedeketin Laura. Rahang gue mengeras. Tangan gue terkepal
kuat. Gue gak suka liat cewe nangis semenjak Bunda pernah cerita tentang
masa lalunya.
"Gue mau balikin anting
lo tadi nyangkut dibaju gue". Ucap gue beralih menatap Laura. Laura
menghapus air matanya dan mengambil antingnya itu.
"Makasih". Ucap Laura memasang antingnya pada telinganya.
"Dan lo. Gue emang gak
ada urusannya sama lo. Tapi satu yang mau gue bilang ke lo. Lo pengecut
udah bikinn cewek nangis". Ucap gue menunjuk wajah lelaki itu.
"Nath anter gue pergi yuk". Ucap Laura tiba-tiba. Tatapannya seperti berkata bahwa ia benar-benar ingin pergi dari sini.
"Maaf tapi Laura cewek gue". Ucap Lelaki itu menatap gue tajam. Gue terkekeh pelan.
"Maaf, lo udah
sia-sia-in dia duluan. Lo gak bisa dateng lagi disaat lo udah putus sama
cewe lo yang disana itu dan balik lagi ke Laura". Lelaki itu
membulatkan matanya.
"Lagian hubungan kita sampe sini aja karna--". Ucap Laura gue potong.
"Karna Laura udah jadi
pacar gue". Ucap gue dengan nada santai. Tidak perlu menunggu jawaban
lelaki itu, gue narik tangan Laura pergi dari situ. Laura masih diam
ngikutin kemana gue bakal bawa dia pergi.
"Naik". Ucap gue saat satpam sudah memberi kunci motor gue tadi.
"Non Laura mau kemana?". Tanya satpam itu.
"Saya mau ajak Laura pergi bentar pak". Ucap Gue yang dibalas anggukan kepala pak satpam itu.
"Hati-hati non". Ucap
satpam itu saat gue udah bawa Laura pergi. Laura masih diem aja. Gue
natap dia lewat kaca spion motor gue dan dia lagi nunduk aja.
"Semua bakal baik-baik
aja". Ucap gue. Laura mendongakan kepalanya dan natap gue juga di kaca
spion. Senyumnya sedikit terukir walaupun cuma sedikit.
********
Author POV
Semua nampak diam
menatap Laura. Nabilah dan Nathen sibuk dengan handphonenya sedangkan
Crystall dan Ferro sibuk memperhatikan Laura yang hanya menunduk saja
sejak tadi. Laura hanya memainkan jari-jemarinya saja.
"Nathan lama yah?". Tanya Nathan yang terlihat ngos-ngosan karena berlari di tangga rumahnya.
"Iya lama!!! Udah tau
Mamah udah kepo siapa cewek yang kamu bawa ini". Tunjuk Crystall menatap
Laura yang sudah mendongakan kepalanya.
"Maaf sih mah". Ucap Nathan mengerucutkan bibirnya kesal.
"Nah sekarang dimulai.
Nathan kamu minta maaf dulu sama kakak kamu". Ucap Ferro yang dibalas
anggukan kepala Nathan. Sedari tadi Laura tidak mengalihkan pandangannya
pada sosok Nathan.
Nathan dengan kaos hitam dan celana pendek sepanjang lutut membuat Nathan terkesan lebih berbeda dari yang biasanya.
"Kak gue minta maaf atas
kesalahan kemarin. Gue emang gak tau Bila kalo di club gimana. Tapi gue
percaya sama kakak gue. Semuanya emang bener. Dia main dibelakang gue
sama Michaell". Ucap Nathan membuat Laura membulatkan matanya.
Ohh masalahnya karena ini tohh waktu itu. Batin Laura berbicara.
"Iya gue maafin. Lain kali kalo emosi tuh tahan jangan main fisik". Ucap Nabilah menatap Nathan.
"Iyahh kakakku sayang". Jawab Nathan memeluk Nabilah.
Deg
Sekali lagi Laura akan mengatakan kalau Nathan sangat berbeda sifatnya jika disekolah dan dirumah. Dirumah lebih terlihat manis.
"Masalah selesai. Yang
kedua, Kenalin siapa cewe ini?". Tanya Ferro membuat Laura menelan
ludahnya susah payah. Bahkan sedari tadi hatinya terus menggerutu kesal
karena tadi belum sempat berganti pakaian. Bahkan wajahnya terlihat
berantakan sepertinya.
"Oh iya ini pacar baru Nathan". Ucap Nathan dengan santainya duduk disebelah Laura.
Laura berusaha
menetralkan jantungnya sekarang. Perutnya seperti tergelitik hebat.
Membuat Laura tidak bisa menahan senyumnya lebih lama lagi.
"PACAR BARU???". Ucap Nathen dan Nabilah bersamaan.
"Iyah". Jawab Nathan singkat, padat dan jelas.
"Lah si Bila-Bila itu?".
Tanya Nathen. Mengingat tadi Nathalia dilabrak oleh Bila dikelas.
Nathen sangat kesal dengan tingkah Bila yang sangat alay itu.
"Belom gue putusin sih tapi mau gue putusin besok". Ucap Nathan dengan santainya.
"HEH DIMANA-MANA PUTUSIN DULU!!". Omel Crystall kepada anak laki-lakinya itu.
"Tauu nih Nathan". Sahut Ferro.
"Laura aja gak keberatan ya gak?". Tanya Nathan menyenggol pundak Laura.
"Eh? I--Iya". Jawab Laura dengan gugup.
"Yaudahh. Pacaran boleh tapi jangan macem-macem". Omel Ferro.
"Iya yah". Jawab Nathan.
******
"Laura pulang dulu yah tante makasih udah ngajak Laura makan malem disini". Ucap Laura seraya mencium punggung tangan Crystall.
"Iya tante seneng malah.
Nabilah mah gak pernah mau bantuin tante, Jadi kamu sering-sering aja
main kesini. Oh iya besok kesini lagi aja tante mau buat kue". Ucap
Crystall antusias.
"Wahh boleh tante. Laura
bakal dateng besok". Ucap Laura tidak kalah antusias. Laura sangat suka
memasak. Bunda Laura kalau memasak tidak pernah mau dibantu katanya
merusak konsen memasaknya.
"Yaudah Bun, Nathan anter Laura pulang dulu yah". Ucap Nathan mencium punggung tangan Crystall lalu menaiki mobilnya.
"Hati-hati ya nak. Kalo
Nathan bawa kebut tonjok aja". Ucap Crystall membuat Laura tertawa
kecil. Laura menganggukan kepalanya dan masuk kedalam mobil.
Selama perjalanan hanya keheningan yang masuk kedalam indra pendengaran keduanya. Bosan akan keheningan Laura menyalakan radio.
"Tadi siapa?". Tanya Nathan memberanikan diri membuka pembicaraan. Entah kenapa jantungnya berdetak sangat cepat sekarang.
"Dia mantan gue yang di Amerika. Namanya Michaell". Jawab Laura menatap kearah luar jendela.
"Kalo mau tanya lebih
dalem lagi gue gak siap kasih tau sekarang". Sambung Laura saat Nathan
baru saja membuka mulutnya untuk bertanya lagi.
"Kenapa lo jadiin gue sebagai pacar lo?". Tanya Laura menatap Nathan yang sedang fokus menyetir mobilnya.
"Mungkin karena gue mulai suka sama lo dan ngerasa gak cocok sama Bila".
Sejak Nathan berkata seperti itu rasanya jantung Laura ingin lepas secara perlahan.
SEBELAS
"LAURA ADA PACARNYA TUH
DATENG!! CEPET SIAP-SIAPNYA!". Teriak Naha membuat Laura mendengus
kesal. Buru-buru Laura menyisir rambutnya dan menuruni anak tangga
dengan cepat.
GUBRAK!
"Awww!". Laura meringis sakit saat jatuh dari anak tangga terakhir yang di pijaknya.
"Aduh Kakak gue ini suka
banget jatoh-jatohan makanya jangan pecicilan napa sih". Ucap Nathalia
melihat kakaknya yang melihat dengkul kakinya. Ingat! Nathalia tidak
menolong Laura saat Laura jatuh.
Nathan menggelengkan kepalanya dan menghampiri Laura.
"Makanya jangan pecicilan". Ucap Nathan membantu Laura berdiri. Laura mengerucutkan bibirnya kesal.
Aduh malu banget gue. Batin Laura berbicara.
"Nih bekal---lah kamu kenapa?". Tanya Naha kepada anak perempuannya itu.
"Jatoh tante". Ucap Nathan membantu Laura berdiri.
"Pecicilan sih". Ucap Bundanya memasukan bekal Laura kedalam tasnya.
Yaelah dulu Bunda juga pecicilan. Makanya nurun ke Laura. Batin Laura berbicara.
"Yaudah Laura berangkat ya Bun". Ucap Laura yang dibalas anggukan kepala Naha.
"Hati-hati ya Nathan bawa Lauranya". Ucap Bayu. Ayah dari Laura.
"Eh Om. Iya om Nathan gak bawa kebut kok mobilnya". Ucap Nathan mencium punggung tangan Bayu dan Naha bergantian.
"Loh bawa Mobil?". Tanya Naha yang dibalas anggukan kepala Nathan.
"Nanti kalo bawa motor
Lauranya kepanasan kasian Lauranya tante. Terus udaranya juga gak
bagus". Ucap Nathan membuat Laura membulatkan matanya.
"Yaelah Nath gue mah naik angkot juga jadi". Ucap Laura yang dibalas kekehan Nathan.
"Bercanda tante. Lagi pengen bawa mobil aja tante". Ucap Nathan yang dibalas anggukan kepala Naha dan Bayu bergantian.
"Yaudah Laura berangkat, Assalamualaikum". Ucap Laura.
"Waalaikumsallam". Jawab Naha dan Bayu bergantian.
Nathan membukakan pintu
mobil untuk Laura. Laura terkejut dengan sikap Nathan yang berubah
seratus persen itu. Dengan senyum yang manis Laura masuk kedalam mobil.
"Huhh". Laura
menghembuskan nafasnya pelan saat sudah duduk di dalam mobil. Nathan pun
masuk kedalam mobil dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Nanti kalo lo diapa-apain sama Bila kasih tau gue yah". Ucap Nathan tiba-tiba membuat Laura menoleh kearah Nathan.
Tidak disengaja Nathan juga menoleh kearah Laura. Mata mereka kembali bertemu.
"Emang kenapa kalo Bila
apa-apain gue?". Tanya Laura kembali menatap kearah luar. Berusaha
menjauhkan degupan jantungnya yang makin berdetak cepat.
"Gue tau sifat Bila udah
setahun. Jujur aja gue pacaran sama lo cuma mau move on aja". Ucap
Nathan membuat Laura membulatkan matanya.
Entah kenapa hati Laura
sangat sakit mendengar Nathan berkata seperti itu. Berarti Nathan hanya
bercanda dengan hubungannya ini.
"Move on karna gue mulai suka sama lo". Ucap Nathan membuat Laura mendelik kearah Nathan.
"Kenapa?". Tanya Nathan lagi saat Laura menatapnya dengan genangan air matanya yang sudah menumpuk dimatanya.
Nathan menghentikan mobilnya dan memarkirkan mobilnya diparkiran sekolahnya.
"Bercanda sayang". Ucap Nathan menghapus air mata Laura.
"Jahaatt". Laura mengerucutkan bibirnya kesal.
"Yaudah yukk". Ucap Nathan turun dari mobilnya diikuti dengan Laura.
"Jangan jauh dari aku.
Nanti Bila bakal apa-apain kamu pasti". Ucap Nathan menggandeng tangan
Laura. Laura hanya menatap tangannya yang digenggam erat oleh Nathan.
"Iyah". Jawab Laura mati-matian menetralkan jantungnya yang berdetak cepat.
*******
"Ahhh gila PR Biologi gue beloman anjir". Teriak Rafly. Laura sedang asikk mengobrol dengan Fellu dan Angel.
"Ehh pinjem ya bukunya
gue mau liat, gue beloman sama sekali". Ucap Gilang menyambar buku Angel
yang tergeletak dimeja Angel. Memang di belakang Nathan dan Laura duduk
terdapat tempat duduk Gilang dan Rafly.
"Ahhh Gilang mah nanti kalo jawabannya sama malah gak dinilai". Teriak Angel bangkit dari duduknya.
"Yaelahhh takut amat
sih, Lagian kalo emang jawabannya itu gimana? Yaa dimana-mana kalo
jawaban bener mah selalu sama kali". Ucap Rafly yang mulai menulis PRnya
diatas bukunya itu.
"Ahh gak mau gue
kata-katanya kan sama nanti malah gak dinilai". Rengek Angel. Laura dan
Fellu menatap Angel dan Gilang bergantian.
Nathan? jangan tanyakan dia dimana karena Nathan sudah duduk anteng menulis PR nya dengan menyontek buku Laura.
"Nanti gue bedain kata-katanya". Ucap Gilang tanpa mengalihkan pandangannya pada kerjaannya yang sedang menyalin PR itu.
"Awas lo gak dibedain". Ancam Angel dengan matanya yang disipitkan.
"ARGHHHHHH PULPEN GUE TINTANYA ABISSS". Teriak Rafly membuat seisi kelas menoleh kearahnya.
"Bisa gak sih lo
diem?!". Teriak Nora. Teman sekelas Laura. Mukanya judes dan sangat
galak. Tapi kalau sudah berteman dengan Nora semua akan tau dibalik
sifatnya yang galak Nora sangat asik.
"PINJEM PULPENN KEK DUA MENIT LAGI BEL NIHHH!!!". Ucap Rafly mondar-mandir mencari pulpen.
"Assalamualaikum
anak-anak". Ucap Bu Ella membuat seisi kelas menoleh keasal suara.
Jangan tanyakan lagi, gurunya ini memang selalu datang tepat waktu.
Membuat murid-murid merutuki dirinya sendiri.
"Wa'alaikumsallam".
Jawab seisi kelas sambil kembali ketempat duduk semula. Anak kelas yang
bersebelahan dengan kelas Laura hanya tertawa dibalik pintu luar kelas.
Maksudnya menertawai kelas Laura karna guru yang mengajar dikelas Laura
datang lebih dulu dan lebih awal dibanding kelas sebelah.
"Mampus gue masih banyak yang belom". Ucap Rafly mengusap wajahnya frustasi.
"Nih Ra makasih ya". Ucap Nathan memberi bukunya kepada pacar sekaligus teman sebangkunya itu. Yaa, Laura.
"Sama-sama". Ucap Laura.
"Mari berdoa lebih dulu
karena saya ada pengumuman penting". Ucap bu Ella yang dibalas anggukan
seisi kelas. Dengan segera ketua kelas memimpin doa. Setelah selesai
semuanya kembali mendongakan kepalanya menatap bu Ella.
"YAHH PAK OLAHRAGA AJA NAPAH!!". Teriak anak kelas sebelah membuat kelas Laura tertawa.
"Sudah-sudah. Saya ada pengumuman penting". Ucap bu Ella membuat seisi kelas menjadi diam kembali.
"Pengumuman apa bu?". Tanya Fellu.
"Sekolah kita akan
merayakan ulang tahun kepala sekolah. Kita akan mengadakan pementasan
bakat apa saja pada siang hari dan malam nya sekolah akan mengadakan
promnight. Selain ulang tahun kepala sekolah yang dirayakan kita juga
merayakan ulang tahun sekolah kemarin yang tidak sempat dirayakan". Ucap
bu Ella panjang kebar.
"Penampilan bakat?". Tanya Rafly.
"Iyahh dilaksanakan saat
3 hari mendatang. Berarti hari Minggu". Ucap bu Ella membuat Laura
mendengus kesal. Laura tidak suka acara seperti ini yang pasti akan
diharuskan memakai gaun.
"Lo kenapa?". Tanya Nathan saat tau Laura mulai seperti tidak minat sama sekali mendengarkan penjelasan gurunya.
"Gue gak suka pake gaun.
Acara kaya gitu kan pasti pake gaun". Ucap Laura memutar bola matanya
malas. Berbeda dengan yang lain yang sudah mulai ribut dengan acara ini.
Ada yang membicarakan menggunakan gaun apa blablabla dan masih banyak
lagi.
"Permisi buk". Ucap
laki-laki dibalik pintu kelas membuat seisi kelas kembali hening dan
menatap keasal suara. Sayangnya Laura tidak bisa melihat orang itu
karena dia ketutupan pintu.
"Ahh yaa kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk". Ucap Bu Ella membuat kelas makin dilanda kepo.
Dan saat Laura dan
Nathan melihatnya tubuh keduanya menegang. Nafas Laura serasa sperti
terhalangi batu besar. Jantungnya semakin berdetak dengan cepat.
"Haiii". Sapa laki-laki itu menatap seisi kelas. Siswi yang sekelas dengan Laura menatap lelaki itu penuh kagum.
"Anjir kelas kita bakal ada cogan". Ucap Jennie teman sekelas Laura.
"ANJIR COGAN TUH COGAN!!!". Ucap Verly antusias. Namun laki-laki yang berdiri didepan kelas itu hanya tersenyum tipis.
"Perkenalkan dirimu". Ucap bu Ella yang dibalas anggukan kepala lelaki itu.
"Haii, Gue Michaell
Dorken. Pindahan dari Amerika. Gue suka main basket". Ucap Michael
dengan lantang dan dengan senyum miringnya yang sedang menatap Laura.
Dan dunia serasa ingin
hancur saat itu juga. Waktu terasa berhenti saat Laura mengetahui bahwa
benar kenyataannya Michaell pindah disekolahnya. Bahkan sekelas juga
dengannya. Nathan jadi merasakan harus benar hati-hati menjaga Laura
sekarang.
Karena Nathan benar-benar menyukai Laura. Dan tidak ingin melepasnya.
"Kita ketemu lagi Laura. Dan lo, Nathan"
DUA BELAS
Lima menit lagi bel
istirahat berbunyi. Laura sedari tadi tidak fokus dengan pelajarannya.
Mengingat disebelah kursi tempat duduk Nathan dan Laura terdapat
Michaell. Laura terus menerus memainkan jari-jemarinya. Sedikit demi
sedikit Laura melirik Michaell yang tengah menatap bu Yuli mengajar.
Wajahnya masih terlihat
sama. Masih dengan sikap dinginnya yang kadang membuat Laura susah move
on. Nathan melirik Laura yang terlihat resah. Nathan menghembuskan
nafasnya.
Nathan sebenarnya belum
mencintai Laura dengan sepenuhnya. Nathan juga bingung dengan isi
hatinya. Tujuan awal Nathan menjadikan Laura kekasihnya hanya satu hal.
Melihat sikap Bila yang sebenarnya seperti apa. Kalau Nathan sudah tau
sikap Bila sebenarnya Nathan akan berusaha melupakan Bila dan
menggantikan sosok Bila menjadi Laura dihatinya.
Bel istirahat berbunyi.
Murid-murid sudah berlarian keluar kelas menuju kantin. Tidak dengan
Laura yang masih duduk diam tak bergeming sedikit pun.
"Nath kantin gak?". Tanya Rafly menepuk pundak Nathan.
"Duluan aja". Ucap Nathan santai.
"Mau nitip gak lo biar dibeliin duluan makanannya". Ucap Gilang.
"Boleh deh batagor ya".
"Tapi ganti duit gue abis itu". Ucap Gilang perhitungan.
"Gue kira lo mau beliin Nathan". Ucap Rafly memutar bola matanya.
"Yaudah gue duluan, Yuk Fel, Ngel". Ucap Gilang membuat Nathan membulatkan matanya bersamaan dengan Laura.
"Kantin gak?". Tanya Fellu kepada Laura.
"Sejak kapan kalian temenan?". Tanya Laura menatap keempatnya bingung.
"Sejak gue sama Angel jadian". Ucap Gilang dengan cengiran khasnya.
"Kok lo gak bilang?". Tanya Laura.
"Gilang nyuruh gue buat diem-diem aja". Ucap Angel yang resmi jadian dengan Gilang.
"Yaudah bahas ini entar aja gue udah laper banget". Ucap Rafly yang langsung menarik Fellu, Angel dan Gilang pergi.
Terdengar suara hembusan
nafas dikursi sebelah Laura. Michaell beranjak bangun dan mendekatkan
kursinya kesamping Laura. Nathan yang sadar akan hal itu langsung
merangkul Laura.
"Santai bro, Gue udah ikhlas lo sama Laura". Ucap Michaell sepenuhnya berbohong.
"Nathan aku kangen
banget sama kam----". Suara cempreng perempuan mulai terdengar diambang
pintu. Nathan, Laura dan Michaell menoleh ke asal suara.
"Kamu ngapain
rangkul-rangkul dia ih!". Ucap Bila menarik Nathan sampai Nathan
beranjak bangun dari duduknya. Micahell menatap keduanya bingung.
"Kita putus Bil". Ucap Nathan santai sambil memasukan kedua telapak tangannya kedalam saku celananya.
"HAH?!! GAK-GAK-GAK KAMU
PASTI BERCANDA!". Teriak Bila membuat Nathan memejamkan matanya.
Ditariknya baju Nathan oleh Bila terus menerus.
"NATH JAWAB!".
"Gue minta putus lo bisa denger gak sih!!". Teriak Nathan didepan wajah Bila membuat Bila membulatkan matanya kaget.
"Kam--kamu berani ben---bentak aku?". Tanya Bila menatap Nathan.
"Wahh padahal Nathan
udah punya pacar tapi udah nembak lo aja yah Ra. Hebat banget cowok kaya
Nathan". Sindir Michaell secara halus. Namun menohok dihati Laura.
"Mana ada sih cowok yang
main nembak cewe lain aja padahal dia udah punya pacar. Pasti lo cuma
jadi bahan mainan aja Raa". Sindir Michaell secara halus lagi.
Laura menundukan
kepalanya. Memejamkan matanya kuat-kuat. Michaell benar. Gak mungkin
seseorang nembak dan menyatakan perasaanya sedangkan keduanya belum
kenal dekat.
"Ja---Jadi kamu jadian sama dia?". Tanya Bila menatap Laura kesal.
"Mulut lo kok kaya cewek
ya? Kalo gue benaran cinta sama Laura lo bisa apa? Lo cuma sekedar
mantan Laura yang gak bisa Laura ambil lagi. Karena lo cuma sampah yang
udah dibuang dan gak bakal dipungut lagi". Sindir Nathan lagi. Michaell
mengeraskan rahangnya. Ditahannya emosinya yang hampir saja meluap.
"Hahahah Ra, Lo gak bisa
percaya sama orang yang lo baru kenal gitu aja. Lo gak tau sifat Nathan
begitu sebaliknya. Kalo Nathan bener cuma mainin hati lo gimana?".
Tanya Michaell membuat hati Laura semakin sakit.
"Puaass? Puass liat gue menderita? kalo udah puas gue mau ucapin makasih". Ucap Laura menatap Michaell dan berlalu pergi.
"Ra tunggu!!". Teriak Nathan mengejar Laura.
"Ehh lo mantannya Laura?". Tanya Bila saat dikelas Nathan hanya ada dirinya dengan Michaell.
"Ya". Jawab Michaell mengembalikan kursinya ke tempat duduknya.
"Jutek amat sih, gue Bila. Pacarnya Nathan". Ucap Bila mengulurkan tangannya.
"Semua orang juga
bakalan tau lo mantannya Nathan setelah kejadian tadi". Ucap Michaell
membenarkan kata-kata Bila yang masih mengaku kekasihnya Nathan
sedangkan sebenarnya sudah menjadi mantan.
"Yayayaya, Gue punya ide bagus nih buat kita berdua". Ucap Bila membuat Michaell mengeryitkan dahinya bingung.
"Lo masih sayang kan
sama Laura? Gue juga masih sayang Nathan jadi gue punya ide buat
hubungan mereka". Ucap Bila membuat Michaell menatap Bila serius.
"Ide apa?". Tanya Michaell. Bila berjalan mendekat dan membisikan sesuatu ditelinga Michaell.
"........."
"Bagus juga ide lo, Boleh deh". Ucap Michaell saat Bila sudah menjauhkan wajahnya dan tersenyum miring.
"Yaudah kalo gitu gue balik ke kelas". Ucap Bila yang dibalas anggukan kepala Michaell.
"Permainan ini baru aja akan dimulai". Ucap Michaell lalu berjalan keluar kelas.
*******
Laura mendrible bola
basketnya ditengah hujan deras yang sudah mengguyur tubuhnya. Pulang
sekolah tadi Laura tidak ingin pulang lebih dulu. Laura ingin bermain
basket dilapangan sekolah. Tidak peduli dengan gemuruh petir yang terus
menyambar dan membuat Laura memejamkan matanya berulang kali, Laura
tetap memainkan basketnya ini.
Nathan yang sedari tadi
memaksa Laura untuk pulang tapi tidak digubris sedikit pun oleh Laura.
Jadi Nathan memutuskan untuk menunggu Laura sampai Laura lelah bermain
bersama basketnya itu.
"Masih gak cape?". Tanya
Nathan saat Laura mengambil bola basket yang berada didekat Nathan.
Nathan meutuskan untuk ikut hujan-hujanan dan berdiri tidak jauh dari
Laura yang sedang bermain basket.
"Ga". Ucap Laura singkat dan melempar bola basketnya dari jauh dan berhasil masuk.
"Masih mau percaya kata-kata Michaell?". Tanya Nathan lagi melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Gue buktiin kalo gue
beneran mulai suka sama lo". Ucap Nathan membuat Laura berdiam diri.
Membiarkan bola basketnya yang tengah memantul saat masuk ke ring basket
tadi dan jatuh ke aspal lapangan basket.
Laura menghembuskan
nafas lelah dan memutuskan untuk kekelas. Mengambil tasnya dan
memutuskan untuk pulang. Nathan sudah mengambil tas nya tadi dan
memutuskan memainkan basket yang tadi dipakai Laura. Tentu sambil
menunggu Laura yang Nathan yakini ingin mengambil tasnya itu.
Suara decitan sepatu
Laura pada lantai menemaninya dalam kesunyiannya lorong kelas. Satu
persatu bulir air hujan jatuh kewajahnya melewati rambutnya. Bibir Laura
sudah pucat dan membiru akibat kedinginan. Dengan langkah cepat Laura
menuju kelasnya.
Sesampai kelasnya Laura menghembuskan nafas lega saat masih melihat tasnya yang masih bertengker manis diatas mejanya.
Setelah Laura sudah
memakai tasnya Laura pun memutuskan untuk keluar kelas. Suara
handphonenya yang berdering membuat Laura berdiam dulu diambang pintu
dan melihat handphonenya yang berada didalam tas.
Laura mengeryitkan dahi
bingung saat satu pesan yang tidak memiliki nama mengirimnya pesan.
Dengan hati-hati Laura menatap sekeliling dan membuka pesannya.
From : 08xxxxxxx
Gue tunggu lo dibawah terus pulang bareng gue, gue gak terima penolakan
Nathan.
Senyum Laura sedikit
mengembang. Namun keraguannya akan sosok Nathan kembali menggerogoti
hatinya. Dengan sigap Laura kembali memasukan hanphonenya pada tasnya
dan berjalan keluar. Namun saat Laura sudah keluar kelas sebuah sapu
tangan membekap mulut dan hidungnya dengan kuat.
Laura terus memberontak
dan mencakar tangan yang sedang membekap mulutnya itu namun sebelum
orang itu melepaskan bekapan tangannya pada mulut Laura, Laura sudah
lebih dulu ambruk karena kehabisan nafas.
Laura tidak sadarkan diri.
TIGA BELAS
Laura
menahan nafasnya saat air mulai membasahi kepalanya. Mata Laura ditutup
rapat. Mulutnya diikat kain dengan kuat. Laura tidak bisa melihat
keadaan sekitar karena matanya tertutup. Tangannya perih. Laura sedang
diikat dikursi.
"LEPASIN
GUE!!!". Teriak Laura. Seorang perempuan bersama teman-temannya
menjatuhi kepala Laura dengan terigu. Ditambah lagi dengan air tinta
hitam.
"Cabut
guys". Ucap pemimpinnya tanpa suara. Dengan langkah santai mereka pergi
dan mengunci gudang sekolah ini. Meninggalkan Laura yang tengah
menangis. Mulutnya terasa sangat pahit saat cairan tinta masuk
kemulutnya tanpa sengaja.
"Tolong!!". Ucap Laura dengan lemah.
"Please, Help". Bisik Laura dengan suara yang tertahan karena kain bekapannya.
*******
Nathan duduk dipinggir
lapangan. Sedari tadi Nathan melihat jam tangannya yang terus bergerak.
Nathan masih menunggu Laura dilapangan. Nathan menghembuskan nafas lelah
dan bangkit dari duduknya.
"Gue tau lo marah sama
gue tapi seenggaknya lo percaya Ra kalo gue beneran mulai suka sama lo".
Ucap Nathan berlalu pergi. Nathan fikir Laura pasti sudah pulang lebih
dulu dan meninggalkan Nathan.
Dengan langkah berat
Nathan menuju parkiran dan menaiki motornya. Melajukan motornya dengan
kecepatan penuh menuju pulang kerumahnya.
Saat sampai dirumahnya Nathan sudah diocehi oleh Bundanya, Crystall.
"Kamu nih gimana sih
baju besok masih dipake kok malah main ujan-ujanan!". Ucap Crystall saat
melihat Nathan tengah duduk disofa dengan santainya tanpa mengganti
bajunya.
"Cepet sana mandi, sakit aja lo". Ucap Nabilah yang sedang memakan cemilannya sambil menonton tv.
"Iyaaa". Jawab Nathan dengan lemasnya. Dengan langkah gontai Nathan menaiki tangga rumahnya dan menuju kekamarnya.
"Abang lagi kenapa kak?". Tanya Nathen yang merebut cemilan Nabilah.
"Galau kali". Ucap Nabilah acuh lalu membuntuti ibundanya kedapur.
"Bunda masak apa?".
*******
Suara notif line yang
berulang kali berbunyi membuat Nathan sadar dari tidurnya. Dengan mata
yang tertutup Nathan mencari hanphonenya yang selalu berada disamping
bantalnya.
"Siapa sih pagi-pagi udah bacot". Gumam Nathan dengan mata yang terbuka sedikit.
Rafly : Nath gila! Lo harus kesekolah pagi ini sekarang!
Rafly : Nath gece!!
Rafly : Woii PEA! Bangun napa
Rafly : Astaga
Nathan mengucak matanya
dan bangkit dari tidurnya dengan malas. Lagipula saat Nathan melihat jam
Nathan masih memiliki waktu tidur 60 menit lagi. Nathan malas datang
pagi. Tidak seperti sahabatnya itu, Rafly. Walaupun Rafly sangat nakal
namun Rafly selalu datang pagi kesekolah.
Nathan : Ngapain sih lo nyuruh gue dateng pagi-pagi? Kaya ada hal penting aja
Rafly : Ini lebih
dari penting! Laura dibawa kerumah sakit. Tadi pagi gue sama Angel
nemuin dia digudang pas bu Aya nyuruh gue buat naro buku-buku gak kepake
digudang.
Mata Nathan membulat. Rasa kantuk Nathan hilang digantikan dengan rasa khawatir Nathan.
Nathan : Gue gak suka bercanda ya Raf
Rafly : Sumpah gue gak boong Nath. Mending lo sekarang ke RS mumpung satu jam lagi lo masih ada waktu.
Nathan : RS Mana?
Rafly : Rumah sakit Harapan Nath.
Dengan sigap Nathan
berlari menuju lemarinya. Mencari baju dan juga handuknya. Setelah dapat
Nathan kembali mengambil handphonenya itu.
Nathan : Izinin gue gak sekolah. Bilang aja gue sakit.
Tanpa memperdulikan
balasan dari Rafly, Nathan dengan gerakan cepat melakukan aktivitas
mandinya. Setelah rapih dan siap Nathan sedikit berlari kelantai bawah
rumahnya. Terlihat disana Nabilah yang sedang memakan roti sambil
menonton tv.
Ferro sedang mengetik di laptopnya itu entah apa Nathan tidak peduli. Sedangkan Crystall sedang memoleskan selai untuk rotinya.
"Bun, Nathan berangkat
sekolah dulu yah". Ucap Nathan tergesa-gesa. Entah kenapa Nathan jadi
lebih suka khawatir dengan Laura. Crystall dan Ferro menatap Nathan
kaget.
"I----Ini Abang kan? Kok
udah bangun?". Ucap Crystall terbata-bata dan dengan perasaan terkejut
juga. Crystall sangat tau anaknya yang tidak bisa bangun pagi ini.
"Yaiyalah Bun siapa lagi
coba? Yaudah Nathan berangkat ya. Assalamualaikum". Ucap Nathan
mengecup punggung tangan Ferro dan Crystall.
"Gitu dong bangun pagi".
Ucap Ferro melihat Nathan menyambar kunci mobil Nabilah. Nathan hanya
menunjukan cengiran khasnya dan berlari menuju mobil. Setelah masuk
kedalam mobil Nathan mulai melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
"Bun, Biya berangkat yaa". Ucap Nabilah mengecup punggung tangan Crystall.
"Udah sarapan kak?". Tanya Ferro saat Nabilah mencium punggung tangan Ferro.
"Udah yah". Jawab Nabilah celingak-celinguk mencari barang yang ia cari.
"Cari apa kak?". Tanya Crystall menghampiri Nabilah.
"Kunci mobil Biya Bun".
"Dibawa Nathan tadi". Ucap Ferro dengan santainya. Nabilah membulatkan matanya.
"NATHANNNNN!!!!!!"
******
Nathan berlari kecil memasuki rumah sakit. Nathan mengedarkan pandangannya dan menghampiri suster yang berlaru-lalang.
"Sus apa ada pasien yang
namanya Laura Vagitcon yang baru aja masuk rumah sakit pagi ini?".
Tanya Nathan membuat suster mengerjapkan matanya berulang kali. Siapa
yang tidak kaget dengan ketampanan Nathan. Nathan menatap suster
didepannya ini dengan tatapan datar.
"Sus?"
"Ahh ya ada, Baru aja
masuk ruangan 205 Dilantai dua rumah sakit". Ucap suster tersebut.
Nathan menganggukan kepalanya dan berlari menuju lantai dua rumah sakit.
Nathan memfokuskan
pandangannya mencari nomor kamar yang menempel pada pintu rumah sakit.
Namun didepan Nathan melihat Nathalia yang sedang duduk menangis.
"Nath?". Ucap Nathan menyentuh pundak Nathalia.
"Kak Nathan??". Ucap
Nathalia dengan terkejut. Nathan memeluk Nathalia dan membiarkan adik
dari kekasihnya ini menangis didalam dekapannya.
"Laura gimana?". Tanya Nathan melepas dekapannya dan menuntun Nathalia agar kembali duduk.
"Kak Laura keracunan
kak. Tadi pagi mukanya pucet banget. Aku juga kaget pas temen-temen aku
manggilin aku". Ucap Nathalia dengan isak tangisnya.
"Kenapa kakak kamu bisa
ada digudang sekolah? Kenapa kamu gak kabarin kakak aja kalo kak Laura
belum pulang dari kemarin?". Tanya Nathan.
"Aku juga bingung kak
kenapa ka Laura belum pulang. Aku fikir kak Laura pulang malem. Bunda
sama Ayah juga lagi keluar kota. Nathalia gak mau bilang Bunda sama Ayah
nanti Bunda sama Ayah kerjanya gak konsen". Ucap Nathalia panjang
lebar.
"Mulai sekarang kalo ada
apa-apa sama kak Laura kamu hubungin kakak. Nih nomer kakak". Ucap
Nathan memberi nomor telefon nya kepada Nathalia. Nathalia mengangguk
lemah dan mencatat nomor Nathan.
"Yaudah kamu sekolah aja biar kakak yang jagain kakak kamu". Ucap Nathan menghapus air mata Nathalia.
"Makasih kak, Kalo gitu Aku berangkat dulu kak". Ucap Nathalia mengecup punggung tangan Nathan.
"Hati-hati". Ucap Nathan melambaikan tangannya saat Nathalia berlari menjauh.
Tidak lama dari
kepergian Nathalia seorang dokter keluar dari ruang rawat Laura. Dengan
cepat Nathan bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut.
"Gimana sama keadaan pacar saya dok". Ucap Nathan tidak sabaran.
"Ohh, Kamu kekasih nya? Keluarganya ada?". Tanya Dokter yang dibalas gelengan kepala Nathan.
"Baik, Keadaan Laura
sudah membaik. Untung pasien bernama Laura ini segera dibawa kerumah
sakit. Kalau tidak nyawanya akan lewat. Laura hampir meminum tinta yang
dicampur racun itu cukup banyak. Setelah diperiksa tadi Laura sepertinya
baru meminumnya". Ucap Dokter membuat Nathan membulatkan matanya.
"Apa yang sebenernya terjadi dok?". Tanya Nathan.
"Kami tidak tau pasti.
Tetapi sepertinya itu bukan kesengajaan. Mengetahui dibagian mulut,
tangan dan kaki pasien penuh luka". Jelas Dokter membuat emosi Nathan
meluap.
Siapa yang berani lakuin ini ke Laura bakalann abis ditangan gue saat itu juga. Batin Nathan.
"Kami permisi". Ucap
Dokter berlalu pergii. Nathan menghembuskan nafasnya. Menetralkan
emosinya. Dengan langkah santai Nathan masuk kedalam ruangan. Nampak lah
disana Laura yang sedang melihat kerah luar jendela. Tubuhnya terbaring
lemah dengan penuh luka ditangannya.
Nathan bersumpah akan
menghabisi siapa pun yang berani melakukan ini ke Laura. Nathan kembali
meringis saat mendekati Laura dan menatap dibagian pipi Laura sudah
membiru.
"Raa?"
EMPAT BELAS
"Gimana sama keadaan pacar saya dok". Ucap Nathan tidak sabaran.
"Ohh, Kamu kekasih nya? Keluarganya ada?". Tanya Dokter yang dibalas gelengan kepala Nathan.
"Baik, Keadaan Laura
sudah membaik. Untung pasien bernama Laura ini segera dibawa kerumah
sakit. Kalau tidak nyawanya akan lewat. Laura hampir meminum tinta yang
dicampur racun itu cukup banyak. Setelah diperiksa tadi Laura sepertinya
baru meminumnya". Ucap Dokter membuat Nathan membulatkan matanya.
"Apa yang sebenernya terjadi dok?". Tanya Nathan.
"Kami tidak tau pasti.
Tetapi sepertinya itu bukan kesengajaan. Mengetahui dibagian mulut,
tangan dan kaki pasien penuh luka". Jelas Dokter membuat emosi Nathan
meluap.
Siapa yang berani lakuin ini ke Laura bakalann abis ditangan gue saat itu juga. Batin Nathan.
"Kami permisi". Ucap
Dokter berlalu pergii. Nathan menghembuskan nafasnya. Menetralkan
emosinya. Dengan langkah santai Nathan masuk kedalam ruangan. Nampak lah
disana Laura yang sedang melihat kerah luar jendela. Tubuhnya terbaring
lemah dengan penuh luka ditangannya.
Nathan bersumpah akan
menghabisi siapa pun yang berani melakukan ini ke Laura. Nathan kembali
meringis saat mendekati Laura dan menatap dibagian pipi Laura sudah
membiru.
"Raa?". Ucap Nathan
membuat Laura menoleh ke asal suara. Laura langsung menundukan
kepalanya. Membiarkan rambutnya menutupi wajahnya. Ditariknya selimut
sampai pangkal lehernya.
"Raa?". Ucap Nathan lagi menyelipkan rambut Laura kebelakang telinganya. Laura menatap Nathan.
Nathan membulatkan
matanya saat melihat pipi Laura membiru. Matanya bengkak. Nathan meredam
emosinya dengan menghembuskan nafasnya perlahan.
"Siapa yang buat lo kaya gini?". Tanya Nathan hati-hati namun penuh penekanan.
"Gue gak tau". Ucap Laura mengalihkan wajahnya menatap kearah jendela lagi.
"Bohong". Ucap Nathan menatap Laura.
"Mata gue ditutup,
tangan sama kaki diiket, mulut gue juga diiket kain keras banget.
Gimana gue bisa tau Nath?". Ucap Laura lirih. Ia lelah. Laura phobia
ruangan sempit dan gelap.
Apalagi gudang sekolah
banyak berang tak terpakai terletak di sana. Membuat ruangan semakin
sempit dan pengap. Lampu gudang juga mati dan tidak pernah dibetuli.
Berulang kali Laura
berteriak namun penjaga sekolah tidak ada yang lewat. Berharap ada yang
menolongnya namun nihil. Siapa yang berani melewati gudang sekolah yang
berada dipojok lorong sekolah.
Tidak ada yang pernah lewat sana karna hanya ruangan gudang sekolah yang terdapat di lorong belakang sekolah.
"Kalo gitu bakalan gue
cari orangnya". Ucap Nathan menarik kursi kearah samping kasur Laura.
Laura memejamkan matanya kuat-kuat. Entah sejak kapan Laura mulai
menyukai Nathan, Laura tidak tau.
"Ra, kenapa gak mau tatap gue?". Tanya Nathan yang masih menatap Laura. Laura menggeleng lemah.
"Lo gak sekolah Nath?". Tanya Laura menundukan kepalanya. Masih tidak mau menatap Nathan.
"Gue mau jagain lo aja disini". Ucap Nathan dengan santainya. Lagi, Hati Laura dibuat luluh kembali.
"Nath bisa biarin gue sendiri?". Tanya Laura menahan air matanya sekuat tenaga agar tidak kembali jatuh.
"Raa, Buat apa sih gue
bohong. Gue beneran suka sama lo Ra. Gue mau move on dari Bila. Gue
sadar, Selama gue pacaran sama Bila gue jadi cowok yang gak bener. Gue
minta bantuannya sama lo biar gue bisa move on dari Bila". Ucap Nathan
membuat Laura memejamkan matanya kuat-kuat dalam tundukan kepalanya.
"Nath, Move itu gak gampang". Ucap Laura ada benarnya juga.
"Makanya gue minta
bantuannya sama lo. Kita sama-sama jalanin ini. Biarin hati kita yang
numbuhin rasa cinta itu dengan sendirinya. Gue tau ini terlalu cepet".
Nathan menghela nafasnya dan melanjutkannya lagi.
"Gue gak suka nunggu
lama lagi Ra. Nunggu itu cape". Nathan bangkit dari duduknya. berjalan
kearah sisi kiri kasur dan mengangkat wajah Laura.
"Gue serius sama lo mulai sekarang". Ucap Nathan mengangkat dagu Laura.
Laura menatap manik mata
Nathan dengan serius. Laura membiarkan mata hitam legamnya tenggelam
pada mata coklat Nathan. Laura mencari kejujuran Nathan didalam manik
matanya.
CUP!
Mata Laura membulat. Barusan Nathan mencium bibirnya. Hanya sekilas namun sangat ber-efek untuk Laura.
"Gue bilang gue beneran cinta sama lo". Ucap Nathan mengelus rambut Laura.
Dan semenjak itu Laura
berusaha melepas nama Michaell pada hatinya. Mengganti nama Michell
menjadi nama Nathan dihatinya. Mengubur dalam-dalam segala kenangan masa
lalunya pada hatinya. Laura tersenyum tipis dengan satu bulir air
matanya yang tak sengaja jatuh.
"Kita bisa jaga hubungan ini sama-sama". Ucap Nathan dan Laura bersamaan.
*******
Pagi ini Laura dijemput
Nathan. Tiga hari yang lalu Laura sudah diperbolehkan pulang. Nathan
sedari tadi tidak ada hentinya menatap Laura yang sedang berjalan
menunduk disampingnya.
Sebelum berangkat
sekolah tadi Laura memang sempat berbicara kepada Nathan. Bahwa hatinya
belum sepenuhnya untuk Nathan. Nathan tidak marah, Tidak juga kecewa.
Nathan memakluminya. Karena Nathan juga masih belum bisa melupakan Bila.
Keduanya sama-sama
saling mengerti. Sama-sama saling memahami. Bedanya sekarang Nathan
hampir melupakan Bila dan berpindah hati ke Laura. Namun Laura masih
susah sekali memindahkan hatinya untuk Nathan.
"Jangan takut". Ucap Nathan menggandeng tangan Laura. Menyatukan jari-jemarinya disela jari-jemari Laura.
"Gue ada buat lo".
Sambung Nathan lagi membuat Laura lebih tenang. Saat Nathan dan Laura
masuk kekelas, Nathan semakin mengeratkan genggaman tangannya kepada
Laura. Memberi rasa aman untuk Laura. Setidaknya Laura tau kalau Nathan
benar-benar menjaganya.
"Lo pindah duduk
disebelah kanan". Ucap Nathan kepada Laura. Mengetahui kalau Laura duduk
dibangku kiri, Laura akan dekat dengan Michaell. Michaell yang sadar
Laura disuruh pindah oleh Nathan, Michaell langsung bangkit dari
duduknya.
"Gak bisa gitu dong, Laura kan duduk disini". Ucap Michaell menunjuk kursi sebelah kiri yang berada didekatnya.
"Gak bisa gimana?".
Tanya Nathan saat melihat Laura sudah duduk santai dikursi sebelah
kanan, Tempat yang seharusnya tempat biasa Nathan duduk. Laura terlihat
lebih lega dari yang sebelumnya saat berpindah posisi tempat duduk
dengan Nathan.
Itu artinya Laura akan semakin bisa dan lebih mudah menjauhkan Michaell.
"Yaa kan tempat duduknya
udah ditentuin sama guru. Lo gak bisa seenaknya nyuruh Laura pindah
dong". Ucap Michaell. Nathan menaruh tasnya diatas meja dan menatap
Michaell dari bawah sampai atas.
"Gue sekolah bayar
disini". Ucap Nathan dengan santainya membuat Michaell harus menahan
sedikit emosi yang hampir saja meluap begitu saja.
"Yaa, Gue tau. Tapi
masalah tempat duduk Laura duduk disini dong". Ucap Michaell kekeuh pada
pendiriannya. Laura menatap Michaell dan Nathan. Nathan terkekeh pelan.
"Sorry bro. Laura pacar
gue. Dan gue bebas nyuruh dia gak deket sama siapapun yang ngusik dia
dan hubungannya". Michaell membulatkan matanya saat tau Nathan
mengatakan seperti itu.
"Lo tuh Ngajakk rib---"
"Mending lo pulang aja deh hidup lo tuh nyusahin". Ucap Nathan jadi jengkel sendiri.
"Sayang, Kantin yuk kamu
kan belum sarapan". Ucap Nathan dengan nada manis. Laura membulatkan
matanya menatap Nathan tak percaya akan berkata seperti itu. Bahkan
lebih manis dari sikap dinginnya.
Laura mengangguk dan
menerima uluran tangan Nathan. Diambang pintu saat Nathan dan Laura
ingin keluar kelas, Nathan sempat menengok kearah Michaell yang berdiri
diam mematung. Nathan tersenyum miring dan merangkul Laura menuju
kantin.
'Gue bakalan jaga Laura dari lo. Gue tau lo Michaell. Lo bukan orang baik-baik'. Batin Nathan.
LIMA BELAS
Kelas Nathan nampak
sangat ramai. Mengetahui guru yang seharusnya mengajar tidak bisa hadir
dikarenakan sakit. Semua murid berlari-larian sana sini.
Freeclas.
Ada yang mencharger handphone nya sambil bermain game, bermain bola dikelas, mencoret-coret papan tulis dan sebagainya.
"EHHHH NATA! JANGAN
CORET-CORET PAPAN TULIS KEK NANTI ABIS TINTANYA!". Teriak Farah yang
menjabat sebagai bendahara sekaligus sekertaris di kelas nya.
"Yaelah cuma gambar-gambar doang juga". Sahut Nata masih mencoret-coret papan tulis dengan spidol kelas.
"TARO GAK! NANTI ABIS
TINTANYA IHH, MENDING KALO DIMINTAIN UANG KAS PADA NGASIH BIAR BISA BELI
KEPERLUAN KELAS. DIMINTAIN UANG KAS AJA KAYA GUE MAU BUNUH ORANG".
Teriak Farah membuat seluruh kelas menatapnya.
"Lagian mintain uang kas mulu tekor uang jajan gue". Ucap Rafly.
Laura yang tau sebentar lagi kelasnya akan mulai keributan hanya tertawa kecil.
"Lo lagi!! Belom bayar uang kas seminggu! Kenaikan kelas harus lunas lo yah!!". Ancam Farah kepada Rafly.
"Yaelah uang kas tiap satu minggu goceng doang mah gampil". Sahut Gilang membela Rafly.
"Gampil-gampil pala lo
peyang. lo tiga bulan belom bayar! Yang bener itu tiga hari sekali
goceng!". Ucap Farah kembali membaca buku pelajarannya. Biasanya Farah
kalau sudah kesal akan melupakan masalahnya begitu saja.
"Mereka lucu ya". Ucap Laura kepada Nathan. Nathan menoleh kearah Farah dan teman-temannya.
"Gak ah, lucuan kamu". Ucap Nathan membuat Laura menundukan kepalanya. Pipi Laura mulai terasa panas.
jangan Bulshing please. Batin Laura.
"Cieee bulshing. Makin manis aja". Goda Nathan. Entah kenapa Nathan jadi suka mengganggu Laura.
"Ihhh Nathan mahhh".
Ucap Laura mendorong lengan Nathan. Nathan tertawa terbahak-bahak
melihat tingkahh lucu Laura. Rafly dan Gilang saling tatap. Begitu juga
dengan Fellu dan Angel.
"Kalian jadian?". Tanya keempatnya bersamaan.
Nathan menganggukan
kepalanya tanpa mengalihkan pandangan matanya akan sosok Laura yang
tengah menunduk malu. Tentu karena pertanyaan keempat sahabatnya tadi.
"Gak usah malu kali sama pacar sendiri, Cieee Laura cieee". Ledek Fellu semakin membuat Laura bulshing.
"Ihhh kalian mah". Ucap Laura berdiri dari tempat duduknya.
"Mau kemana?". Tanya Nathan menggenggam tangan Laura.
"Toilett". Ucap Laura
singkat. Michaell melirik kearah Laura yang sudah berjalan keluar kelas.
Diraihnya handphonenya yang berada di saku celananya.
"Mau ditemenin gak Ra?".
Teriak Fellu berlari kearah daun pintu. Menyusul Laura yang sudah
berjalan keluar kelas. Namun Laura hanya menggelengkan kepalanya saja
tanda Laura tidak mau ditemani.
"Yaudah hati-hati".
Dibalik Fellu yang sudah berjalan kembali ketempatnya, Michaell
tersenyum miring dan mengetik pesan kepada seorang gadis disebrang sana.
Michaell :
Laura ketoilet tuh dia sendiri.
Send.
Michaell tersenyum tipis
dan kembali memasukan handphonenya kedalam saku celananya.
Disandarkannya punggungnya pada kursi. Nathan yang tau gerak-gerik
Michaell mulai aneh menjadi merasa was-was akan Laura yang sedang pergi
ke toilet sendiri.
"Gue ke toilet dulu".
Ucap Nathan yang dibalas acungan jempol Rafly. Dengan langkah santai
Nathan menuju toilet. Lebih baik Nathan membuang panggilan alamnya lebih
dulu baru menunggu Laura didepan lorong kamar mandi wanita. Diluar
lebih tepatnya.
Saat sudah membuang panggilan alam Nathan berjalan santai keluar kamar mandi.
"Ahh paling Laura juga
udah ke kelas". Ucap Nathan saat melewati kamar mandi perempuan. Nathan
memutuskan untuk kembali kekelas. Namun langkah Nathan berhenti saat
lima langkah kakinya melaju dan mendengar suara jeritan perempuan.
"SIAPA YANG KUNCIIN
GUE??!! WOII PLEASE BUKAA!!!". Teriak gadis itu histeris. Nathan kenal
suara ini. Dengan langkah lebar Nathan masuk kedalam kamar mandi wanita.
Sepii, hanya suara jeritan perempuan ini yang terus-menerus berteriak.
"BUKA PLEASEEE GUE TAKUT
GELAP!!!!". Teriak gadis itu lagi menggedor-gedor pintu kamar mandi.
Nathan mendobraknya namun yang pertama gagal.
"Adaa orang? Please
siapa pun lo bantu gue keluar!!". Ucap Laura yang sadar tadi ada yang
mendobrak pintunya. Nathan tau ini benar Laura.
"Raaa, Lo didalem?". Tanya Nathan. Laura membulatkan matanya saat mendengar suara Nathan.
"Nathh please bukain gue
takut gelap". Ucap Laura susah payah. Nafasnya semakin menipis. Begini
jadinya kalau Laura sudah bertemu gelap dan ruangan sempit. Laura jadi
semakin sulit bernafas nantinya.
Sekuat tenaga Nathan
mendobrak pintu kamar mandi. Beruntung didalam kamar mandi sedang sepi.
Kalau lagi banyak perempuan mungkin perempuan yang berada didalam toilet
akan menjerit melihat Nathan masuk kedalam kamar mandi perempuan.
BRAKKK!!!
Pintu bilik kamar mandi
dibagian pertama terbuka. Nampak disana Laura yang tengah berdiri dengan
memeluk tubuhnya sendiri. Nathan menarik Laura keluar ruangan bilik
kamar mandi.
Tangan Laura terasa
sangat dingin saat Nathan menggenggam nya. Saat Laura sudah ditarik
keluar Nathan kembali membalikan tubuhnya menatap Laura. Bahu Laura
nampak bergetar hebat. Tubuhnya sudah lemas sekali walau hanya sekedar
menahan tubuhnya sendiri untuk berdiri.
Tanpa izin dari Laura,
Nathan mendekap tubuh gadisnya itu. Laura tidak menolak. Laura melipat
kedua tangannya dibalik dekapan Nathan. Membatasi tubuhnya dengan tubuh
Nathan. Laura menangis terisak-isak didalam dekapan Nathan.
"Maaf". Ucap Nathan.
"Maaf gak bisa jaga lo
tapi gue janji gue bakalan jaga lo semampu yang gue bisa mulai sekarang.
Gue gak akan biarin ada yang lukain Lo lagi. Lo harus tetep ada
disamping gue". Ucap Nathan.
"Hiks hiks". Laura
mengangguk dengan isakan tangis nya. Bel istirahat pun berbunyi. Nathan
melepas dekapannya. Menghapus air mata Laura dan mengecup kedua kelopak
mata Laura.
"Makasih, gue gak tau lagi kalo lo gak ada tadi gue bakalan gimana didalem".
"Udah tugas gue sebagai cowok lo Ra, buat jagain lo". Ucap Nathan membuat Laura kembali bulshing.
"Diem ah Nath. Bikin gue
bulshing mulu. Kantin yuk". Ajak Laura menarik tangan Nathan. Nathan
terkekeh pelan dan mengikuti arah tangan Laura yang sedang menarik
tangannya.
Namun dibalik bilik
pintu kamar mandi kedua, seorang gadis mengepalkan kedua tangannya
kuat-kuat. Matanya memancarkan sorot kemarahan. Diraih handphonenya yang
ditaruh disaku baju nya.
Bila :
Lo bilang Laura sendiri. Cowok gue malah dateng nyelamatin dia. Gimana sih lo?!
Send
Tanpa menunggu balasan pesan dari seseorang yang barusan ia kirimi pesan, Bila berjalan keluar kamar mandi dengan santainya.
******
"Nath nanti futsal ya".
Ucap Gilang saat sudah menyalakan motornya dengan Angel yang juga sudah
duduk di jok belakang motor gilang dengan santainya.
"Btw, Longlast ya yang
baru jadian". Ucap Fellu yang sudah duduk di motor Rafly. Keduanya masih
dalam masa pendekatan. Belum jadian.
"Thanks". Ucap Nathan memakai helmnya. Laura nampak berfikir.
"Lo kenapa?". Tanya Nathan saat melihat Laura masih berdiri diam menatap kedua sepatunya.
"Kita duluan Nath, Ra!". Teriak Rafly berlalu pergi dengan lainnya.
"Yo, Hati-hati". Ucap Nathan yang dibalas anggukan kepala Rafly.
"Gu---gue ada eskul basket hari ini. Tapi, Gue takut dikerjain kaya tadi". Ucap Laura.
"Astaga Ra. Kenapa lo
gak bilang dari tadi kalo lo ada eskul basket hari ini, Biar gue batalin
main futsalnya buat nemenin lo". Ucap Nathan melepas helmnya.
"So--sorry Nath". Ucap Laura gugup.
"Yaudah handphone harus
selalu ada ditangan lo ya. Jangan sampe mati. Kalo ada apa-apa langsung
hubungin gue. Gue langsung otw kesini, Lagian futsalnya gak jauh dari
sekolah kok". Ucap Nathan overprotective.
"Iyaaa, yaudah maaf ya gak bisa pulang bareng dulu hari ini". Ucap Laura merasa tidak enak.
"Gak pa-pa. Inget handphone pegang terus". Ucap Nathan memakai helmnya lagi dan menyalakan mesin motornya.
"Iyaa Nath, Hati-hati ya
pulangnya". Ucap Laura. Nathan mengacak rambut Laura pelan dengan
senyum tipisnya. Jantung Laura berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Gue balik dulu ya".
Ucap Nathan berlalu pergi. Laura mengukir sedikit senyumnya. Namun
dibalik itu semua ada satu lelaki yang tengah menatapnya. Dikeluarkan
Hanphonenya dari saku celananya.
Michaell :
Kalii ini Nathan gak ada dia udah balik duluan tuh. Laura ada eskul basket hari ini.
Send
******
Miko melirik Laura yang
sedang menghapus air keringatnya dengan sapu tangannya. Eskull sudah
selesai sejak satu jam yang lalu. Sekarang sudah jam pulang namun Laura
masih saja bermain dengan basketnya itu. Entah karena dorongan apa Miko
masih ingin menatap Laura yang tengah mendrible bola basketnya itu dan
mencetak score dalam lemparan jarak jauh.
Kini Laura sudah cukup
lelah. Laura menghentikan permainanya pada bola basketnya. Dengan
langkah santai Laura menuju kamar ganti perempuan. Laura benci sekali
kamar mandi yang berada didalam kamar ganti perempuan.
Selain ruangannya yang
pengap, sempit dan juga pencahayaannya yang kurang. Mau tidak mau Laura
mencuci wajahnya disana. Laura tidak mau kekamar mandi umum, tempat
dimana tadi Laura terkunci. Jaraknya juga cukup jauh dari jangkauan
orang yang sering lewat.
Laura membulatkan
matanya saat pintu kamar mandi tiba-tiba tertutup dengan kencangnya.
Laura berlari menuju knop pintu kamar mandi dan berusaha membukanya.
Lagi, Laura terkunci didalam kamar mandi.
"WOIII JANGAN
ISENG!!!BUKAINNN!!!". Teriak Laura yang mulai panik saat lampu kamar
mandi mulai mati. Diraihnya handphone Laura.
Laura :
NATHH TOLONGIN GUEE!!
Send.
Namun saat Laura ingin
menekan tombol kirim hanphonenya mati. Laura menepuk keningnya saat tau
handphonenya memang sudah lowbat sejak tadi.
"TOLONGIN GUE !! BUKA PINTUNYA!!!". Teriak Laura susah payah saat nafasnya sudah terengah-engah. Dan semuanya gelap.
ENAM BELAS
Nathan berlari dengan
kencang. Meninggalkan acara main futsal nya begitu saja. Oh bahkan dia
masih belum sempat berganti baju dan sepatu futsal nya.
Saat Nathan dapat kiriman message dari Laura Nathan langsung pergi. Tidak peduli dengan permainan futsalnya kalah atau tidak.
Bagus teman-teman Nathan menyediakan pemain cadangan.
Jarak dari lapangan futsal kesekolah Nathan tidak jauh. Mungkin kalau berjalan pun bisa.
Dengan nafas yang
terengah-engah Nathan masuk ke area sekolah. Lapangan basket sudah sepi.
Nathan berlari menuju ruang ganti basket.
"Lo yang kunciin Laura
kan?". Suara bariton laki-laki membuat Nathan terdiam dalam jarak yang
cukup jauh. Namun pembicaraannya masih cukup terdengar.
Nathan melihat satu orang laki-laki yang sedang berbicara dengan perempuan yang tengah menunduk.
"Bu---bu--bukan Mik. Gue
tadi mau ke kelas gue. Handphone gue ketinggalan". Sahut perempuan itu
mendongakan kepalanya. Mata Nathan membulat saat tau gadis itu Bila.
Mantan pacarnya.
"Jujur sama gue atau gue laporin ini ke kepala sekolah". Ancam Miko.
"I---iya gue yang
kunciin. Tapi please Mik, jangan bilang Nathan. Gue iri sama Laura. Gue
gak ikhlas Nathan diambil". Ucap Bila dengan air mata yang sudah
menyeruak.
Mati-matian Nathan menahan hatinya agar tidak luluh kembali akan sosok Bila.
Nathan akan berusaha
sekuat tenaga untuk melupakan Bila. Nathan harus tau sikap Bila
sebenarnya melalui Laura. Nathan harus bisa berpindah hati.
"Itu hak Nathan kali
Bil. Lo gak bisa larang dia. Mau dia sama siapa juga kan itu urusan dia.
Kalo lo kaya gitu lo bisa bikin anak orang jadi kenapa-kenapa". Ucap
Miko lalu berjalan masuk. Bila masih dengan isak tangisnya.
"Kalo lo kaya gitu lagi
lo bakal gue laporin ke kepala sekolah". Ancam Miko saat sudah keluar
dari ruang ganti perempuan dengan Laura yang berada digendongannya.
Nathan menggenggam tangannya kuat-kuat. Nathan sekarang tau sikap Bila seperti apa. Bila bukan perempuan baik.
Dengan langkah kesal Bila meninggalkan Miko. Miko yang baru saja ingin membawa Laura ke UKS lebih dulu ditahan oleh Nathan.
"Nath---"
"Jangan sentuh cewe gue". Ucap Nathan yang langsung memindahkan Laura kedalam dekapannya dan menggendongnya.
"Sorry, Kalo bukan gue yang bawa siapa lagi? Disini cuma ada gue. Oh ya, lo liat tadi?". Nathan mengernyitkan dahi bingung.
Nathan harus pura-pura tidak mengetahuinya. Kalau pun Nathan memberi tau nanti Bila malah jadi bersikap baik didepan Nathan.
"Ya gue liat, Dan gue minta lo jangan kasih tau Bila. Urusan dia biar gue yang urus". Ucap Nathan.
"Thanks udah mau nolong cewe gue". Ucap Nathan lagi lalu membawa Laura pergi.
"Dasar, mulut kaya petasan kondangan kalo ngomong gak berenti-berenti"
*******
"Duh makasih ya Nathan udah mau bantu Laura pulang kerumah". Ucap Naha saat Nathan sudah membaringkan tubuh Laura diatas kasur.
Yap,
Nathan sudah berada dirumah Laura sekarang. Tadi Nathan sebenarnya
ingin membawa Laura ke UKS dulu. Tapi, pintu gerbang sekolah keburu
ditutup. Mau tidak mau Nathan harus menggendong Laura sampai ketempat
futsalnya tadi dan mengantar Laura pulang.
"Sama-sama tante. Udah tugas Nathan jagain Laura". Ucap Nathan tersenyum ramah.
"Kamu
itu baik banget yah. Gak kaya Michael suka neken Laura ini itu". Nathan
mengernyitkan dahi bingung. Nathan menyelimuti tubuh Laura sampai
pangkal lehernya.
"Emang Michael kenapa Tante?". Tanya Nathan berjalan keluar kamar Laura bersamaan dengan Naha.
"Michael ituu---"
*********
Laura POV
Aku
mengerjapkan mataku berulang kali. Nafas ku sesak sekali. Dengan cepat
kuraih obat penenang ku. Yap, itu obat yang akan ku minum kalau-kalau
phobia ku kambuh sampai membuatku tidak sadarkan diri.
Kutelan dua pil obatnya dan meminum air putih. Setelah sudah meminumnya aku menghembuskan nafas lega.
Uhh,
tubuhku lengket sekali. Ah ya! Kenapa aku bisa ada di kamar ku? Dari
tadi kemana saja aku baru sadar kalau aku berada dikamar ku sendiri.
Tanpa
memikirkan apapun ku ambil baju ku dan bergegas mandi. Aku tidak betah
kalau keringatan lalu tidak mandi. Bawaannya pengen mandi aja.
Setelah selesai mandi dan rapih akan pakaian ku, aku menuju lantai bawah rumahku. Tanpa menyisir rambut.
"Bunnn!". Teriakku.
"Cari siapa non?". Tanya bi Juli.
"Bunda mana?". Tanya ku.
"Bunda ada diteras depan rumah non sama temen non". Aku mengeryitkan dahi bingung.
"Makasih
bi". Ucapku yang dibalas anggukan kepala bi Juli. Dengan langkah santai
aku menuju teras depan rumahku. Benar, Disana ada Bunda dengan lelaki
yang memakai baju futsal, Memunggungi tubuhnya. Sial, aku tidak bisa
melihatnya.
"Lohh Kak udah sadar?". Tanya Bunda yang menyadari keberadaan ku diambang pintu.
"Yaaa, Bunda liatnya gimana". Jawabku cuek.
Lelaki
itu masih saja melakukan sesuatu dibaliknya. Aku tidak bisa melihatnya
karena dia membelakangiku. Karena kepo ku kambuh aku berjalan
mendekatinya.
"Bunda
masuk dulu yaa mau buatin minum". Ucap Bunda masuk kedalam rumah. Aku
mengangukkan kepalaku bahkan lelaki itu saat Bunda pamit masuk tidak
menengok kearahku juga.
Dengan langkah pelan aku menghampiri laki-laki itu dan menyentuh pundak laki-laki itu.
"Ini udah selesai tante tanamannya---". Ucap Lelaki itu menengok kearahku. Aku membulatkan mataku saat menatap lelaki itu.
"Nathan?". Ucap ku. Nathan bangkit dari duduknya dan menatapku juga.
"Lo
udah sadar? Gimana ada yang sakit?". Tanya Nathan balik. Aku menggeleng
dan menatap mata Nathan. Nathan menatap mataku lekat. Siall aku tidak
bisa mengalihkan pandanganku saat matanya menatapku.
"Inii
minum nya, ehh Nathan udah selesai tanam pohonya?". Tanya Bunda. Dengan
cepat aku dan Nathan memalingkan wajah kami. Membuang pandangan mata
kami.
"Udah tante, Udah dikasih pupuk juga". Ucap Nathan menatap pohon yang tadi ditanamnya.
Ohh tadi lagi nanam pohon toh. Batinku.
"Makasih ya Nathan. Gitu dongg Ra kalo cari pacar yang baik. Jangan yang gak bener". Ucap Bunda membuatku menunduk malu.
"Ahh
apa sih Bunda". Nathan terkekeh pelan saat mendengar respon ku. Lalu
tiba-tiba saja Nathan menunduk. Kulirikan mataku kearah Nathan. Kulihat
wajahnya yang tiba-tiba sedih dan murung.
Aku
tau sebenarnya dia belum bisa move on dari Bila. Aku juga sadar kenapa
Nathan mendekatiku dan menjadikannya kekasihnya. Aku tau namun aku lebih
memilih diam. Aku juga belum mendengar penjelasan langsung dari
dirinya.
Bisa saja dia benar sudah move on.
"Diminum ya tehnya". Ucap Bunda membuatku tersadar dari lamunanku.
"Iyaa
Tante". Jawab Nathan. Bunda tersenyum tipis dan kembali masuk kedalam.
Aku dan Nathan berjalan duduk di teras depan rumahku yang memang sudah
disediakan.
"Lo
abis mandi ya?". Tanya Nathan menatapku. Ku daratkan bokongku diatas
kursi. Sedangkan Nathan sedang berjalan kearah keran air dan mencuci
tangannya.
"Iyaa, kenapa?". Tanyaku. Nathan mematikan keran air dan duduk dikursi sebelahku.
"Rambut lo acak-acakan banget".
Hah? Astaga Lauraaa!!! Lo kan gak sisiran tadi!! Aduhh malu banget guee!!pasti berantakan banget.
"Gu---gue sisiran dulu deh". Ucapku bangkit dari dudukku. Namun Nathan menahan tanganku.
"Gak usah, Gue suka lo yang apa adanya". Ucap Nathan membuat wajahku memanas.
"Eumm gue balik deh yaa, Nanti malem gue kesini lagi". Ucap Nathan meminum teh manis buatan Bunda.
"Eummm yaudah". Jawabku. Nathan menaruh gelas teh nya diatas nakas dan bangkit dari duduknya.
"Jangan ganjen yaa". Ucap Nathan mencubit hidungku.
"Ihh Nathan sakit". Ucapku berusaha agar Nathan melepaskannya. Aku mengerucutkan bibirku sebal saat Nathan sudah melepaskannya.
Pantes aja Bila betah pacaran sama Nathan, Nathan sweet gini.
"Yaudah
gue balik yaa, byeee". Ucap Nathan menaiki motornya dan memakai
helmnya. Nathan tersenyum tipis kearahku dan melajukan motornya.
"Byee".
********
"Lauraaa!!! Ada Nathan!!". Kulepas satu earphoneku saat samar-samar ku dengar ada yang memanggil ku.
"Bundaa manggil??!!". Tanya ku berlari kearah daun pintu kamar ku yang terbuka.
"Adaa
Nathan". Mataku seketika membulat. Jantungku tiba-tiba saja berdegup
kencang. Sedikit berlari aku menuju meja riasku. Lalu Melihat
penampilanku.
"Check".
Ucapku saat melihat diriku didepan cermin. Aku tidak mau kejadian
seperti tadi saat aku belum menyisir rambut. Jadi hari ini aku mengikat
rambutku menjadi kuncir kuda saja.
"Lauraaaa!!! ditungguin tuhh Nathan udah diluar teras belakang rumah!!". Teriak Bunda membuatku memutar bola mataku kesal.
"Iyaa Bunn, Laura udah turun kok". Ucapku saat melihat Bunda dan Ayah yang sedang asik menonton tv.
Dengan
langkah lebarr aku menghampiri Nathan ditaman belakang rumahku. Kulihat
Nathan sudah duduk dipinggir kolam renang rumahku dengan mencelupkan
kedua kakinya didalamnya. Matanya tengah menatap langit-langit.
"Haii Nath?". Ucapku duduk disebelahnya. Nathan tersenyum manis.
Duh, senyumnya.
"Haii". Jawabnya singkat.
"Gue kira lo cuma bercanda kalo malem ini mau dateng lagi". Ucapku dengan pandangan mataku yang tertuju lurus kedepan.
"Gue kan bilang gue orangnya serius". Ucap Nathan menatap air yang bergemercik akibat kakinya yang terus bergerak.
"Gue kesini mau ngomong". Ucap Nathan.
Perasaan tidak enak mulai menggerogoti hatiku.
"Ngo---ngomong apa?". Jawabku menatapnya.
"Soal hubungan kita". Mataku membulat.
"Kenapa emangnya?". Tanya ku hati-hati.
"Sorry,
Gue cuma jadiin lo sebagai alat biar gue bisa move on. Gue tadi sore
ketemu Bila, Gue ikutin kemana pun dia pergi. Dia gak seburuk yang gue
kira Ra, Tiap ketemu gue masih rasain kalo jantung gue detak nya lebih
dari biasanya, rasa itu masih ada Ra". Ucap Nathan. Mataku menatap
genangan air dikolam renangku. Aku menundukan kepalaku.
"Gue
sadar, gue salah. Gue jadiin lo pacar gue supaya gue tau sifat Bila
sebenernya gimana dan sekarang gue udah dapet jawabannya. Bila bukan
orang jahat yang gue kira".https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2448721417244653049#editor/target=post;postID=4128398889679038595;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=1;src=link
"Kenapa
lo gak bilang sama gue?". Tanyaku menahan sakitnya hatiku. Aku menahan
sekuat tenaga agar suara ku tidar terdengar bergetar.
"Maaf Ra gue takut lo gak mau bantu".
"Gue
bakal bantu apapun yang lo minta Nath! Gue bakalan bantuu. Harusnya lo
bilangg sama gue dari awal kalo lo emang gak suka dan mainin gue aja!
Harusnya gue tau dari awal ya Nath, Harusnya gue gak baper sama
kata-kata lo selama ini". Ucapku beranjak dari dudukku.
"Maaf
Ra, Gue mau kita jangan ribut please, jadi temen gue lagi". Ucap Nathan
menahan pergelangan tanganku saat aku ingin beranjak pergi.
Ck, Cuma temen ya?
"Hahaha Iya kita temenan kok". Ucapku berusaha tegar.
"Makasih Ra".
"Hubungan
kita berakhir cukup sampe sini, Kita temen tapi gue gak mau kita deket
kaya dulu. Thanks Nath. Lo udah kasih gue pelajaran dan pengalaman yang
gak bakal gue ulangin lagi". Aku menghembuskan nafas lelah dan berbalik
menatap mata Nathan.
"Karena orang baik dan tulus gak akan dateng dua kali". Ucapku lalu berlalu pergi.
Harusnya gue tau dari awal. Batinku
TUJUH BELAS
Author POV
Laura menutup dan
mengunci pintu kamarnya. Kini, Laura sedang menangis penuh isak. Dadanya
sangat sesak sekali. Seperti ada ribuan batu besar menimpa hatinya.
Nathan yang sedari tadi mengetuk pintu kamarnya tidak Laura hiraukan. Ini sudah cukup sakit untuk Laura.
Diremasnya guling sekuat
tenaga. Melampiaskan rasa sakitnya yang menyetrum hatinya. Matanya
terpejam kuat saat kuku jarinya mulai melukai telapak tangannya. Bahkan
sarung gulingnya sudah robek.
Laura menahan sakitnya sendirian.
Ini yang Laura takuti.
Laura takut merasakan ini lagi. Mengetahui Laura pernah depresi juga
saat waktu itu hubungannya dengan Michael dirusak seorang PHO.
Laura takut merasakan cinta lagi. Laura tidak mau merasakannya lagi. Ini sudah cukup sakit.
"Raaa, buka pintunya please". Ucap Nathan di luar pintu kamar Laura.
"Pulang aja Nath gue gak enak badan". Teriak Laura kembali berpura-pura kuat. Suaranya di netral kan seperti biasanya.
Nathan yang tidak tau Laura menangis hanya menganggukan kepalanya.
"Yaudah. Jangan lupa
makan sama minum obat ya Ra. Gue mau ajak Bila kerumah gue. Doain orang
tua gue mau nerima mereka ya Ra. Lo sahabat paling baik yang gue punya".
Ucap Nathan yang sama sekali tidak tau kalau Laura tengah menahan
sakit.
"Ya Nath. Kita kan sahabat!". Teriak Laura lagi. Dihapusnya air matanya yang masih mengalir deras.
Laura memutuskan untuk
duduk bersandar dikasurnya. Meringkuk dan memeluk kakinya. Lagi, Laura
tidak bisa menahan sakitnya sendirian.
"Gue pulang ya Ra. Night Ra". Ucap Nathan.
Namun setelah itu Laura mulai memukuli dadanya yang terasa sangat sakit.
******
"Dasar labil". Ucap Ferro menatap anaknya. Nathan hanya mendengus malas.
"Gak boleh gitu sama anak!". Sergah Crystall.
"Abis sifat labilnya nurun kamu banget". Ucap Ferro menatap Crystall.
Yaa, Nathan sedang membawa Bila kerumahnya. Memperkenalkan Bila kepada kedua orang tuanya dan kakaknya. Ohh adiknya juga.
Nathen
dan Nabilah menatap Bila tajam. Namun Bila hanya mengukir senyumnya
saja. Sebenarnya di dalam hati, Bila memaki kedua saudara Nathan itu.
"Jadi ini Bila?". Tanya Crystall mengelus rambut Nathan.
"Loh
bukanya bang Nathan pacaran sama ka Laura ya. Aku sih lebih setuju
Abang sama ka Laura". sindir Nathen sambil memainkan kukunya.
"Nathen, Gak boleh gitu. Masuk sana ke kamar, Belajar". Ucap Crystall. Nabilah beranjak bangun bersamaan dengan Nathen.
"Biya mau kemana?". Tanya Crystall kepada anak perempuannya.
"Ngantuk Bun. Males disini ada pemandangan gak enak". Ucap Nabilah lalu beranjak naik ke lantai dua bersama dengan Nathen.
Dasar kakak sama adek sama aja. Sama-sama ngeselin. Gerutu Bila dalam hatinya.
"Maafin anak tante ya. Kelakuanya kaya gitu tadi". Ucap Crystall. Nathan tersenyum senang mengetahui Bundanya meresponnya.
"Gak pa-pa tante".
"Jadi kamu yang namanya Bila?". Tanya Ferro.
"Iya Om". Ucap Bila seramah mungkin.
"Tante
kaget Nathan bawa kamu kesini. Kemarin dia juga bawa cewe seumuran kamu
namanya Laura. Dia bilang itu cewe nya Nathan dan sekarang bawa cewe
lagi nih". Ucap Crystall.
"Playboy".
Ucap Ferro bangga karena dulu Ferro juga suka menggoda perempuan namun
saat mengenal Crystall Ferro berhenti melakukannya lagi.
"Keturunan lo tuh". Sindir Crystall.
"Jadi gimana? Malah cerita masa lalu". Ucap Nathan.
"Yaa coba jelasin ke Bunda".
"Iya
tante aku pacar nya Nathan sekarang. Kalo sama yang kemarin udah putus
tante sama Nathan". Ucap Bila. Ferro dan Crystall menganggukkan
kepalanya paham.
"Yaa
om sih oke oke aja. Asal jangan kelewat batas. Nathan kan di didik sama
orang tuanya. Buat cari pasangan yang bener nah Om mau Nathan dapet
pasangan yang baik buat masa depan dan nama baik keluarga juga". Ucap
Ferro.
Anjir nyindir banget. Batin Bila.
"Iya om tante".
"Jadi Bunda sama Ayah setuju?". Tanya Nathan. Ferro dan Crystall menganggukkan kepalanya.
Nathan melirik Bila yang sedang tersenyum senang. Hati Nathan lega. Benar-benar lega.
******
Hari
ini Laura akan menghindar dari Nathan. Mengetahui Laura sudah berhasil
berpindah tempat duduk bersama Fellu. Angel yang bersama Gilang. Rafly
bersama Nathan.
Laura ingin menjauh dulu. Laura ingin kembali menetralkan rasa hatinya untuk Nathan.
Laura
menatap daun kering yang berterbarangan diudara. Jam istirahat ini
Laura ingin menghabiskan waktunya di taman belakang sekolah saja.
Laura
kembali meringkukan kakinya. Memeluk kedua kakinya erat. Mata Laura
kembali terpejam. Entah kenapa Laura tidak bisa menahan sakitnya saat
sendirian.
"Haiii". Ucap laki-laki saat Laura sedang merunduk sedih. Buru-buru Laura menghapus air matanya.
"Miko?". Tanya Laura saat melihat Miko sedang berdiri di hadapan nya dengan senyuman nya.
"Lo ngapain disini sendiri?". Tanya Miko yang sudah duduk disebelah Laura.
"Gak pa-pa kak". Ucap Laura.
"Lo---"
"Lauraaa!!".
Teriak laki-laki lagi yang berlari kecil menghampiri Laura. Miko
menatap Nathan yang tengah berlari kearahnya dan Laura.
Lagi, Laura kembali merasakan sakit.
"Gue pergi dulu". Ucap Miko berlalu pergi. Baru saja Laura ingin menahan tangan Miko namun Miko sudah pergi lebih dulu.
"Raa gue mau cerita!". Ucap Nathan tidak memperdulikan kepergian Miko. Laura hanya tersenyum tipis.
"Nyokap sama bokap udah nerima Bila jadi cewe gue Ra!". Ucap Nathan antusias dan duduk disamping Laura.
Bisa
gak sih Nath lo berenti omongin dia. Gue juga punya hati. Bukan buat lo
mainin gitu aja. Lo tau gak sih rasanya tuh sakit banget. Batin Laura.
"Bagus dong". Ucap Laura menahan sakit yang mulai menohok pada hatinya.
"Iya
Ra gue seneng. Berkat bantuan lo gue jadi berhasil tau Bila yang
sebenernya gimana. Dia cewe yang baik-baik". Ucap Nathan menatap
langit-langit.
"Longlast Nath". Ucap Laura bangkit dari duduknya.
"Lo mau kemana?". Tanya Nathan saat tau Laura bangkit dari duduknya.
"Ke toilet bentar". Ucap Laura pergi meninggalkan Nathan.
"Hai
sayang!!". Ucap Bila yang baru saja datang menghampiri Nathan. Laura
sempat melirik kearah belakang. Dapat Laura lihat kalau Bila sedang
memeluk Nathan dari belakang.
Bila yang tau diperhatikan oleh Laura hanya tersenyum miring. Laura menghembuskan nafas lelah dan memutuskan untuk ke toilet.
******
"Hiks
hiks". Isak Laura saatt sudah dikamar mandi. Jam bel masuk sudah
berbunyi sejak tadi. Namun Laura tidak juga kunjung pergi dari kamar
mandi. Laura ingin meluapkan semuanya.
Laura sudah meminum obatnya namun reaksi obatnya cukup lama.
Kenapa lama banget sih!. Batin Laura memukul dadanya. Entah kenapa dadanya sangat terasa sakit.
Laura
menghapus air matanya. Baru saja Laura ingin keluar dari bilik kamar
mandi nomor tiga suara gerombolan perempuan mulai terdengar.
"Anjirrr Bil lo balikan lagi sama Nathan?". Tanya Lily teman Bila yang sedang menemani Bila ke kamar mandi.
"Iya dong".
"Kok bisa?". Tanya Tesha.
"Bisa
lah. Orang kaya gue apa yang gak bisa dilakuin sih?". Ucap Bila
membanggakan dirinya. Laura terus menguping pembicaran ketiganya.
"Emang kenapa sih lo ngejar Nathan banget?". Tanya Tesha.
"Karena
keluarganya kaya parah. Gue bisa melorotin uangnya Nathan. Bisa buat
seneng-seneng gue". Ucap Bila dengan santainya. Laura membekap mulutnya
agar tidak terdengar.
Laura memundurkan langkahnya. Namun saat langkah kedua Laura tidak sengaja menendang bak hingga terjatuh.
"SIAPA
TUH!". Teriak Bila. Tesha, Bila dan Lily memeriksa tiap bilik kamar
mandi. Namun langkah ketiganya berenti tepat didepann bilik ketiga.
"BUKA!!".
Teriak Bila menggedor bilik kamar mandi bagian ketiga. Laura
menghembuskan nafasnya dan menariknya lagi. Menetralkan kegugupannya.
Laura pun membuka knop pintu kamar mandi.
"ELO?!". Teriak Bila mengetahui Laura lah yang keluar dari bilik kamar mandi.
"Kenapa?". Tanya Laura cuek membersihkan bajunya.
"Nguping omongan gue lo yah!!?". teriak Bila.
"Gue gak denger lo ngomong apa". Sindir Laura secara langsung.
"Enggak gue gak denger". Dusta Laura.
"Lo bohong kan?!". Bentak Tesha kali ini.
"Kurang kerjaan gue boong". Ucap Laura lagi dengan cueknya.
"Awas lo yah sampe bilang Nathan! Abis lo". Ucap Bila menjambak rambut Laura. Laura hanya memejamkan matanya.
"Denger gak!!!". Gertak Lily. Laura menganggukkan kepalanya.
"Cabut guys". Ucap Bila meninggalkan kamar mandi. melepas jambakan nya pada rambut Laura secara kasar
Dan akhirnya Laura kembali dengan tangisannya.
DELAPAN BELAS
Laura berjalan santai
menuju kelasnya. Rambutnya nampak berantakan. Wajahnya terlihat masam.
Bibirnya pucat menahan sakit yang menohok pada hatinya.
Ohh Laura lupa kalau
dulu Laura sering dibawa kerumah sakit dan Laura tidak pernah diberi tau
akan penyakitnya. Orang tuanya hanya berkata saat Laura bertanya 'semua
akan baik-baik saja'. Namun nyatanya sekarang Laura merasa aneh pada
dirinya.
Suara berisik membuat Laura mengernyitkan dahi bingung. Siapa yang siang-siang gini belum pulang sekolah?.
Tadi Laura memang
menghabiskan waktu pelajaran terakhirnya di taman belakang sekolah.
Laura sedang benar-benar tidak mood untuk ke kelas. Laura takut bertemu
Nathan lagi.
Namun yang Laura inginkan tidak seperti yang ia bayangkan. Teman-temannya termasuk Bila dan Nathan ada didepan kelasnya.
"Anjirr loo gilaaaaa". Teriak Fellu saat Rafly menganggunya.
"Gila karna cintamu". Ucap Rafly.
"Anjayyy hahahaha!!". Tawa semuanya.
Laura berjalan pelan menuju kelasnya.
"Najis jijik gue". Sahut Fellu dengan tampang jijiknya.
"Lohh Ra! Itu Laura!". Teriak Bila menunjuk Laura saat langkahnya semakin mendekat. Laura memasang wajah tanpa senyumnya.
Kalau dipikir-pikir mana Laura yang dulu selalu ceria? Laura yang hiperaktif dan tingkat ke-kepoannya tinggi? Semua menghilang.
"Ra lo kenapa?!". Ucap
Bila menyentuh pergelangan tangan Laura. Laura menghentikan langkahnya
dan menatap Bila tajam dengan wajah datar.
"Ra kok lo berantakan banget?!". Ucap Fellu panik.
"Ra lo gak papa?". Tanya Nathan. Bila Fellu, Angel, Gilang dan Rafly menatapnya. Keadaan mulai hening.
"Gue gak pa-pa". Jawab Laura dengan nada pelan bahkan seperti berbisik.
"Ra keadaan lo berantakan banget. Lo gak mungkin gak pa-pa. Lo gak bisa bohongin gue". Ucap Fellu menatap Laura lekat.
Dan untuk yang pertama
kali Laura menyesal memiliki teman seperti Fellu. Fellu akan tau apa
yang ingin dia cari tau lewat tatapan mata. Makanya Laura memandang Bila
dengan tatapan kosong. Tidak mau menatap Fellu.
"Ra lo bisa bilang gak pa-pa tapi hati lo lagi gak kenapa-kenapa". Ucap Angel kini. Nathan menatap Laura bingung.
Nathan benar-benar tidak tau kenapa Laura menjadi bersikap datar seperti ini. Apa karena masalah kemarin?.
Laura menggeleng lemah. Dengan langkah santai Laura masuk kedalam kelas. Mengambil tas nya dan kembali berjalan keluar.
"Ra lo kita anter pulang ya". Ucap Bila sok baik. Ditatapnya lagi Bila dengan tatapan kesal.
Angel dan Fellu hanya memutar bola matanya malas.
"Gue.bisa.pulang.sendiri". Ucap Laura penuh penekanan.
"Tapi Ra---"
"LO BISA DENGER GAK
SIH!!! GUE BISA PULANG SENDIRI. DAN LO SEMUA!!! BERENTI JADI SAHABAT
GUE. JAUHIN GUE MULAI SEKARANG!". Teriak Laura dengan suara bergemetar.
Air matanya sudah menumpuk dipelupuk matanya. Wajahnya memerah. Nafasnya
pun sudah naik turun.
Semua menatapnya dengan tatapan dalam diam. Menatap Laura dengan tatapan aneh. Dalam hatinya semua bertanya 'kenapa sama Laura?'
"Ra lo ken---"
"Semua nanya gue kenapa
seakan-akan gue lagi kenapa-kenapa!! Gue gak pa-pa kalian paham gak
sih!". Bentak Laura masih berusaha tegar. Nathan menggenggam tangan
Laura kuat.
"Ra lo ken--".
"Lepasin gue Nath". Ucap
Laura dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Dihentakan
tangannya agar genggaman Nathan terlepas.
"Gue balik". Ucap Laura berlari pergi.
"Laura kenapa sih?". Tanya Fellu.
"Gara-gara putus sama lo kali Nath". Ucap Angel. Nathan masih berdiam diri.
Dasar cewek alay. Batin Bila jengkel.
******
"Lo ngapain disini?". Ucap seorang laki-laki membuat Laura mendongakan kepalanya.
Malam
ini Laura sedang duduk di taman perkomplekan rumahnya. Laura merasakan
hatinya lebih tenang didalam kesunyian. Tadinya Laura berniat ingin
berjalan-jalan malam namun pandangannya tiba-tiba menatapp taman ini.
"Mi---Miko?". Laura bangkit dari duduknya dan menatap Miko.
"Lo ngapain malem-malem disini sendirian? Udah jam sebelas tau". Ucap Miko melihat jam tangannya.
"Gak tau kenapa, gue suka aja disini". Ucap Laura kembali duduk. Miko terkekeh pelan.
"Tampilan lo buruk amat". Ucap Miko duduk disamping Laura. Laura menautkan alis bingung.
Perasaan gue udah mandi. Udah rapih juga. Batin Laura.
"Muka lo pucet gitu". Sambung Miko.
"Oh gue lagi gak enak badan aja". Ucap Laura.
"Lo ada masalah?". Tanya Miko lagi.
"Lo ngapain disini?". Tanya balik Laura.Berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Gue? Suka aja disini. Ini tempat gue sama mantan gue dulu". Ucap Miko membuat Laura mengeryitkan dahi bingung.
"Mantan?". Tanya Laura.
"Iya, tapi sekarang udah jadi pacar lagi haha". Laura mengerucutkan bibirnya kesal.
"Itu sih namanya bukan mantan". Jawab Laura mengayunkan kedua kakinya.
"Pernah
jadi mantan kan wkwkwkwk". Ucap Miko dengan tawanya. Laura menatap
Miko. Laura jadi ingat kalau dulu Laura dan teman-temannya mengagumi
ketua tim basket sekaligus kakak kelasnya ini. Laura yang dulu suka
berteriak kalau-kalau bertemu Miko tanpa sengaja. Laura yang suka
menggosipi Miko dengan teman-temannya yang memang Miko sering disebut
Cogan sekolah.
Laura jadi rindu dengan teman-temannya.
"Kenapa jadi murung lagi Ra? Tadi kan udah ketawa". Tanya Miko.
"Hahahaha
gak pa-pa kak. Eumm lo punya pacar tohh? Kok anak sekolahan gak ada
yang tau ya? secara lo itu kan cogan sekolah. Kabar baru atau kabar lama
lo kan pasti anak cewek pada tau". Ucap Laura menatap kakinya.
"Cewek gue tinggal di Amerika Ra, Bukan disini. Yaa, Kita LDR gitu".
"Wahh udah berapa lama pacaran?". Tanya Laura yang mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
"Dua
tahun Ra. Gue sayang banget sama dia. Gue bakal jaga dia baik-baik.
Gimana pun Cewek baik itu gak bakalan dateng dua kali dihidup kita.
Jadii ya jangan di disia-siain". Ucap Miko membuat Laura tertegun.
"Pasti susah banget ya jalanin hubungan LDR". Ucap Laura.
"Iyaa,
Kadang kita suka mikir nethink. Kalo dia disana ngapain aja. Gue kan
gak tau keseharian dia gimana sama keseharian dia yang ada buat gue.
Pasti beda kan?. Yang gue takutin sih cuma satu. Kehilangan dia aja".
Ucap Miko membuat Laura terdiam.
"Lebay ya?". Tanya Miko saat menatap Laura terdiam menatapnya.
"Lo
sweet banget kak. Gak salah deh banyak yang suka sama lo kak. Lo tuh ya
baik banget, sweet, romantis sama cewenya. Gue juga sering liat kalo lo
lagi kumpul sama temen-temen lo,Kayanya lo tuh sayang banget sama
mereka". Ucap Laura. Miko tertawa kecil.
"Iyaa,
gue sayang banget sama mereka. Gimana pun juga mereka yang selalu ada
disaat gue susah ataupun seneng. Mereka yang selalu bangkitin semangat
gue kalo gue lagi galau. Mereka juga yang usaha buat balikin senyum gue
lagi disaat gue sedih. Yaa, Intinya mereka segalanya buat gue".
Lauraa
terdiam. Dia meresapi tiap kata yang Miko ucapkan tadi. Miko benar,
Sahabatnya lah yang selalu ada untuknya. Sahabatnya lah yang menuntunnya
menuju kebahagiaan.
"Gueee
ada masalah sama temen-temen gue Mik, Gue nyuruh mereka buat jauhin gue
karena gue egois sama pilihan gue sendiri. Yaa, Soal cinta. Gue kebawa
emosi sampe nyuruh mereka jauhin gue, Dan sekarang gue gak tau lagi
mereka bakal bersikap gimana ke gue setelah gue bilang kaya gitu". Laura
kembali meneteskan air matanya.
"Gue bisa jadi sahabat lo". Ucap Miko membuat Laura membulatkan matanya.
"Sahabat?". Tanya Laura lagi. Laura menghapus air matanya.
"Iyaa sahabat". Ucap Miko dengan senyum nya.
"Eumm sahabat". Ucap Laura menunjukan jari kelingkingnya.
"Sahabat". Jawab Miko mengaitkan jari kelingkingnya di kelingking Laura.
"Besok gue yang anter lo kesekolah ya?". Tanya Miko.
"Be--besok? Duh Kak nanti fans lo pada nyekek gue gimana?". Tanya Laura. Tawa Miko meluap begitu saja.
"Ihh kok ketawa?". Tanya Laura mengerucutkan bibirnya.
"Abis
lo lucu, Pokonya besok lo yang gue anter pulang sama berangkat sekolah
juga. Dimana alamat lo?". Tanya Miko. Laura menghembuskan nafas lelah.
"Gak jauh dari sini. Empat rumah dari taman ini. Cat warna hijau no 50". Ucap Laura.
"Oke, Pulang yuk gue anter". Miko bangkit dari duduknya.
"Gak usah kak lagian rumah gue deket banget dari sini". Ucap Laura bangkit juga dari duduknya.
"Gak, Ini udah tengah malem. Bahaya buat cewek kaya lo". Ucap Miko. Lagi, Laura menghembuskan nafasnya kesal.
"Iya-iya". Miko tersenyum puas dan berjalan menuju rumah Laura bersamanya.
Namun
saat menuju perjalanan pulang handphone Laura berdering dengan nada
lagu Gotta be you - OneDirection. Dengan cepat Laura meraih handphonenya
sambil berjalan. Miko menatap Laura aneh saat Laura tidak mau
mengangkatnya.
Saat
panggilan telfon sudah mati Laura melihat ada satu pesan disana. Laura
membukanya ragu-ragu. Laura menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan.
Lalu dengan kekuatan hatinya Laura membuka messagenya.
Nathan:
Besok sekolah gue jemput ya Ra. Pengen ngomong. Oh ya satu lagi! Cepet sembuh sahabat gue Laura:)
SEMBILAN BELAS
"Laura sama gue". Ucap Nathan kekeuh pada pendiriannya.
"Laura udah gue ajak berangkat bareng duluan". Ucap Miko dengan wajah datarnya.
"Gak Laura sama gue".
Ucap Nathan membuat Laura menghembuskan nafas lelah. Sudah dua puluh
menit Laura berdiri didepan rumahnya dan Nathan dengan Miko masih
berebut akan siapa yang mengantarnya ke sekolah.
"Kak!!!". Teriak Nathalia yang berlari kecil keluar rumahnya.
"Apa?". Jawab Laura datar.
"Nathen belum dateng ya?". Ucap Nathalia celingak-celinguk menatap sekeliling.
"Nathen masih tidur dirumah. Dia biasa bangun siang". Jawab Nathan yang termasuk kakaknya Nathen itu.
"Ah elah kebiasaan banget dah cowok gue". Gerutu Nathalia. Sadar akan sesuatu Nathalia menutup mulutnya itu.
"Upss". Cengir Nathalia.
"Lo jadian sama adek gue?". Tanya Nathan.
"Sama Nathen anak basket itu?". Tanya Miko lagi. Nathalia mengangguk antusias.
"Dia tuh badboy tapi
romantis gituu tauu, gue sukaaaa. Kaya cogan yang ada di wattpad
banget". Ucap Nathalia memeluk tasnya begitu erat. Tadi Nathalia memang
masih menenteng tasnya.
"Nath lo sama adek gue
aja gimana? Kita udah mau telat gini. Gue sama Miko". Ucap Laura sekuat
tenaga memberanikan diri menatap Nathan.
"Tapi Ra---"
"Yuk Mik". Ucap Laura sudah bertengker manis diatas motor ninja Miko.
"Gue duluan Nath". Ucap Miko.
Nathan menggerutu kesal. Niatnya Nathan ingin curhat dengan Laura selama perjalanan tentang Bila kandas sudah.
"Yuk Nath". Ucap Nathan yang dibalas anggukan kepala Nathalia.
******
"Ra lo bisa cerita sama kita". Paksa Fellu ditengah pelajaran bu Yeti. Guru Sejarahnya.
"Fel
ini masih jam pelajaran. Nanti juga gue cerita kalo gue udah siap".
Ucap Laura tanpa mengalihkan pandangannya pada papan tulis.
"Bu saya izin ke toilet ya buk". Ucap Gilang membawa plastik yang sudah ditiup menjadi balon.
"Mau ngapain? Kamu pasti mau meledakin plastik itu kan? Ganggu kelas lain tau gak. Duduk cepet!". Ucap bu Yeti.
"Yahhh bu saya kebelet. Plastik ini mah mau saya buang". Ucap Gilang berbohong. Nathan dan Rafly hanya menahan tawa saja.
"Gak! Cepet duduk".
"Yaelah
buk". Ucap Gilang kembali berjalan kearah tempat duduknya yang berada
dipojok belakang. Namun saat berjalan Gilang memeledakan plastik yang
sudah ditiupnya tadi.
DUARR!!!
"Anjirr
lang kaget gue bego!". Teriak Revan. Teman sekelas Laura dan Nathan.
Revan yang sedang asik tidur terbangun akibat ledakan plastik dari
Gilang.
Bu Yeti menoleh ke arah Gilang. Gilang hanya cengengesan saja.
"Ampun bu". Ucap Gilang menyatukan kedua tangannya.
"Ampun-ampun, kan udah ibu bilang jangan di meledakin plastik nya!". Ucap bu Yeti menjewer telinga Gilang.
"Aaaaa iya buk ampun". Ucap Gilang mengelus telinganya yang sehabis dijewer bu Yeti.
"Awas ya kamu buat ke berisikan lagi". Ancam bu Yeti.
Gilang
hanya menganggukan kepalanya dan kembali duduk. Nathan dan Rafly yang
sedang tertawa terbahak-bahak membuat Laura mengalihkan pandangannya
menatap Nathan.
Laura rindu senyum dan tawanya. Laura rindu dekapannya. Laura rindu kata-kata manisnya.
Namun
sekuat tenaga Laura akan melupakan rasanya untuk Nathan. Melupakan rasa
cintanya yang pernah hinggap di hatinya. Laura akan berusaha move on.
Laura tidak mau merasakan sakit lagi.
Lagi pula sendiri itu lebih baik.
Yaaa,
mulai sekarang Laura akan melupakan Nathan secara perlahan. Melupakan
rasanya yang sempat terus-menerus memaksanya untuk menetap. Laura akan
mengubur perasaannya terhadap Nathan dalam-dalam.
Sadar
akan ditatap, Nathan menoleh kearah Laura. Nathan tersenyum manis
kearah Laura. Laura menghembuskan nafasnya pelan dan membalas senyum
Nathan dengan senyuman tipis nya.
Laura benar-benar akan melupakan Nathan.
******
"Ra
nanti malem ada acara?". Tanya Michael yang terus membuntuti Laura
sampai taman belakang sekolahnya. Sekarang jam istirahat. Dan Laura akan
kembali menghabiskan waktu jam istirahat nya disini. Di taman belakang
sekolahnya yang sudah menjadi tempat favoritenya.
"Gak ada". Jawab Laura masih fokus menatap jalan.
"Temenin gue jalan yuk". Ajak Michael ikut duduk disebelah Laura saat melihat Laura duduk di kursi taman.
"Boleh".
Ucap Laura ramah. Laura akan melupakan masalahnya yang kemarin-kemarin.
Laura tidak ingin cari musuh jadi lebih baik Laura memaafkan kesalahan
semuanya dan meminta maaf atas kesalahannya kemarin.
Masalah telah usai. Dan Laura tidak ingin masalah datang lagi.
"Bener Ra?". Tanya Michael tak percaya.
"Iya bener. Emang gue keliatan boong?". Tanya Laura menunjuk wajahnya.
"Enggak kok. Nanti kita ketaman kota ya Ra!". Ucap Michael antusias.
Namun
dilain sisi hatinya Laura juga rindu senyum Michael. Michael yang ramah
dan baik hati. Tidak licik seperti kemarin-kemarin. Namun sepertinya
setelah masalah selesai Michael juga melupakan masalahnya.
"Jam delapan gue jemput. Delapan malem". Ucap Michael menatap Laura. Laura mengangguk dan tersenyum tipis.
"Makasih ya Ra. Gue kangen kita yang dulu". Ucap Michael menatap lurus-lurus kedepan.
"Tapi itu masa lalu Mic. Gak ada yang namanya kita lagi diantara gue sama lo". Ucap Laura. Michael tersenyum tipis.
"Gue mau jelasin aja sama lo". Ucap Michael menarik dan menghembuskan nafasnya pelan.
"Gue
gak kabarin lo karena gue berobat. Gue punya penyakit gagal ginjal Ra.
Tiap berganti hari gue harus cuci darah. Makanya gue gak bisa ngabarin
lo. Bukan karena gue punya cewe lain. Dan hasilnya pas gue berjuang
sembuh, yang gue inget cuma lo. Akhirnya gue sembuh dan bersih dari
gagal ginjal gue". Ucap Michael membuat Laura menatapnya tak percaya.
"Kenapa gak ada yang kasih tau gue?". Tanya Laura menahan tangisnya.
"Yaa,
gue gak mau lo khawatir. Gue takut lo bakal ninggalin gue setelah tau
gue cowok yang penyakitan. Gue takut". Ucap Michael menundukan
kepalanya.
"Seperti
yang lo bilang tadi kalo sekarang gak ada kita diantara lo dan gue".
Ucap Michael. Laura tidak kuasa menahan tangisnya lagi. Laura bingung.
"Dan satu lagi. Kaya yang lo bilang tadi. Kalo semuanya udah jadi masa lalu". Ucap Michael tertawa kecil.
"Lo jahat". Ucap Laura.
"Kok jahat sih?" Tanya Michael menatap Laura. Mata Michael kembali membulat saat melihat Laura menangis.
"Kok lo nangis?". Tanya Michael menghapus air mata Laura dengan telapak tangannya.
"Lo sama aja boongin gue kaya gitu tau gak!". Ucap Laura dengan tangisnya.
"Ya maaf abis gimana dong". Ucap Michael kembali menatap kedepan.
"Minta maaf sama gue". Ucap Laura menghapus air matanya dan mengerucutkan bibirnya kesal
"Maaf ya Laura". Ucap Michael.
"Gak mau". Jawab Laura.
"Ih tadi nyuruh minta maaf sekarang gak di maafin!". kali ini gantian Michaell yang mengerucutkan bibirnya kesal.
"Iya dimaafin kok". Ucap Laura dengan sedikit air matanya yang masih meluap.
"Gitu dong". Ucap Michaell mengacak rambut Laura pelan.
"Ihhh kan udah rapih-rapih". Ucap Laura merapihkan rambutnya.
"Masih bawel kaya dulu ya". Ucap Michael tersenyum tipis
"Masih overprotective kaya dulu ya". Ucap Laura mengikuti nada suara Michael.
"Ah kamu nih".
"Btw udah dapet pengganti gue?". Tanya Laura.
"Belum, males nyari. Lagian yang kaya lo gak ada lagi sih". Ucap Michael membuat Laura terdiam.
"Iya
gue tau Ra lo masih sayang sama Nathan. Gue ikhlas kok sekarang. Lo
bebas milih siapa buat lo jadiin pendamping hidup lo". Ucap Michael.
"Bukan gitu tapi---"
"Lo susah move on?". Sindir Michael.
"Ya
lo tau lah orang susah move on itu kenapa? Yang gak bisa di lupain itu
kebiasaan kesehariannya yang dilakuin keduanya. Dan itu yang bikin susah
banget di lupain". Ucap Laura.
"Jangan
dipikirin Ra. Lo bawa happy aja. Gak selamanya lo bakalan terpuruk
gini, allah bakalan kasih kebahagiaan buat lo walaupun nanti". Ucap
Michael.
Uhh,Laura banyak sekali dinasehati teman-temannya.
"Gue rela jadi temen curhat lo". Ucap Michael.
"Yakin? Gue kalo curhat ceritanya panjang banget loh". Ucap Laura.
"Gue siap dengerin cerita orang yang gue sayang". Ucap Michael.
"Gombal lo!" Dan keduanya pun tertawa bersama.
"Oh ya Ra, gimana sama penyakit leukimia lo?".
DUA PULUH
"Leukimia?". Tanya
Laura. Mata Michaell membulat saat tau dia telah memberi tau akan
penyakit yang selama ini di indap Laura secara tidak sengaja.
Flashback On!
"Bagaimana dengan anak saya dokter?". Tanya Ayah Laura.
"Anak bapak mengindap
penyakit Leukimia. Ini sebabnya kenapa anak bapak sering mimisan. Laura
juga tidak boleh terlalu lelah". Ucap Dokter. Ibunda Laura menutup
mulutnya yang menganga.
"Apa bisa di sembuhkan dok?". Tanya Ibunda Laura.
"Kami hanya bisa
membantu memberinya obat untuk meredakan sakit yang tiba-tiba muncul
saja. Seperti mimisan yang sering terjadi oleh Laura". Ucap Dokter.
"Saya permisi". Ucap Dokter berlalu pergi. Ibunda Laura jatuh menangis. Ia tidak kuasa menahannya.
"Anak kita pasti sembuh". Ucap Ayah Laura meyakinkan.
"Aku gak mau sampe Laura tau. Kasian Laura. Laura pasti akan kehilangan keceriaannya". Ucap Ibunda Laura dengan isak tangisnya.
Namun dibalik itu
semua Michaell, Kekasih Laura sudah menjatuhkan dirinya dengan bersandar
pada tembok. Air matanya jatuh mengalir saat mendengar kabar buruk
untuknya.
"Laura punya penyakit Leukimia". Ucap Michaell.
.
.
.
.
"Tante mohon sama
kamu tolong jaga Laura baik-baik. Jangan beri tau Laura akan
penyakitnya. Tante gak mau Laura menjadi kehilangan senyumnya". Ucap
Ibunda Laura disela-sela tangisnya.
"Iyaa tante, Michaell akan usahain untuk Laura". Ucap Michaell.
Dan semenjak saat
itu, Michaell menjadi memiliki sifat yang overprotective terhadap Laura.
Michaell tidak ingin Laura melakukan hal yang membuat Laura bisa
menjadi lelah. Michaell tidak mau. Dan semuanya membuahkan hasil. Laura
sudah jarang mimisan lagi. Namun penyakitnya tidak hilang. Penyakit itu
masih ada.
Flashback Off!
"Ehh Eummm maaf gue
kebawa suasana. Tadi gue lagi bengong mikirin temen gue yang namanya
Luara juga dia punya penyakit Leukimia". Laura terdiam. Masih sedikitt
tidak percaya.
"Gak percaya nih?". Tanya Michaell meledek.
"Percaya deh. Dia siapa? Kok lo gak cerita". Tanya Laura yang mulai tertarik dengan pembicaraan.
Bagus gak ketauan yaallah. Batin Michaell.
"Diaaa----".
KRINGGG!!!!!!
Bel masuk berbunyi. Tanda bahwa istirahat telah usai. Laura mengerucutkan bibirnya kesal.
"Masuk kelas yuk". Michaell bangun dari duduknya bersamaan dengan Laura.
"Lo masih ada utang janji cerita yang namanya Laura itu sama gue". Ancam Laura dengan tatapan tajamnya.
"Iyaaa bawell". Ucap Michaell mengacak rambut Laura pelan.
******
"Kakkk Lauraaa!!!". Teriak Nathalia masuk kedalam kamar Laura.
"Ketuk pintu dulu napa sih". Ucap Laura.
"Ada temen-temen kakak dibawah". Ucap Nathalia sudah berbaring diatas kasur Laura.
"Siapa?". Tanya Laura. Laura kembali menyisir rambutnya. Malam ini Laura akan pergi bersama Michaell.
"Kak Nathan". Ucap Nathalia singkat. Laura menjatuhkan sisirnya tiba-tiba.
"Lo kenapa kak?". Tanya Nathalia mematikan layar handphonenya saat mendengar suara benda jatuh.
"Gak pa-pa". Ucap Laura lalu bergegas keluar kamarnya dengan langkah pelan.
"Anehhh". Ucap Nathalia lalu kembali memainkan handphonenya. Senyum Nathalia mengembang saat Nathen menelfonya.
"Haii Nath". Sapa Nathen saat video call nya sudah aktif.
Laura melangkahkan
kakinya pelan. Menuruni anak tangga dengan langkah santai. Ditarik dan
dihembuskannya nafasnya perlahan. Menetralkan jantungnya yang makin
berdetak kencang.
Laura sudah meminta maaf
dengan sahabatnya dan Nathan juga. Jadi, Mau tidak mau Laura harus
menghadapi Nathan dengan sikap yang biasa saja. Seperti teman pada
biasanya.
"Na---Nath?". Ucap Laura saat sudah melihat Nathan sedang berdiri didepan teras rumahnya.
"Ehh Ra, Lo sibuk gak?". Tanya Nathan dengan senyum manisnya.
Lagi, Laura akan mengatakan bahwa Laura kembali rindu dengan senyum Nathan.
"Eng---enggak". Ucap Laura.
"Temeninn gue ke Cafe yuk". Ucap Nathan seperti biasanya.
"Euumm gue rapih-rapih dulu". Ucap Laura masuk kedalam. Laura berlari menuju kamarnya.
"Ahh lo mah gombal,
bilang kangen eh dikelas godain Michelle". Ucap Nathalia saat Laura
sudah masuk kedalam kamarnya. Michelle itu teman sekelas Laura dan
Nathen yang memang sangat cantik.
"Nath!". Ucap Laura
melihat tampilannya didepan cermin. Entah kenapa Laura sangat senang
saat Nathan mengajaknya pergi berdua. Laura harus memanfaatkan waktunya
kali ini.
"Apa kak?". Sahut Nathen
dan Nathalia bersamaan. Suara Nathen memang sangat terdengar karena
Nathalia mengaktifkan loud speakernya. (gak tau bener apa engga tuh
tulisannya).
"Bukan kamu Nathen, tapi Nathalia". Ucap Laura.
"Kenapa ka?". Tanya Nathalia.
"Kalo ka Michaell kesini
bilang gue ada urusan lain dan acara gue sama dia batalin jadi hari
minggu aja oke?". Ucap Laura membuat Nathalia mengeryitkan dahi bingung.
Namun saat Nathalia ingin bertanya lagi Laura malah sudah pergi duluan.
"Kakak lo belum bisa move on dari kakak gue ya?". Tanya Nathen disela-sela telfonnya.
"Yaaa, Gitu deh. Tapi kakak lo mah cintanya sama Bila cabe sih. Gedegg gue". Ucap Nathalia memutar bola matanya malas.
"Gue punya ide buat
hubungan kakak gue sama kakak lo. Hukuman juga buat Bila. Tapi kita gak
bisa langsung laksanain sekarang. Kita juga harus tau kalo kakak lo itu
beneran suka sama kakak gue atau enggak". Ucap Nathen panjang lebar.
"Emang lo punya ide apaan?". Tanya Laura.
".........."
******
"Lo ngapain ngajak gue ke cafe Nath?". Tanya Laura meminum jus mangga nya.
"Gue pengen cerita aja". Ucap Nathan tidak mengalihkan pandangannya dari handphone nya.
Pasti soal Bila. Batin Laura. Namun Laura menahan sakitnya. Laura akan berusaha bersikap biasa saja.
"Soal Bila". Ucap Nathan.
Tepat
pada sasaran yang ada dipikiran Laura. Pasti Nathan mengajaknya ke cafe
bukan untuk seperti dulu lagi. Namun untuk menceritakan tentang
hubungannya dengan Bila.
Namun Laura akan kembali mengatakan. Kalau Laura akan berusaha untuk melupakan Nathan.
"Em---emang dia kenapa". Tanya Laura.
"Akhir-akhir ini gue
ngerasa anehh sama dia. Dia kaya mulai gak peduli sama gue. Dia suka
keluar malem tanpa izin dari gue". Ucap Nathan mematikan layar
handphonenya dan menaruh handphonenya disaku celananya.
"Kok lo bisa tau dia keluar malem? kan lo aja gak dapet izin dari dia kan?". Tanya Laura.
"Rumah Gilang itu deket
sama rumah Bila. Gilang suka kasih tau gue kalo Bila suka keluar malem
pake pakaian yang lumayan kebuka gitu, Gue awalnya gak percaya. Tapi,
Semenjak Gilang suka fotoin dia tiap malem pas dia keluar dan dia kasih
tau gue, Yaaa Gue percaya". Ucap Nathan panjang lebar.
"Mending lo cari tau aja
sendiri Nath kalo lo masih kurang percaya sama kata-kata orang. Bisa
aja Gilang cuma edit foto itu. Yaa, Lo tau lah jaman udah canggih
sekarang". Ucap Laura. Nathan menganggukan kepalanya lalu menatap mata
Laura lekat.
Tubuh Laura menegang walaupun tidak terlalu terlihat. Namun jantungnya juga semakin berpacu cepat sekarang.
"Ada satu masalah lagi yang bikin gue bingung". Ucap Nathan masih menatap Laura.
"Ma---masalah apa ya?". Tanya Laura gugup.
"Tiap kali deket sama
dia gue ngerasa kaya biasa aja. Gak kaya dulu, Gue suka deg-degan, Gue
yang suka senyum-senyum sendiri kalo liat dia, Gue yang suka ngerasa
seneng pas dia dateng ke gue. Sekarang gue jadi biasa-biasa aja kalo
lagi sama dia". Ucap Nathan meminum orange juice nya.
Laura terdiam
"Beda pas gue sama lo.
Kalo deket sama lo bawaannya gue seneng gitu". Ucap Nathan sukses
membuat hati Laura semakin menohok sakit. Gagal sudah acara move on nya.
Kalau begini Laura semakin sulit untuk melupakan Nathan.
Ahelah Nathhh lo mah jadi cowo cuek-cuek manis sihh. Gimana gue jadi gak susah move on. Rengek Laura dalam hatinya.
"Apa gue sukanya sama lo
ya Ra?". Ucap Nathan dengan polosnya. Ohh jangan tanyakan bagaimana
keadaan Laura sekarang. Jantungnya berdetak seperti orang yang habis
berlomba lari maraton. Perutnya terasa tergelitik hebat. Tangannya
terasa dingin.
Laura memang begitu kalau ia merasa gugup maka tangannya akan terasa dingin.
"Nath lo gak salah ngomong?". Tanya Laura.
"Enggak". Ucap Nathan.
Dann saat itu rasanya Laura ingin loncat dari lantai dua cafe ini.
******
"Gak mampir Nath?". Tanya Laura.
"Enggak deh gue harus
balik. Udah jam sepuluh malem". Ucap Nathan melepas helmnya. Rambutnya
dibiarkan acak-acakan. Nathan tersenyum manis menatap Laura.
"Apa liat-liat?". Ucap Laura melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Gue gak liatin lo". Ucap Nathan masih menatap Laura.
"Terus liatin apa?". Tanya Laura melihat sekeliling. Jantungnya masih berdegup dengan cepat.
Kalo kaya gini terus sih kasian jantung gue jadi gak sehat. Batin Laura.
"Liatin bidadari yang tiap hari terbang dihati gue". Ucap Nathan dengan gelak tawanya.
Laura bulshing.
"Gomballl lo ih". Ucap Laura memukul lengan Nathan.
"Dihh bener kok". Ucap Nathan tidak tertawa lagi. Digantikan dengan senyumnya.
"Pikirin aja Bila". Ucap
Laura. Sadar akan sesuatu Laura membulatkan matanya. Secara tidak
langsung itu dibilang sebagai kode untuk untuk Nathan. Ini tidak
disengaja.
"Cieee cemburu cieee". Goda Nathan.
"Ahh apaan si orang enggak juga. Pulang sono lu". Ucap Laura salah tingkah.
"Ciee cieee. Yaudah gue pulang ya, Byee". Ucap Nathan memakai helmnya dan menyalakan motornnya.
"Yaaa, Hati-hati". Ucap Laura melambaikan tangannya saat Nathan sudah berlalu pergi.
Laura menghembuskan
nafas tenang. Tidak disadari senyum Laura sudah terukir manis
diwajahnya. Laura senang hubungannya dengan Nathan semakin membaik.
Dengan langkah yang senang Laura masuk kedalam rumahnya. Namun
langkahnya kembali berhenti saat melihat laki-laki yang dulu pernah
mengisi hidupnya berada didepan rumahnya.
"Gimana acara perginya sama Nathan Ra?". Ucap Michaell membuat Laura membeku.
"Acara nya pasti asik
ya?". Ucap Michaell mendekat kearah Laura. Senyum tipis Michaell
tunjukan kepada Laura. Michael berpura-pura kalau dirinya kuat.
Sebenarnya hatinya sangat sakit.
"Oh ya, Tadi kan kita
gak sempet pergi. Gue hari minggu gak bisa karna gue harus balik lagi ke
Amerika. Bokap mau buka perusahaan disana. Mau gak mau gue pindah
lagi". Mata Laura membulat kaget. Entah kenapa hatinya seperti digoresi
pecahan kaca secara perlahan.
"Lo Pin---Pindah?". Ucap Laura.
"Iyaa Ra. Niat gue ajak
lo pergi karna gue mau memperbaiki hubungan kita. Tadinya sih. Dan Gue
mau kasih ini". Ucap Michaell memberi Laura sebucket bunga mawar pink.
"Sama ini. Kalung ini lo
simpen aja. Gue liat tadi kayanya lo udah nemuin kebahagiaan lo sama
Nathan. Selamat buat lo yang udah baikan sama Nathan. Gue sebagai
sahabat lo seneng liat lo seneng". Ucap Michaell dengan satu bulir air
matanya yang sudah jatuh. Laura masih diam. Laura juga tengah menangis
sekarang.
"Simpen ya Ra, Sebagai
tanda kalo kita sahabat. Gue juga pake". Ucap Michaell memberi kalung
untuk Laura. Menunjukannya juga ke Laura kalau Michaell juga memakai
kalung yang sama sepertinya. Namun miliknya berwarna hitam. (Ada
dimulmed fotonya).
"Gue pamit".
DUA PULUH SATU
Laura POV
KRINGGG!!!!!
Jam beker ku berbunyi
nyaring. Aku mengerjapkan mataku perlahan. Tak sengaja kulirik jam
dinding. Jam masih menunjukan pukul delapan pagi.
Bunyi nada dering line
handphoneku berbunyi. Dengan malas kuambil handphoneku. Uh mataku terasa
berat sekali setelah menangis semalaman.
Michaell: bangun kebo, hari sabtu ini kan libur. Gue mau ajak lo jalan buat yang terakhir kalinya boleh gak? Itu sih kalo lo gak sibuk.
Mataku membulat sempurna. Dengan gerakan cepat kedua ibu jari ku menari diatas layar.
Laura: kemana?
Michaell: ketaman mungkin. Terus ke cafe.
Laura: jam berapa perginya?.
Michaell: gue sih udah didepan rumah lo.
Mataku membulat
sempurna. Kusibakan selimutku ke kanan. Kupakai sendal rumahku dan
berjalan kearah jendela kamar. Kubuka jendela kamarku dan benar saja.
Disana sudah ada Michaell.
"Haii". Sapanya saat
sadar aku membuka jendela kamar. Tanpa aba-aba aku mulai menuruni anak
tangga dengan cepat. Rumah masih sepi. Mungkin karena masih pagi.
Saat aku membuka pintu
betapa terkejut nya aku saat mendapatkan dirinya tengah berdiri didepan
pintu dengan sebucket bunga mawar berwarna biru. Air mataku kembali
mengalir. Kupeluk tubuhnya. Ku luapkan air mataku didalam dekapannya.
"Jangan pergi". Ucapku disela-sela tangisan ku.
"Gue harus pergi Ra". Ucap Michaell memelukku.
"Maaf". Lirihku tanpa menatapnya. Kupejamkan mataku kuat-kuat. Menahan sakit yang kian menohok hati.
"Jangan minta maaf sama
gue. Kalo kita takdirnya sahabatan ya kita bisa apa?". Tanya Michaell
saat aku melepaskan pelukanku. Matanya menatapku sendu.
"Niatnya kan mau seneng-seneng. Kenapa malah jadi nangis gini". Ucap Michaell menghapus air mataku.
"Ihh lagi sedih juga".
Ucapku mengerucutkan bibir ku sebal. Michaell menghapus air mataku lagi
dengan tawanya. Lalu dia mengacak rambutku pelan.
"Mandi sana. Bau ih". Ucap Michaell menutup hidungnya. Memberiku bunganya. Dengan lamban ku ambil sebucket bunga itu.
"Enak aja, Gue gak mandi juga tetep wangi tau". Ucapku mengerucutkan bibirku kesal.
"Yaudah sana cepet mandi". Ucap Michaell. Aku mengangguk paham.
"Masuk aja. Tunggu
diruang tamu". Ucapku yang langsung berlari menuju kamar. Suara langkah
kaki berlari di tangga membuat keberisikan rumahku yang sedang sepi.
Tidak peduli dengan teriakan Nathalia yang memang kamarnya dekat dengan kamarku.
Dengan terburu-buru aku
melaksanakan kegiatan mandiku. Setelah selesai aku memilih baju sweater
berwarna hitam dengan celana pendek yang panjangnya selutut.
"Lo mau kemana kak?". Tanya Nathalia yang baru saja masuk kamarku. Ingat! Tanpa izin.
"Jalan". Jawabku melirik
penampilanku di depan cermin. Setelah dirasa cukup aku kembali turun
kebawah. Nathalia? Mungkin dia mengigau tadi dan langsung tidur di kamar
ku. Biarin aja.
"Bagus deh kalo gak ketauan waktu itu". Samar-samar kudengar Ayah sedang berbicara.
"Iya Om, Michaell langsung alihin pembicaraan". Ucap Michaell. Aku mengeryitkan dahi bingung.
"Kalo sampe Laura tau
dia punya penyakit leukimia, Om gak tau lagi harus gimana". Aku
membulatkan mataku. Dibalik tembok tangga aku mengumpat.
Laura yang dimaksud Ayah sama Michaell siapa?. Batinku bertanya-tanya.
"Gimana pun juga
Michaell bakalan tetep rahasiain ini dari Laura. Karna Michaell juga gak
mau liat Laura sedih". Ucap Michaell. Aku membulatkan mataku kaget.
Mulutku menganga. Air mataku sudah jatuh. Lagi
"Om sebagai Ayahnya juga
gak mau kehilangan kebahagiaan anak om". Aku kembali membulatkan
mataku. Kesal? Ya. Sedih? Ya. Kecewa? Ya.
Aku kecewa. Kenapa tidak
ada yang memberi tau tentang ini kepadaku. Setidaknya aku akan menjaga
kesehatan diriku mengetahui diriku memiliki penyakit leukimia.
Dengan langkah santai aku berjalan menghampiri Ayah dan Michaell. Air mataku masih mengalir.
"Laura?". Ucap Michaell saat tau keberadaan ku. Ayah dan Michaell beranjak bangun.
"Ayah sama Michaell nyembunyiin penyakit aku selama ini?". Tanyaku dibalik isak tangis ku.
PRANGG!!
Suara pecahan gelas membuatku menoleh ke asal suara. Disana, sudah ada Bunda dengan wajah terkejutannya.
"Bunda juga sembunyiin ini dari Laura hm?". Tanyaku dengan senyum tipisku.
"Ka---kamu---"
"I--ini bukan yang
seperti lo kira Ra". Ucap Michaell menyentuh pergelangan tanganku. Aku
menghempaskan tanganku agar terlepas dari genggaman tangan Michaell.
"Kita batalin aja acara pergi hari ini". Ucapku.
"Kak?". Ucap Nathalia
yang kebingungan melihat keadaan yang begitu berantakan. Nathalia masih
berdiri terdiam diatas pertengahan tangga. Entah sejak kapan dia sudah
disana.
"Apa? Lo juga tau penyakit gue hah?". Nathalia membulatkan matanya.
"Laura pergi dulu".
Ucapku tidak memperdulikan panggilan dari Ayah. Aku terus berlari
menerobos angin yang sudah menyentuh kulit. Pagi ini cuaca sangat
mendung.
Langkahku berhenti saat
mataku menatap sebuah taman kecil. Oh ini taman yang beberapa waktu lalu
aku datangi. Tempat dimana aku bertemu Miko. Namun mataku kembali
membulat saat aku mendengar suara keributan.
"Jadi kamu ke Asia cuma mau kasih tau kalo kamu dijodohin?". Ucap laki-laki yang dapat kudengar jelas suaranya.
"Maaf Mik, Tapi kita gak
bisa lanjutin hubungan ini lagi. Aku harus ikutin apa kata orang tua
aku". Ucap perempuan. Kulangkahkan kaki ku pelan-pelan. Aku
menyembunyikan diriku dibelakang pohon mangga. Tiba-tiba saja penyakit
kepo ku mulai kambuh.
Uhhh gini nih kalo jadi cewek yang kepoan. Denger berita dikit langsung pengen tau. Kalo gak dikasih tau selalu nyari tau. Batinku.
"Yaudah kalo itu mau kamu. Aku ikhlas selagi kamu bahagia aku juga bahagia". Mataku membulat saat laki-laki itu berbalik badan.
"Miko?". Gumamku.
"Aku harus pergi
sekarang Mik, Ayah sama Bunda udah nunggu. Maafin aku". Ucap perempuan
itu memeluk Miko. Namun Miko masih diam saja. Tidak membalas tidak juga
merespon.
"Jaga diri kamu baik-baik". Ucap Miko membiarkan perempuan yang terlihat memiliki wajah campuran itu pergi.
Lahh Mik? Lo kok biarin dia pergi sih? Kejar dong! Eh tapi gue gak tau tuh cewe siapa ya?. Batinku menggerutu sendiri.
Miko menjatuhkan
tubuhnya diatas kursi taman. Disandarkan punggungnya pada punggung
kursi. Miko mengusap wajahnya pelan lalu mengacak rambutnya. Kuputuskan
untuk berjalan mendekatinya. Samar-samar kulihat bahu Miko yang
bergetar. Wajahnya masih ditutup kedua telapak tangannya.
Miko nangis?. Batinku bertanya-tanya.
"Mik?". Ucapku. Miko terlonjak kaget dan menatapku. Benar, Miko menangis.
"Ehh Ra". Ucap Miko
membenarkan posisi duduknya. Dihapusnya air matanya. Dengan perasaan tak
enak karena mengganggu waktu sendirinya aku duduk disampingnya.
"Lo nangis?". Tanyaku menatapnya. Ku ayunkan kedua kakiku berlawanan arah.
"Enggak gue kelilipan tadi". Ucap Miko.
"Lo gak bisa bohong sama gue. Tadi gue liat semuanya". Ucapku dengan santainya. Namun Miko menatapku dengan keterkejutannya.
"Sorry". Ucapku karena tadi sudah mendengar masalah nya dengan perempuan tadi. Miko menganggukan kepalanya.
"Abis gue kepo, Siapa
coba pagi-pagi mendung gini udah ribut aja". Ucapku menatap langit yang
sudah menurunkan rintikan air hujan.
"Gak pa-pa. Lagian gak terlalu penting juga". Ucap Miko menundukan kepalanya.
"Jadii, Siapa cewe tadi?". Tanyaku yang lagi dilanda ke-kepoan.
"Mantan". Ucap Miko
singkat. Aku membulatkan mataku saat tau bahwa Miko pernah mengatakan
kalau ia memiliki kekasih yang tinggal di Amerika.
"Lo selingkuh?". Tanyaku hati-hati. Miko kembali menatapku. Lalu Miko tertawa.
"Ihh kenapa ketawa coba, beneran punya selingkuhan lo ya?". Tanyaku menunjuk wajahnya. Miko menetralkan tawanya.
"Dia itu cewe gue yang
pernah gue ceritain ke lo, Dia Jessie. Kalo lo tanya sekarang dia siapa?
Yaa, gue jawab dia mantan gue lah". Ucap Miko yang ada benarnya juga.
Aku mengangguk paham dan kembali menatapnya saat Miko kembali tertawa.
"Kenapa sih?". Tanyaku yang mulai jengkel.
"Lo kalo pasang muka polos gitu lucu". Ucap Miko membuatku mengerucutkan bibirku kesal.
"Btw, Lo ngapain pagi-pagi kesini?". Tanya Miko. Namun sebelum aku menjawab hujan turun dengan derasnya.
"Ayo neduh". Miko menarik tanganku pergi untukk mencari tempat berteduh.
"Lo ngapain kesana tadi?". Ucap Miko saat sudah menemukan tempat berteduh.
"Eummmm... Ada masalah aja dirumah". Ucapku menatap kedua kakiku. Entah kenapa rasa sakit mulai kembali menjalar pada hatiku.
"Masalah apa?". Tanya Miko.
"Masalah penyakit gue,
semua keluarga gue gak ada yang ngasih tau gue kalo gue punya penyakit.
Yaa, gue kesel. Harusnya mereka kasih tau gue dari awal biar gue bisa
jaga kesehatan gue sendiri. Kalo mereka gak kasih tau kan gue jadinya
kayak kalo mau olahraga disekolah atau main basket, Mau cape gue tetep
main. Coba gue dikasih tau pasti gue main bakalan ada batesnya". Ucapku
panjang lebar.
"Emang lo punya penyakit apa?". Tiba-tiba saja kepala ku terasa pening. Kusentuh keningku dan sedikit memijatnya.
"Lauraaa!!". Teriak
Michaell dibelakang Miko. Kulihat tubuhnya sudah basah kuyub.
Dibelakangnya terdapat Nathan juga. Miko menoleh ke arah Michaell dan
Nathan. Kepalaku semakin pening. Semua seperti berputar-putar.
"Ra, Lo mimisan?!". Ucap Miko menahanku saat aku ingin terjatuh. Tubuhku terasa lemah. Dan semuanya menghitam.
DUA PULUH DUA
Aku mengerjapkan mataku berulang kali. Bau obat-obatan menyeruak masuk kedalam hidungku. Kepalaku terasa pusing.
Kulihat sekeliling. Sepertinya aku berada dirumah sakit. Badanku terasa kaku. Bahkan terasa sangat sakit.
"Ra? Lo sadar?". Aku membulatkan mataku saat menatap Miko tengah berdiri di samping ku. Dengan seragam putih abu-abu nya.
Bukannya kemarin hari sabtu ya? Berarti sekarang Minggu dong? Kok Miko pake seragam sekolah?. Batinku bertanya-tanya.
"Lo udah seminggu gak
sadar Ra. Ulangan kenaikan kelas udah berlangsung seminggu kemarin. Oh
ya lo juga bakalan ikut ulangan susulan". Ucap Miko membuatku mendengus
malas.
"Gak sekarang kok Ra. Lo kan baru sadar". Ucap Miko terkekeh pelan saat melihat wajah ku yang nampak sangat frustasi.
"Huaaa lega". Ucap
seorang laki-laki membuatku menoleh ke asal suara. Disana, Nathan yang
baru saja keluar dari kamar mandi. Aku menggeleng pelan melihat
kelakuannya
"Lah Laura udah sadar?". Tanya Nathan menghampiriku dengan langkah gusar.
"Seperti yang lo liat".
Ucap Miko menekan tombol pemanggil dokter. Aku tersenyum tipis lalu
memejamkan mataku sebentar. Kepalaku masih sedikit pusing.
"Pasien sudah lama sadar?". Tanya Dokter yang sudah masuk ke ruangan ku.
"Enggak lama dok, Barusan". Ucap Nathan.
"Permisi, Kita harus
memeriksa pasien lebih dulu". Ucap Dokter. Suara pintu terbuka membuatku
melirik ke arah pintu. Disana, sudah ada Bunda, Ayah dan Nathalia.
"Anak saya sudah sadar dok?". Ucap Bunda melihat ku yang sedang diperiksa.
"Udah tante". Ucap Miko sebelum dokter menjawabnya.
"Pasien harus masih
memakai alat pembantu pernafasan nya. Karena kondisi pasien juga belum
terlalu baik". Ucap Dokter. Aku mendengus malas. Aku tidak suka memakai
selang di hidungku sebagai alat bantu pernafasanku.
"Baik dok". Ucap Ayah.
"Kalau terjadi apa-apa dengan pasien langsung tekan tombol pemanggil dokter". Ucap Suster membuat semuanya mengangguk paham.
"Saya permisi". Ucap Dokter berlalu pergi dengan suster. Aku menghembuskan nafas lega lalu menatap kedua orang tuaku.
"Maafin Bunda". Ucap Bunda menghampiri ku. Aku tersenyum tulus.
"Bunda gak salah, Laura
emang udah ditakdirin punya penyakit. Ya mau gak mau Laura harus
terima". Ucap ku dengan lemah. Nathan dan Miko saling tatap.
"Kakak pasti kuat". Ucap Nathalia yang sudah menangis. Aku tersenyum tipis dan mengangguk lemah.
"Yaudah, Laura istirahat
aja dulu yah. Biar lebih enakan lagi". Ucap Ayah mengelus rambutku
penuh sayang. Aku mengangguk dan memejamkan mataku.
Suara pintu tertutup
mulai terdengar. Ayah, Bunda dan Nathalia sepertinya nya sudah pulang.
Mengetahui Nathalia baru melakukan ujian kenaikan kelas sepertinya.
Jadi, Ayah dan Bunda tidak bisa menemaniku pasti dirumah sakit. Aku
membuka mataku sedikit. Mataku membulat saat Miko berada disisi kananku.
Nathan berada disisi kiri ku.
"Hayoo gak mau tidur kan?" Ucap keduanya duduk dikursi.
"Gak bisa tidur tau". Ucapku menatap keduanya bingung.
"Tidur Ra, lo harus banyak istirahat". Ucap Nathan.
"Gue temenin". Ucap keduanya bersamaan.
"Lo berdua lagi kenapa dah? Kok bisa barengan gitu ngomongnya dari tadi?". Tanyaku tertawa kecil.
"Nathannya aja yang ngikutin gue". Ucap Miko.
"Enak aja lo, lo tuh ikutin gue". Ucap Nathan.
Suara tawa kami mulai terdengar. Lalu tiba-tiba suara nada dering handphone mulai terdengar. Aku mengeryitkan dahi bingung.
"Handphone siapa yang bunyi?". Tanyaku dengan Miko bersamaan.
"Ehh? Eumm hp gue". Ucap
Nathan mengambil handphone nya di saku celananya. Ditatapnya layar hp
nya yang menyala. Tanpa mengangkatnya.
"Kok gak diangkat Nath? Siapa tau penting" Ucapku melihat Nathan yang sama sekali tidak tertarik untuk mengangkatnya.
"Dari Bila". Ucap Nathan
membuatku bungkam. Jadi, keduanya masih berhubungan?. Di masukan nya
handphone Nathan kedalam saku celananya.
"Eh lo belum makan kan
Ra? Gue beliin lo makan dulu ya". Ucap Miko mencairkan suasana yang
mulai canggung. Aku mengangguk dan membiarkan Miko membeli makanan
diluar.
Suasana kembali hening. Nathan sibuk menatap wajahku yang aku tidak tau ada apa di wajahku.
"Kenapa?". Tanyaku menatap Nathan.
"Cuma mau bilang cepet
sembuh ya Ra. Kalo temen gue sakit gue gak ada temen buat cerita
dikelas". Ucap Nathan mengelus rambutku.
Teman ya?
"Bantu doa buat gue juga dong". Ucapku pura-pura senang.
Ah aku terlalu banyak menyembunyikan perasaan.
"Iya Ra, gue always
bantu doa buat lo". Ucap Nathan. Tiba-tiba saja pintu terbuka. Mataku
membulat saat Bila sudah diambang pintu. Bila terdiam. Matanya menatap
diriku dan Nathan bergantian.
Aku membulatkan mataku saat sadar bahwa Nathan sedang mengelus rambutku. Ku pukul pergelangan tangan Nathan.
"Aw, Ra sakit". Ucap
Nathan menatapku. Mataku memberi isyarat menunjuk kearah Bila yang
sedang berdiri. Nathan hanya mendengus malas dan menjauhkan tangannya
dari kepalaku.
"Hai Laura". Sapa Bila sok baik. Uh aku benci jika dia sudah mulai beracting.
"Gimana keadaan lo?". Tanyanya lagi mendekat kearah ku. Oh bahkan dia tidak sendiri. Dia bersama teman-temannya.
"Pasti baik kan?".
Author POV
Bila berjalan mendekat kearah Laura. Laura mengeryitkan dahi bingung. Laura berfikir ada yang tidak beres disini.
Nathan menatap Bila bingung. Bila merangkul Nathan. Dan mulai lah aksi dari teman Bila yang bernama Farah dan Angel.
Dibalik
tubuh Bila, Angel memegang suntikan yang berisi cairan. Cairan itu
kalau di suntikan kedalam tubuh maka tubuhnya akan menggelinjang sakit.
Tubuhnya akan terasa seperti dipukuli. Maka korban yang terkena cairan
itu akan menahan sakit yang mati-matian ajan dirasakannya. Sedangkan
Farah mencari perhatian agar Laura dan Nathan menatapnya.
Angel menyuntikan cairan itu di dalam kantung yang menyalurkan penambahan darah yang terpasang ditelapak tangan Laura.
Dengan santainya Angel menjauh setelah selesai melakukan aksinya dan ikut bergabung dengan Nathan dan Laura.
"Kita
kesini mau jenguk lo". Ucap Bila menatap Angel yang sudah menjalankan
aksinya. Sebenarnya Bila sudah tau mengapa Nathan menjadi jarang
menghubungi nya. Nathan menjadi berubah.
"Iya
Ra, semoga lo bisa jalanin ulangan kenaikan kelas lo dengan baik ya".
Ucap Angel. Laura tidak menjawab tidak juga tersenyum.
Obat itu belum berekaksi. Obat itu akan bereaksi setelah satu jam kedepan.
Mampus lo Ra. Gue buat lo mmenderita selama lo sakit. Batin Bila tertawa puas.
"Nath
ko diem aja sih?". Ucap Bila menatap Nathan. Nathan menghempaskan
tangan Bila yang merangkul tubuhnya. Bila menatap Nathan kaget.
"Gue minta putus Bil". Ucap Nathan membuat Bila membulatkan matanya kaget.
"Pu---putus?". Tanya Bila. Laura juga sama kagetnya. Bahkan Laura hanya bisa menatap Nathan dan Bila bergantian.
"Iya, putus". Ucap Nathan menekankan tiap kalimatnya.
"Tapi Nath aku sayang banget sam--"
"Lo
cuma manfaatin gue. Lo cuma mau ambil kekayaan gue aja. Lo cewe gak
baik Bil. Lo fikir dengan diri lo yang suka ke club malem gue gak tau?".
Ucap Nathan bangkit dari duduknya.
"Lo bukan siapa-siapa gue lagi". Ucap Nathan sedikit mendorong tubuh Bila. Bila tersenyum kecil dan memilih untuk pergi.
"Setidaknya
lo harus bisa jaga omongan lo sama gue Nath". Ucap Bila mengancam
Nathan. Laura dan Nathan mengernyitkan dahi bingung. Keduanya sama-sama
tidak mengerti apa yang dimaksud Bila.
"Udah lah Nath biarin aja". Ucap Laura saat Nathan ingin berlari menghampiri Bila yang baru saja pergi.
"Ini gak bisa dibiarin Ra. Kalo dia apa-apain lo gimana?". Tanya Nathan khawatir. Namun tiba-tiba saja Miko datang.
"Tadi
gue liat Bila sama yang lain. Laura gak pa-pa?". Tanya Miko melihat
keadaan Laura. Laura mengangguk tanda dia baik-baik saja.
"Huhh,
gue kira ada sesuatu yang dia lakuin disini. Lo disamping Laura terus
kan Nath?". Tanya Miko yang berubah seperti ibu-ibu.
"Iya lah, Kalo sampe ada apa-apa sama Laura. Gue abisin tuh si Bila". Ucap Nathan kesal.
"Gak boleh gitu sama mantan". Ucap Laura yang dibalas gelak tawa ketiganya.
"Yaudah
makan dulu yuk gue udah bawain bubur buat lo. Oh ya Nath ini ada nasi
uduk buat lo" ucap Miko. Nathan mengangguk dan mengambil nasi uduk
miliknya.
"Lo biar gue suapin". Ucap Miko yang sudah menaruh bubur nya di mangkuk dan meniup buburnya saat sebelum dilahap Laura.
"Enak gak?". Tanya Miko saat Laura sudah melahap suapan pertama.
"Enak Mik, lo beli dimana?". Tanya Laura. Nathan sedang sibuk memakan nasinya.
"Deket rumah sakit". Ucap Miko kembali menyuapi Laura.
Namun
saat lima suap telah di makan nya, Laura mulai merasa aneh pada
tubuhnya. Kepalanya sangat sakit. Seluruh tubuhnya juga. Tulangnya
sangat terasa ngilu. Bahkan seperti dipukul-pukul.
"Awww!!!". Pekik Laura menjambak rambutnya sendiri. Nathan dan Miko terkejut lalu Nathan menghampiri Laura.
"Lo kenapa Ra?". Tanya Miko.
"Sakit!!! Aww!!!". Teriak Laura memeluk tubuhnya sendiri.
"Apanya yang sakit Ra?!". Ucap Nathan panik.
"Nathh!!!!! Sakittt!!!". Ucap Laura menahan sakit yang menohok tiap tubuhnya. Rasanya urat nadi nya ingin putus sekarang juga.
"Bentar
gue panggil dokter!". Ucap Miko sama paniknya menekan tombol pemanggil
dokter otomatis. Tidak lamanya dokter pun datang.
"ARGHHHH SAKITTT!!!". Teriak Laura saat sakitnya semakin terasa. Bahkan semakin menambah.
"Maaf
pasien harus kami periksa dan anda silahkan tunggu luar". Ucap Suster
membawa Nathan dan Miko keluar. Bagus ruang Laura dekat dengan ruang
dokter jadi dokter cepat datangnya saat Miko atau Nathan menekan tombol
pemanggil dokter.
"Pastiin Laura baik-baik aja dok". Teriak Nathan sebelum suster menutup pintu kamar rawat Laura.
BLAM!!
Dokter mulai memeriksa Laura dengan Nathan dan Miko yang terlihat panik diluar kamar rawat.
DUA PULUH TIGA
Semua nampak khawatir
menunggu Dokter yang akan keluar dari ruang rawat Laura. Membawa kabar
yang entah diketahui keluarga Laura maupun teman Laura. Namun semuanya
berdoa bahwa kabar baik yang akan mereka dengar.
Semua nampak khawatir. Memikirkan sesuatu dengan jalan pikiran mereka masing-masing. Tak lamanya dokter pun keluar ruangan.
"Gimana sama anak saya dok?". Tanya Naha sebagai Ibunda Laura. Semua sadar dari lamunannya dan menghampiri dokter.
"Laura baik-baik saja
setelah kami suntik obat penenang. Kami menemukan cairan yang tercampur
didalam kantung penambah darah Laura. Sepertinya ada yang sengaja
mencampurkan nya kedalam". Ucap Dokter. Miko dan Nathan saling tatap.
"Saya permisi. Karena masih banyak pasien yang harus saya periksa". Ucap Dokter yang dibalas anggukan kepala Naha.
"Mending kita masuk
aja". Ucap Angel dan Fellu. Ohh jangan samakan Angel yang bersahabat
dengan Laura. Angel yang ini adalah sahabat baik Laura. Memiliki nama
yang sama dengan Angel sahabat Bila.
Setelah satu persatu masuk giliran Nathan yang masuk kedalam. Nathan menghembuskan nafas pelan dan berjalan masuk.
Bunyi pendeteksi detak
jantung (maaf aku gak tau namanya apa) memenuhi ruang kesunyian. Nathan
menatap Laura dengan tatapan sendu. Nathan tidak tau Laura memiliki
penyakit apa. Tidak ada yang memberi taunya.
Laura sedang tertidur
lelap. Wajahnya nampak damai dari yang sebelumnya. Nathan menggeser
kursi kesamping kasur Laura. Setelah di rasanya nyaman Nathan duduk
disamping Laura.
"Entah kenapa rumit jelasinnya. Gue juga bingung sama kisah hidup gue ribet banget". Ucap Nathan mengelus telapak tangan Laura.
Namun Laura masih lelap dalam tidurnya.
"Allah baik ya sama gue.
Udah matahin hati gue buat orang yang salah. Dan kembali sambungin hati
gue buat orang yang bener. Maksudnya bener buat gue cintain". Ucap
Nathan.
"Cepet sembuh Ra. Kita semua nunggu lo disini". Ucap Nathan dengan senyum manisnya.
*****
1 tahun kemudian...
Laura
terdiam duduk didepan jendela kamarnya. Oh bukan kamar. Namun ruang
rawat yang beberapa hari yang lalu Laura tempati. Laura menatap salju
yang turun. Cuaca sedang dingin. Laura merindukan sosok laki-laki yang
selalu membuatnya uring-uringan saat masa SMA.
"Kangen sama lo Nath". Ucap Laura menyentuh jendela kamar rawat nya.
Laura mengisi waktu liburannya dengan masa perawatannya. Laura sedang berusaha akan kesembuhan penyakitnya.
Tidak
ada yang tau kalau Laura sudah berada di Amerika. Laura yang meminta
saat Laura tersadar waktu itu di Asia. Laura tidak ingin semuanya
menjadi sedih akan kepergiannya.
Flashback On!
Laura mengerjapkan matanya. Kepalanya terasa sakit. Lebih sakit dari sebelumnya.
"Kamu sadar sayang?". Ucap Bunda Laura. Laura mengangguk.
"Dokter abis meriksa kamu. Dia bilang gak bakal lama lagi kamu sadar dan bener. Kamu sadar". Ucap Bunda Laura.
"Bun, kenapa banyak koper?". Tanya Laura saat melihat sekeliling.
"kamu
dinyatakan naik kelas dengan bantuan nilai harian dan ulangan
sebelumnya sayang. Walaupun kamu gak dapet peringkat baik tapi Bunda
maklumin". Ucap Bunda membuatku mengangguk paham.
"Kamu
mau dipindahin ke Amerika sayang. Kamu harus dirawat disana lebih dulu
selama liburan kamu". Mata Laura membulat. Entah kenapa matanya terasa
panaas.
"Laura dirawat disana Bun?". Tanya Laura. Bunda Laura hanya menganggukan kepalanya.
"Demi kesembuhan kamu sayang". Ucap Bunda Laura. Laura menghembuskan nafas pelan.
"Tapi cuma selama liburan aja kan?". Tanya Laura memastikan. Bunda Laura kembali mengangguk.
"Iyaaa, selama liburan aja". Ucap Bunda Laura membuat Laura menghembuskan nafas lega.
"Bun,
Laura mau jangan ada yang tau soal ini ya Bun. Sekalipun dia sahabat
Laura. Laura gak mau buat mereka khawatir". Ucap Laura yang dibalas
anggukan kepala Bundanya.
"Iya sayang. Sekarang kamu rapih-rapih kita berangkat sekarang". Ucap Bunda Laura membantu Laura untuk siap-siap.
Flashback Off!
"Pagi Laura". Ucap ka Hans. Kakak tiriku yang sudah lama menetap di Amerika.
"Pagi kak Hans". Jawabku dengan senyum tipis.
"Udah sarapan?". Tanyanya aku menggeleng pelan dan kembali menatap salju yang turun lewat kaca.
"Dua hari lagi kamu pulang ke Asia". Ucap Hans. Aku menoleh ke arahnya
"Tapi kak bukannya Laura hari ini pulangnya?". Tanya Laura menatap Hans.
"Sekolah mengizin kan
kamu dua minggu untuk tidak sekolah lebih dulu karena masa perawatan
ini. Jadi kamu pulang hari senin besok". Ucap Hans membuat Laura mau tak
mau harus menerimanya.
"Gimana sama perkembangan penyakit Laura selama Laura dirawat disini Ka?".
Nathan POV
Kemana perginya dia?
Udah satu tahun aku tidak menemuinya. Dua minggu selama pelajaran
kembali dimulai juga Laura tidak muncul. Sosoknya hilang begitu saja.
Lebih baik aku tanya
Nathalia saja. Kebetulan saat aku upacara kemarin aku melihat Nathen dan
Nathalia yang sedang berdiri di barisan hukuman karena datang
terlambat. Ahhh adikku itu tidak bisa membuat pacarnya lebih disiplin
lagi kah?.
Aku juga sudah menghukum
Bila dibantu dengan Rafly, Gilang, Angel dan Fellu. Biar mereka rasakan
bagaimana sakitnya cairan yang waktu itu diberi untuk Laura. Kejam
memang tapi kita harus membalasnya dengan balasan yang impas.
Namun sikap Bila itu
masih sama saja. Dia tiada hentinya mencari-cari Laura. Namun kepergian
Laura juga bagus untuk keselamatannya sih. Supaya terhindar dari makhluk
alien yang nyasar ke bumi seperti Bila.
"Bro, gue ke kelas sebelas dulu ya". Ucapku menepuk pundak Rafly.
"Ngapain?". Tanya Gilang.
"Mau liat kelas barunya
Nathen setelah naik kelas". Ucapku asal lalu berlari menuju kelas
Nathen. Kucari-cari kelas IPA-1 dan ketemu!.
Tanpa basa-basi aku
masuk kedalam kelas. Mencari Nathalia dan Nathen. Katanya sih Nathen
sekelas lagi dengan Nathalia. Tidak peduli dengan tatapan adik kelas
yang menatapku dengan tatapan terkejut. Ada juga yang mulai histeris.
Dasar bocah.
Setelah menatap seisi
kelas Nathen aku tidak menemukan sosoknya. Kuputuskan untuk mencari ke
kantin. Ahh baru saja aku berbalik. Sepasang sejoli dengan tangan yang
saling bertautan menatapku kaget.
"Ehh kak Nathan". Ucap Nathalia melepas genggaman tangan Nathen.
"Nath bisa ngomong sebentar?". Tanyaku menarik tangan Nathalia pelan.
"Ehh cewe gue mau dibawa kemana?!". Teriak Nathen tidak kupedulikan.
Astaga itu ka Nathan!!!
Ngapain ya dia sama Nathalia?
Ahhhh gue iri sama Nathalia!!!
Aku mendengus malas saat mulai terdengar ke berisikan kelas.
"Kak mau ngomong apa?".
Tanya Nathalia. Aku kembali menarik tangan Nathalia menuju taman
belakang sekolah. Setidaknya disini lebih aman dan tidak berisik.
Nathen? Pasti dia tau apa sebabnya aku menarik Nathalia.
"Disini aja ngomongnya, duduk". Ucapku yang sudah duduk dikursi taman belakang sekolah.
"Apa kak?". Tanya Nathalia tidak sabaran. Uhh sama sekali dengan kakaknya yang kepoan itu.
"Kenapa Laura tiba-tiba ilang gitu aja?". Tanyaku to the point. Tubuh Nathalia menegang.
"Ehh? Engg--- kalo itu
aku gak tau kak aku juga gak dikasih tau kak Laura dibawa kemana". Ucap
Nathalia gugup. Aku menatap Nathalia penuh selidik.
"Lo bohong kan?". Tanyaku lagi.
"Be---bener kak aku gak bohong". Ucap Nathalia mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V. Aku mengangguk paham.
"Ya udah sana lo ke kelas. Nanti keburu bel masuk bunyi". Ucapku. Nathalia menganggukkan kepalanya dan kembali ke kelas nya.
"Lo kemana sih Ra?!". Ucapku frustasi. Ku usap wajahku kasar dan kembali ke kelas.
.
.
.
.
.
.
Dua Hari Kemudian.......
GUBRAKKK!!
Aku meringis sakit saat aku tersandung tali sepatu ku yang belum sempat ku ikat. Argghh aku telat hari ini.
Upacara pasti sudah
selesai. Dengan langkah cepat aku menuju ke mobilku. Mengikat tali
sepatuku lebih dulu dan menginjak pedal gas mobil. Dengan kecepatan
penuh aku melesat di jalan. Menyalip motor dan mobil lainnya.
Gerbang pintu sekolah
hampir ditutup. Aku menekan pedal gas lagi menambah kecepatan. Dan
berhasil!! Aku berhasil masuk walau satpam menatapku terkejut. Ah aku
tidak peduli. Dengan langkah santai aku berjalan menuju gedung kelasku.
Kupakai dasiku dan
menatap sekeliling. Bagus lagi tidak ada guru yang mengawasi. Oh benar
saja upacara baru saja selesai. Biasanya kalau baru selesai upacara
murid-murid akan pergi ke kantin dulu. Jadi aku santai saja menuju
kelasku.
Aku menaiki tangga
dengan santai. Melihat murid-murid yang berlalu lalang. Saat sudah
sampai didepan kelas suasana ramai mulai masuk kedalam indra pendengaran
ku.
Namun ada satu hal yang
membuatku heran. Biasanya Rafly dan lainnya tidak suka duduk mengumpul
sampai ada yang duduk diatas meja seperti itu. Karena aku penasaran aku
mendekat ketempat dudukku yang lagi dikerubungi siswa-siswi.
"Ada apa sih?". Tanyaku
saat sudah sampai. Semua menatapku kaget dan meminggirkan tubuh mereka
agar aku bisa melihat apa yang sedang dibicarakan mereka. Mataku
membulat sempurna saat melihat sosok perempuan yang selama ini aku
rindukan.
"Lauraa?"
Author POV
Selama pelajaran jantung
Laura dan Nathan tiada hentinya berdegup cepat. Laura dipaksa oleh
Angel dan Fellu agar kembali duduk dengan Nathan. Tadi pagi Fellu sempat
bercerita kalau ketidak hadiran Laura membuat suasana kelas menjadi
berbeda.
Biasanya sekelompok geng
Nathan dan geng Laura yang membuat ke berisikan. Entah kenapa saat
tidak ada Laura suasana menjadi berbeda. Semua hanya murung dikelas
walau sering sekali-kali Rafly mencoba melawak namun tidak berhasil.
Nathan melirik ke arah
Laura yang terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Nathan menghembuskan
nafas pelan. Mencoba menetralkan jantungnya.
Entah kenapa suasana
kali ini menjadi canggung. Guru yang sedang menjelaskan didepan bahkan
sama sekali tidak dapat masuk ke dalam otak Nathan. Bahkan suaranya juga
tidak dapat terdengar.
Nathan terlalu fokus dengan perempuan disampingnya.
Berbeda dengan Laura
yang berusaha mati-matian mendengarkan gurunya yang sedang mengajar.
Namun jantungnya selalu berdetak cepat. Laura tau kalau Nathan sedang
melirik nya. Namun lebih baik Laura pura-pura tidak mengetahuinya.
Bel istirahat akhirnya berdering juga.
"Baik anak-anak saya
akan membuat kelompok tugas menanam pohon obat-obatan. Pasangannya teman
sebangku kalian yah. Hari Kamis dikumpulkan". Mata Nathan dan Laura
membulat.
"Saya akhiri,
assalamualaikum". Ucap bu Yeti. Suasana kelas menjadi riuh membicarakan
apa yang akan di tanam nanti. Lalu lama kelamaan kelas menjadi sepi.
Semua sudah menuju ke kantin pastinya.
"Kantin gak?". Tanya Angel kepada Laura.
"Engga deh Ngel". Ucap
Laura. Angel mengangguk dan pergi kekantin bersama Fellu, Gilang dan
Rafly. Teman-temannya itu selalu tau kalau sekarang mungkin Nathan dan
Laura butuh waktu berdua.
Suasana canggung kembali hadir.
Ayolah Nathan ajak ngomong kek!. Batin Nathan.
Menghindari suasana yang canggung Laura mengambil novelnya. Membacanya dalam diam. Nathan mengusap wajahnya frustasi.
Karena Laura tidak betah
dengan keadaan seperti ini. Memikirkan jantungnya juga yang masih
berdetak cepat akhirnya Laura beranjak bangun menuju taman belakang.
Belum sempat Laura berjalan pergelangan tangannya sudah ditarik.
Laura memejamkan matanya
saat Nathan memeluknya. Laura menahan nafasnya susah payah. Bagus
dikelas hanya ada dirinya dan Nathan. Oh ada cowok nerd yang duduk
paling depan. Itupun dia sibuk dengan buku sejarahnya.
"Gue kangen Ra".
DUA PULUH EMPAT
"Lauraaa!!!!". Teriak Nathan bangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang. Sialnya tadi hanya mimpi.
"Anjir cuma mimpi?!!".
Ucap Nathan dengan kesalnya. Nathan melirik jam dindingnya. Matanya
membulat saat tau di alam sadarnya dia benar terlambat!.
Buru-buru Nathan bangkit
dari tidurnya dan bersiap-siap menuju sekolah. Setelah rapih Nathan
memakai sepatunya dengan terburu-buru.
"Santai aja kenapa sih Bang". Ucap Crystall memasukan uang saku Nathan kedalam saku bajunya.
"Hampir aja lupa bawa uang ongkos tuh". Ucap Ferro menasehati.
"Yaudah intinya Nathan
berangkat ya Ayah Bunda. Byee". Ucap Nathan yang langsung menyambar
kunci motornya. Dengan kecepatan penuh Nathan menuju ke sekolah.
Bagus sekali aksi
ngebut-ngebutannya tadi beruntung sekali siswa dan siswi baru disuruh
baris dilapangan. Yap hari ini akan dilaksanakan upacara.
Nathan memarkirkan
motornya dan berlari kecil menuju lapangan. Tas nya dibiarkan ditaruh
dipinggir lapangan karena kalau sudah telat atau siswa-siswi lainnya
sudah berbaris maka tidak boleh ada yang ke kelas lagi
"Hampir aja lo telat Nath". Ucap Gilang melirik jam tangannya. Nathan mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Nih topi lo". Ucap
Rafly memberi topi abu-abu yang memang kalau upacara harus memakai topi,
dasi dan ikat pinggang. Nathan menepuk keningnya saat dasinya masih
berada ditas.
"Dasi gue di tas!". Ucap Nathan keluar dari barisan lalu Nathan berlari menuju tasnya.
"Kamu tidak pakai dasi ya Nathan?". Ucap Bu Endang yang sudah memegang penggaris besi.
"Ben---bentar bu tadi saya terlambat terus saya lupa pake dasi. Nih mau ambil" ucap Nathan dengan cengiran khasnya.
"Yaudah cepet pake!!"
Bentak Bu Endang membuat Nathan bergidik ngeri. Cepat-cepat Nathan
mencari dasinya. Setelah dapat Nathan langsung kembali ke barisan. Namun
sesuatu yang membuat Nathan menoleh kearah perempuan yang berdiri di
baris hukuman jika terlambat.
Gadis itu tengah
menunduk dengan kedua tangannya yang dikebelakangkan. Rambutnya hitam
pekat menjuntai kebawah menutupi wajahnya.
"Nathan!! Cepet baris!!!". Ucap Bu Endang pelan namun penuh penekanan. Nathan sadar dari lamunannya dan kembali kebarisan.
Beda keadaan beda cerita...
Gadis itu masih saja menunduk. Merutuki dirinya sendiri bangun kesiangan karena subuh tadi baru sampai dirumahnya.
Berulang kali gadis ini
menghembuskan nafasnya lelah. Bahkan dia lupa meminum obat yang harus ia
minum selama 4x sehari. Gadis itu nampak bosan dengan obat yang tiap
hari harus ditelannya.
Dokter bilang kalau
gadis ini sampai terlambat sedikit saja meminum obatnya maka penyakitnya
susah disembuhkan. Namun gadis itu berfikir. kalau tidak minum satu
kali saja tidak akan berefek buruk untuknya. Toh dia akan meminum obat
itu lagi saat pulang sekolah.
Upacara sekolah telah usai. Dengan langkah gontai Nathan berjalan menuju kantin.
"Gue-----butuhh------airr". Ucap Nathan yang sudah bergelayut di pundak Rafly.
"Ih najis jangan gelayutan sama gue ahh! Kaya monyet aja lo demennya bergelayutan". Ucap Rafly.
"Guee-----hausss". Ucap
Nathan yang sudah tidak sanggup lagi berjalan. Rafly dan Gilang hanya
menggelengkan kepalanya. Memang tadi Nathan baris di paling belakang dan
terkena sinar matahari pagi langsung.
"Nih minum". Ucap Angel memberi air putih kepada Gilang. Gilang mengembangkan senyumnya.
"Makasih sayang". Ucap Gilang mengacak rambut Angel pelan.
"Sama-sama. Ke kelas barengan aja yuk". Ajak Angel. Fellu menganggukkan kepalanya.
"Yuk".
"Ehhh gue aus banget gila". Ucap Nathan yang sudah terlihat tidak bersemangat itu.
"Nih gue beli minum
tadi. Dikelas ganti ya". Ucap Fellu menunjuk Nathan. Mata Nathan
membulat sempurna, dengan segera Nathan mengambil botol berisi air putih
itu dan menegaknya.
"Huaaaaa akhirnya". Ucap Nathan mengelus lehernya. Yang lain hanya menggelengkan kepala saja.
TING NUNG TING NUNG.
"Diharapkan kepada siswa
dan siswi masuk kembali ke kelas karena jam pertama pada pelajaran akan
segera dimulai. Siswa-siswi harus berpakaian rapih sesuai dengan
aturan". Ucap guru piket melalui speaker sekolah membuat siapapun siswa
atau siswi yang masih di kantin menjadi berjalan menuju kelas.
Nathan menghembuskan nafas lega
"Bagus lo beli minum dua
Fel. Thank you". Ucap Nathan yang berjalan lebih dulu. Fellu
menggelengkan kepalanya melihat sifat Nathan. Nathan masih berjalan
dengan semangat menuju kelas.
"Tuh anak ya sifatnya
masih aja kaya bocah". Bisik Rafly. Saat Nathan ingin masuk kedalam
Nathan menghentikan langkahnya tiba-tiba. Membuat Fellu, Angel, Rafly
dan Gilang menabrak punggung Nathan. Otomatis Nathan menjadi jatuh ke
lantai
"Aduhh Nathan sakit". Ringis Angel. Semuanya kembali bangun berdiri. Teman sekelasnya menertawakan nya.
"Hehe maap". Ucap Nathan
ikut bangun. Matanya kembali tertuju kepada gadis yang tengah menunduk.
Gadis yang membuatnya tiba-tiba menghentikan jalannya tadi. Rambutnya
menutupi wajahnya. Dan aneh nya lagi dia duduk ditempat Fellu.
Apa dia?----.
Fellu dan lainnya
menatap arah pandangan mata Nathan. Mata mereka ikut membulat saat
melihat gadis itu masih saja menundukan kepalanya.
"Itu siapa Nath?". Tanya
Rafly. Tiba-tiba saja satu kelas ikut menatap apa yang sedang
diperhatikan. Semuanya ikut berlari kearah Nathan dan mengumpat
dibelakang Nathan.
"Jangan bilang dia
se---setan?". Ucap seorang laki-laki. Nathan mengangkat tangannya keatas
agar semua diam. Perlahan tapi pasti Nathan berjalan mendekat kearah
gadis itu.
"Mampus aja dia duduknya ditempat gue". Bisik Fellu.
"Ssttttt". Ucap yang
lain. Dengan langkah mengendap-endap Nathan kembali mendekati gadis itu.
Gadis itu masih diam tidak bergeming dengan rambutnya yang menjutai
menutupi wajahnya.
Dan anehnya gadis itu mengenakan seragam yang sama seperti Nathan.
Gubrakkkk!!!
Rafly jatuh menyenggol meja. Semua pasang mata menatap Rafly lalu kembali beralih menatap gadis tadi.
"Aaaaaaaa!!!! Hannntuuuuu!!!". Teriak satu kelas berlari-larian. Nathan mengernyitkan dahi bingung. Di dekat kan nya gadis itu.
"Laura?". Ucap Nathan. Laura mengangkat wajahnya dan melepaskan earphonenya. Ditutupnya novel yang sedang dibacanya.
"In---ini Laura?!!!". Ucap Nathan histeris membuat seisi kelas kembali diam. Lalu kembali menghampiri Nathan.
"Laura?". Ucap Fellu
menyentuh pundak Laura dan membalik-balikan tubuh Laura. Memutar nya dan
menyuruh Laura agar bangkit dari duduknya.
"Kaki dia napak! Berarti ini bener Laura!". Teriak Fellu histeris lalu memeluk Laura.
"Astaga Lauraaa!!!". Ucap Angel memeluk Laura juga.
Nathan masih berdiam diri menatap kejadian ini. Nathan menyubit lengannya sendiri. Sakit, Dan ini tidak mimpi! Ini nyata.
"Ini nyata?". Ucap Nathan.
Laura tersenyum tipis menatap Nathan didalam pelukan Fellu. Dan saat itu jantung Nathan mulai berdetak sangat cepat.
Senyum itu kembali hadir.
*****
Nathan
dan Laura sedang berada di taman belakang sekolah. Laura mati-matian
menahan degupan jantungnya yang kian menjadi-jadi. Tangannya sudah
berkeringat dingin. Laura belum siap kalau sampai diajak Nathan
berbicara berdua seperti ini.
Berbeda dengan Nathan yang mulai bisa santai. Bahkan Nathan terus menatap gadis yang ia rindukan ini.
"Lo kemana aja selama ini?". Tanya Nathan. Tubuh Laura membeku saat itu juga.
"Ehh? Eumm gue----dirawat di Amerika". Ucap Laura gelagapan.
"Maaf
Nath. Gue gak mau buat kalian khawatir lagi". Ucap Laura merasa
bersalah. Nathan menggeser tubuhnya sedikit agar lebih mendekat kearah
Laura.
Tiba-tiba
saja Nathan menarik Laura kedalam pelukannya. Laura membulatkan
matanya. Laura benar-benar terkejut. Nafas Laura tercekat. Ini tidak
mimpi?
Laura semalam juga mimpi yang sama seperti Nathan. Makanya sekarang ia bertanya apakah ini mimpi atau tidak.
"Na---Nath?". Ucap Laura gelagapan.
"Hm?". Jawab Nathan menghirup wangi shampo yang ada di rambut Laura.
"Ini gak mimpi kan?". Ucap Laura. Nathan melepas dekapannya dan mencubit hidung Laura.
"Ishhhhh Nathan sakit!". Ucap Laura.
"Mimpi gak?". Tanya Nathan mendekatkan wajahnya. Bahkan hidungnya hampir menempel. Laura lagi-lagi menahan nafasnya.
"Eng---enggak". Ucap Laura.
CUP!!
Laura memejamkan matanya saat sesuatu yang hangat jatuh di keningnya. Nathan mencium kening Laura.
Mata Laura membulat saat sadar akan sesuatu.
"Nath?". Ucap Laura.
"Hadiah
dari gue karena lo udah balik lagi". Ledek Nathan berlari menjauh.
Laura mengerucutkan bibirnya kesal. Disaat yang romantis gini Nathan
malah mengerjainya. Awas saja dia.
Namun
saat Laura ingin berbalik badan menuju kelas, tubuhnya tiba-tiba
ditarik menuju kelas kosong. Pintu terkunci rapat. Laura memberontak
saat mulutnya dibekap dengan tangannya yang di tarik kebelakang.
Tiba-tiba
saja saat orang itu melepaskan genggaman dan bekapannya. Namun air,
tepung dan telur busuk jatuh melewati kepala Laura dan keseluruh
bajunya. Laura membulatkan matanya.
"Welcome bitch!".
DUA PULUH LIMA
Nathan mengernyitkan dahinya bingung saat tidak ada suara derap langkah kaki mengikutinya.
"Nath? Laura mana?".
Tanya Angel celingak-celinguk. Menatap Nathan yangg baru saja
menghentikan langkah kakinya didepan kelasnya.
"Tadi dia disini kok! Harusnya disini. Perasaan tadi dia ngejar gue dah". Ucap Nathan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Nathan dan Angel saling tatap lalu membulatkan mata mereka.
"Astaga pasti Bila!!!". Ucap keduanya bersamaan
*****
Laura menjatuhkan air
matanya. Laura sangat takut ruangan yang sempit dan gelap. Bagaimana
kalau ada binatang yang mengigitnya?? Laura yakin ini gudang sekolah
mengetahui banyak barang yang tidak terpakai dibiarkan tergeletak
disini.
"Tolong". Ucap Laura
dengan suara serak. Entah kenapa jika phobia nya kambuh suaranya jadi
terasa sulit untuk dikeluarkan. Untuk berbicara pelan pun sulit.
"Mau lo teriak kaya gitu
juga gak bakalan ada yang denger! dasar bocah!". Ucap Bila menoyor
kepala Laura. Laura kembali menghembuskan nafasnya. Laura sudah tidak
tahan dengan bau busuk dari telur ini. Rasanya Laura ingin mengeluarkan
cairan dari dalam tubuhnya sekarang juga.
"Awas ya lo berani ngadu sama Nathan! Gue bikin hidup lo gak tenang!!". Teriak Bila didepan wajah Laura.
"Satu lagi!! Nathan itu
deketin lo cuma buat bahan mainan aja! Jadi jangan kesenengan dulu
dideketin Nathan! Nathan itu bekas gue!". Ucap Bila bangga.
"Cabut guys". Ucap Bila lagi menghentikan jarinya diudara.
"Makanya jangan
kecentilan". Ucap kedua pengikut Bila menyiram air berwarna hitam lagi
ditubuh Laura. Laura hanya memejamkan matanya saja.
Sedangkan Nathan, Fellu,
Angel, Rafly dan Gilang sedang sibuk mencari keberadaan Laura. Mereka
berlima sudah mencari sampai keliling sekolah namun masih tidak
menemukan Laura.
"Gila dimana Laura?". Tanya Rafly yang sudah menjatuhkan tubuhnya ditaman belakang sekolah. Nathan menghapus keringatnya.
"Tadi terakhir itu gue duduk disini". Ucap Nathan menunjuk kursi taman.
"Terus kemana?". Tanya Fellu membuat Nathan terdiam. Namun tiba-tiba saja Nathan teringat sesuatu.
"Gudang sekolah!". Ucap Nathan bangkit dari duduknya. Fellu dan Angel membulatkan matanya.
"Gak, Gak, gimana kalo disana ada hewan yang gigit atau disana kan horor!". Teriak Fellu.
"Kalo gitu kalian dibelakang kita aja. Biar kita yang jalan duluan". Ucap Gilang.
"Ayo cepet!! keburu bel
masuk bunyi". Ucap Nathan yang sudah jalan lebih dulu didepan. Gilang
dan Rafly menganggukan kepalanya sedangkan Fellu dan Angel mengikuti
ketiganya tepat dibelakangnya.
Nathan melangkahkan
kakinya terburu-buru. Namun langkah Nathan, Rafly dan Gilang berhenti
begitu saja saat melihat Bila yang baru saja keluar dari gudang tersebut
dengan bau busuk yang tercium oleh Nathan.
"Mampus". Gumam Bila melirik pengikutnya. Bila juga menghentikan langkahnya.
"Kok kalian berhenti
sih, ada apaan---". Ucap Fellu terpotong saat mengintip dibalik punggung
Rafly. Mata Fellu dan Angel membulat saat tau didepan sudah terdapat
Bila yang berdiri ketakutan.
Nathan mengepalkan
tangannya kuat-kuat. Emosinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi jika
Laura terjadi apa-apa dan semuanya ada sangkut pautnya dengan Bila. Saat
Nathan mulai memajukan satu langkahnya guna membalas Bila, Rafly
menahannya.
"Sabar Nath, Jangan main kasar dulu". Ucap Rafly. Nathan menghembuskan nafasnya dan menetralkan emosinya.
"Dimana. Laura?". Ucap Nathan penuh penekanan.
"Laa----Lau---"
"JAWAB!!!". Bentak Nathan membuat Fellu dang Angel bergidik ngeri.
"Laura ada di dalam gudang". Ucap Angel, pengikut Bila.
"Lo sembunyiin sahabat gue digudang??". Ucap Angel sahabat Laura.
"Lo apain dia??!!!". Tanya Fellu. Bila hanya membulatkan matanya saat Angel sebagai pengikutnya menceploskan kejadian barusan.
"Gue? Cuma sedikit menambah kecantikannya yang murah itu". Ucap Bila santai sambil mengibaskan rambutnya. Nathan semakin geram.
"Jaga omongan lo yah!!". Ucap Angel menjambak Bila.
"Awwww sakittt!!!!". Teriak Bila membalas jambakan Angel.
"Ehh jangan kasar sama Bila!!!". Teriak Angel dan Exa. Dua pengikut Bila yang ikut membantu Bila.
"Ehhh minggir!!!". Ucap Fellu menengahi. Dan terjadilah aksi jambak-jambakan.
"Nath lo langsung ke gudang aja ini biar gue sama Rafly yang urus".Ucap Gilang yang dibalas anggukan Nathan.
Nathan berlari menuju
pintu gudang. Namun saat Nathan ingin membukanya pintunya terkunci.
Laura yang berada didalam saat sadar ada yang ingin membuka knop
pintunya mencoba untuk sedikit berteriak.
"Siapa punn itu, Tolong
guee". Ucap Laura susah payah. Namun Laura membulatkan matanya saat
knop pintunya tidak bergerak lagi. Laura beranggapan bahwa tidak akan
ada yang menolongnya sekarang.
BRAKKKK!!!
Laura terkejut dan
membulatkan matanya saat melihat pintu gudangnya sudah jatuh. Laura
mengalihkan pandangannya menatap siapa yang sudah berani merusak pintu
gudang sekolah. Dia Nathan.
"Nath?". Ucap Laura yang melihat Nathan.
"Ra lo gak pa-pa??".
Tanya Nathan membantu Laura untuk bangun. Laura sedikit terkejut dengan
perlakuan Nathan yang sama sekali tidak merasa jijik. Padahal Laura saja
yang mencium baunya sudah ingin muntah. Tapi Nathan menyentuh pundak
Laura tanpa merasa jijik sedikitpun.
Tanpa menunggu jawaban
dari Laura Nathan membawa Laura pergi keluar. Menuntunnya yang jalannya
terlihat sulit. Ini akibat nya memiliki phobia. Badannya akan terasa
sangat lemas sekali jika sudah bertemu dengan apa yang kalian takuti.
Seperti Laura yang takut akan gelap dan ruangan sempit.
"Astaga Ra----". Ucap Fellu terputus menatap keadaan Laura.
"Biar gue bawa dia ke ruang ganti, Gue ada baju cadangan". Ucap Angel.
"Dimana Bila sama pengikutnya??". Tanya Nathan geram.
"Udah diurus sama
Gilang, Rafly lagi minta ijin sama guru kelas kita kalo kita gak masuk
pelajaran terakhir". Ucap Fellu. Laura masih menundukan kepalanya dengan
deraian air matanya.
"Yaudah lo bawa Laura keruang ganti cepet. Gue tunggu di tempat duduk lapangan basket". Ucap Nathan.
"Okee, Kita juga mau
gantiinnya dia ruang ganti basket kok yang toiletnya bersih". Ucap
Fellu. Nathan mengangguk dan membiarkan Fellu dan Angel mengurus Laura.
******
"
Kenapa gak lo bales aja sih Ra?". Ucap Fellu yang mulai kesal karena sikap Laura yang teralu baik.
"Jangan terlalu baik
napah jadi orang. Kan kasian lo nya juga, Jadi dibully Billa mulu". Ucap
Angel menunggu Laura yang sedang membersihkan tubuhnya didalam bilik
kamar mandi.
"Raa ngomong kek!". Ucap
Fellu makin kesal karena sedari tadi Laura diam saja. Fellu memberi
handuk kepada Laura dan membiarkan Laura mengeringkan rambutnya dan
tubuhnya.
"Apa?". Jawab Laura
pelan. Laura keluar dari bilik kamar mandi dan sudah rapih dengan
bajunya. Laura menatap Angel dan Fellu dengan tatapan lelah.
"Denger kita ngomong gak sih?". Ucap Angel. Laura menghembuskan nafas pelan dan mengangguk.
"Apa coba?". Tanya Angel.
"Gue mau jauhin Nathan". Ucap Laura menahan sakit dalam hatinya.
"HAAA?". Ucap Angel dan Fellu bersamaan.
"Gue mau jauhin Nathan". Ucap Laura berusaha suaranya tidak terdengar bergetar.
"Perasaan gue gak ngomong gitu tadi". Ucap Angel.
"Emang enggak. Gue yang mau ngomong gitu". Ucap Laura.
"Apa alasannya Ra? Ra
kalo ini ada sangkut pautnya sama Bila mending lo gak usah dengerin apa
kata dia. Anggap aja omongan dia itu cuma angin lewat". Ucap Fellu
menyisir rambut Laura.
"Gak Fell, Lo gak
ngerti. Gue sakit Fel. Gue gak ngerti sama Nathan. Kenapa setelah putus
dari Bila dia dateng ke gue seolah-olah gue ini cuma bahan mainannya
aja. Satu lagi, Lo gak tau jadi gue tuh gimana. Di bully abis-abisan
dengan balesan apa yang gue takutin. Lo bayangin aja kalo lo jadi gue,
Phobia sama yang namanya ruangan sempit dan gelap. Terus lo dibales
dikurung di ruangan sempit dan juga gelap. Lo pikir gue gak cape? gue
cape Ngel, Fell". Ucap Laura dengan bahunya yang sudah bergetar hebat.
Laura tidak kuasa lagi menahan air matanya.
Angel dan Fellu saling tatap. Keduanya menghembuskan nafas pelan. Suasana menjadi hening.
Hanya suara isak tangis Laura memenuhi ruangan ini.
"Kita ngerti perasaan lo
Ra, Sekarang kita gak bisa paksa lo mau apa dan yang kaya gimana. Semua
keputusan ada ditangan lo". Ucap Fellu memeluk Laura.
"Karena tugas sebagai sahabat ya cuma satu, Mendukung disaat sahabatnya kesulitan". Sahut Angel memeluk Laura juga.
"Makasih ya, Kalian mau ngertiin gue". Ucap Laura masih dengan isak tangisnya.
"Tugas kita sebagai
sahabat! Inget tuh". Ucap Angel membuat Laura sedikit tertawa. Laura
menghembuskan nafas pelan dan melepas dekapan sahabatnya pada tubuhnya.
"Yuk pulang, Bel pulang
sekolah udah bunyi dari lima menit yang lalu. Gue juga mau ada les piano
nih". Ucap Angel. Laura bangkit dari duduknya. Melihat sekeliling
tubuhnya didepan cermin besar. Dirinya sudah benar-benar bersih.
"Sekali lagi makasih ya Ngel, Fell kalian yang terbaik deh". Ucap Laura.
"Sama-sama". Ucap Angel dan Fellu bersamaan. Lalu Fellu dan Angel menuntun Laura keluar.
Nathan yang sedang
berdiri disamping tembok dekat pintu berulang kali mengecek jam. Lalu
Nathan bangkit dari sandaran tubuhnya pada tembok saat sadar ada yang
membuka pintu ruang ganti.
"Raaa? Lo udah bersih?
Gak ada yang luka kan?". Ucap Nathan yang langsung menghalangi jalan
Laura. Entah kenapa hati Laura kembali sakit saat menatap Nathan yang
berada didekatnya. Angel dan Fellu hanya saling tatap.
"Eumm gue duluan ya
bareng Fellu, Byee!!". Ucap Angel menarik Fellu pergi. Laura membulatkan
matanya dan menatap kepergian kedua sahabatnya tajam.
"Mau pulang kan Ra?".
Tanya Nathan membuat Laura kembali mengalihkan pandangannya menatap
Nathan. Buru-buru Laura mengalihkan pandangannya dan menundukan
kepalanya.
"Ra lo kenapa---".
"Gue duluan permisi". Ucap Laura berjalan mendahului Nathan. Nathan membulatkan matanya dan berlari mendekati Laura.
"Ra lo kenapa sih?". Tanya Nathan menahan pergelangan tangan Laura.
"Lepas Nath!". Ucap
Laura menghempaskan tangannya dan kembali berjalan dengan cepat. Nathan
terus memanggil dan mengejar Laura bahkan sampai pos sekolah.
"Raa!!! Lo kenapa sih?!". Bentak Nathan menarik tangan Laura membuat Laura membulatkan matanya kaget.
"Maaf aduhh gue gak sengaja ngebentak lo"
"Jauhin gue Nath. Gue
bukan cewe yang baik buat lo". Ucap Laura halus dan kembali melepaskan
genggamann tangan Nathan pada tangannya. Lalu Laura kembali berjalan
menjauh.
"Raaa!!! Tunggu!!". Ucap Nathan terhenti saat Bila sudah bergelayut manja pada lengan Nathan.
"Nath, mending anterin
aku pulang yuk. Dia kan udah ngaku dia bukan cewe baik. Gara-gara dia
orang tua aku juga dipanggil kesekolah". Ucap Bila menatap Nathan dengan
puppy eyes nya.
"Itu urusan lo! Minggir!
Jijik gue punya mantan kaya lo". Ucap Nathan berlalu pergi. Namun
pandangan akan sosok Laura sudah hilang dimatanya.
"Ahelahhh!! Gara-gara cewek alien gue kehilangan jejak cewek bidadari!!!". Ucap Nathan frustasi.
DUA PULUH ENAM
Seminggu kemudian...
"Ra lo kenapa cuekin gue
sih?". Tanya Nathan menggangu Laura yang sedang mencatat catatan yang
diberikan bu Hati sebelum keluar kelas tadi. Ya, sekarang sudah jam
istirahat.
"Apa sih Nath, berisik". Ucap Laura mengambil handphone nya serta earphonenya.
"Ra dengerin gue". Ucap
Nathan geram. Nathan menimbang- nimbang kalau Laura menjauh karena Bila.
Sudah seminggu yang lalu Laura menjauh dari Nathan. Namun Laura selalu
saja menghindar.
Bahkan teman-temannya
juga jarang menyapa Nathan dan Laura sekarang karena Nathan yang terus
mengejar Laura. Laura sudah berulang kali berusaha. Sampai sekarang
Laura mendekati Miko. Nathan masih saja mengejarnya tanpa lelah.
"Raa please". Ucap Nathan yang terlihat lelah. Dengan santainya Laura memakai earphone di telinganya. Lagi, Nathan mulai geram. Emosinya mulai memuncak.
"RAAAA!!". Nathan
melepas paksa earphone Laura lalu menarik Laura dengan genggaman
tangannya yang cukup kuat. Laura membulatkan matanya dan mengikuti
kemana Nathan menariknya.
"Nath sakit!!". Ucap
Laura mencoba melepas genggaman tangan Nathan pada pergelangan
tangannya. Nathan sudah emosi sekarang. Tidak ada lagi Nathan yang
seperti biasanya.
"Nath lepas Nath!". Ucap Laura meringis sakit saat telapak tangannya sudah mulai memucat.
Tanpa
peduli dengan keluhan Laura, Nathan terus menariknya. Tidak peduli
dengan tatapan siswa-siswi lain yang menatap kedua nya aneh.
Laura membulatkan
matanya saat Nathan membawanya keruang UKS. Ditutupnya pintu UKS lalu
Nathan menatap Laura tajam. Laura menggenggam pergelangan tangannya yang
sudah merah akibat genggaman tangan Nathan tadi.
"Jelasin ke gue kenapa
lo berubah?". Tanya Nathan. Laura sudah menjatuhkan satu bulir air
matanya. Dilepaskan nya genggaman tangan Nathan dari tangan Laura secara
kasar.
"JELASIN!!!". Teriak Nathan membuat Laura terlonjak kaget.
"Gu----gue---mau lo jauh
sama gue Nath". Ucap Laura memeluk tubuhnya sendiri. wajahnya tertutup
oleh juntaian rambut hitamnya itu.
"Apa alesannya?". Tanya Nathan lebih santai.
"Karena gue bukan cewe
yang baik buat lo, Gue gak pantes buat lo, Gue gak secantik Bila, Gue
gak punya apa-apa yang bisa lo banggain. Guee---Gue cuma mau kita jauhan
itu aja". Ucap Laura dengan suaranya yang sudah bergetar hebat.
"Lo takut sama Bila hm?". Tanya Nathan. Laura menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa?!". Ucap Nathan lagi dengan nada yang sedikit naik dari sebelumnya. Lagi, Laura terlonjak kaget karena Nathan yang terus berteriak didepan wajah Laura.
"Lo gak tau jadi gue
gimana Nath". Ucap Laura menutup wajahnya. Laura menangis sekuat-kuatnya
didalam telapak tangannya yang menutupi wajah nya itu
"APA YANG GAK GUE TAU SIH RA!!". Teriak Nathan lagi. Emosinya sudah tidak bisa dikendalikan.
"Lo cuma bisa bentak gue
Nath!!! Lo cuma bisa buat gue dibully mantan lo itu!! Lo cuma bisa
nyakitin gue doang tanpa bikin gue bahagia!! Lo penyebab gue suka rasain
sakit dihati gue!! Lo penyebab segalanya Nath!! Kenapa sih gue harus
kenal sama lo kenapa??!!!". Ucap Laura dengan deraian air matanya.
"Raa--"
"Lo itu nyusahin gue aja
Nath!! Lo gak pernah ngerti dan paham sama perasaan gue!! Lo hadir ke
gue disaat Bila pergi dari lo!! setelah Bila ada, Mana lo yang selaluu
ada buat gue??! Gak ada Nath!!! Lo yang buat gue selalu uring-uringan
dirumah. Lo yang buat gue nangis berulang kali. Sekali lagi gue tanya,
Kenapa sihh gue harus kenal sama lo Kenapa??!!!". Ucap Laura lagi dengan
deraian air matanya. Wajahnya sudah sangat merah. Hatinya sangat sakit.
Laura sangat terpukul dengan keadaan.
"Kalo dari awal gue
disuruh pilih, Gue gak mau kenal sama lo. Kenal sama lo cuma buat gue
sakit doang". Ucap Laura menyentuh lututnya. Tubuhnya sudah tidak lagi
kuat menahannya. Nafasnya sangat sesak.
Nathan terdiam.
Tangannya terkepal kuat menahan sakit yang menohok pada hatinya.
Mati-matian Nathan menahan air matanya agar tidak terjatuh. Namun gagal,
Kini Nathan juga sudah menangis.
Keadaan semakin sunyi. Hanya suara isak tangis Laura yang sedang merunduk menyentuh lututnya. Lagi, Nathan semakin mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Oke kalo itu mau lo Ra,
Gue pamit". Ucap Nathan berjalan menjauh. Laura memejamkan matanya
kuat-kuat saat suara derap langkah kaki sudah mulai menjauh.
"Maaf Nath".
*****
Bel masuk sehabis
istirahat sudah berbunyi. Nathan masih diam menatap bu Endang yang
sedang menerangkan mata pelajarannya. Laura hanya menundukan kepalanya
membaca buku paket miliknya. Matanya lumayan bengap, jadi Laura memilih
membaca keterangan yang ada dibuku saja.
Padahal Laura sudah
meminta untuk pindah tempat duduk dengan Angel tapi Angel tidak mau
berpindah tempat duduk. Begitu pun dengan Fellu yang baru jadian dengan
Rafly.
KRINGGG!!!
Bel pulang sudah
berbunyi. Laura menghembuskan nafas lega. Laura hanya harus
mewanti-wanti saja kalau Nathan menjegatnya lagi saat pulang seperti
kemarin-kemarin.
"Saya akhiri wassalamualaikum". Ucap Bu Endang mengakhiri pelajaran yang berlangsung.
"Nath gue gak bisa pulang bareng ya gue mau anter Fellu balik". Ucap Rafly menepuk pundak Nathan. Nathan menganggukan kepalanya.
"Gue juga balik sama Angel". Ucap Gilang yang dibalas anggukan kepala Nathan.
"Ra, Hati-hati yah
pulangnya". Ucap Fellu dan Angel. Laura yang sedang memasukan buku
pelajarannya mengalihkan pandangannya menatap Fellu dan Angel lalu
tersenyum tipis.
"Kita duluan ya". Ucap Angel dan Fellu lagi. Lalu berlalu pergi bersama Gilang dan Rafly.
Setelah Laura sudah
merapikan buku-bukunya Nathan bangkit dari duduknya. Nathan sengaja
mengulur waktu agar Nathan bisa mengawasii Laura dalam jarak jauh.
Nathan memang akan menjauhkan Laura namun tidak putus dengan tanggung
jawabnya untuk menjaga Laura.
Laura bangkit dari
duduknya bersamaan dengan Nathan. Keduanya saling lirik. Nathan
menunjukan wajah datarnya sedangkan Laura berusaha menetralkan detak
jantungnya. Nathan menggeser kursinya lalu berlalu pergi.
Laura menatap punggung
Nathan yang mulai menjauh. Laura menghela nafas lelah lalu menuju untuk
pulang. Namun suatu hal membuat Laura menghentikan langkahnya.
Satu tetes darah yang
sudah jatuh tepat diseragam sekolahnya. Laura membulatkan matanya dan
menyentuh hidungnya. Laura kembali kaget saat tau bahwa ia sudah
mimisan. Dengan cepat Laura kembali membuka tasnya dan mengambil sapu
tangan yang sering dibawanya.
Tangan kananya sibuk
menutup hidungnya. Menahan darah segar yang sudah mengalir dihidungnya.
setelah dapat Laura menggenggamnya dan menggeser meja satu dengan meja
yang lainnya.
Laura membaringkan
tubuhnya disana dan menutup hidungnya dengan sapu tangannya. Laura
memejamkan matanya kuat-kuat saat kepalanya kembali pusing. Oh Laura
ingat, Laura sudah tidak meminum obatnya lagi setelah tiga hari yang
lalu.
Laura juga sudah jarang
check up di dokter. Laura fikir bahwa ia sudah benar-benar sembuh. Namun
kenyataannya sekarang Laura tidak baik-baik saja. Handphone disaku
roknya bergetar. Dengan sigap Laura mengambil handphonenya itu lalu
membaca pesan masuk yang tertera di layar handphonenya.
Miko :
Laura lo nanti basket
kan? Pulang sama gue aja kalo lo sekarang gak dijemput. Bentar lagi gue
pulang kuliah kok. Lo lagi dijemput gak?
Laura tersenyum tipis
saat melihat pesan dari Miko. Yaa, Tempat kuliah Miko memang satu arah
dengan sekolah Laura. Mengetahui tahun kemarin Miko lulus dengan nilai
yang baik. Oh bahkan Miko masih mengikuti eskul basket disekolah. Kadang
mengajar siswa-siswi baru yang mengikuti eskul basket. Terkadang Juga
Miko ikut bermain.
Laura :
Iyahh gue masih disekolah. Jam lima nanti eskulnya kan. Lo mau jemput gue jam berapa? Biar gue lebih santai nunggunya.
send.
Tak lama membalas pesan Miko akhirnya Miko pun membalas.
Miko :
Sepuluh menit lagi sampe Ra
Laura tersenyum tipis
lagi. Baginya Miko adalah kakaknya. Miko yang memiliki sifat baik dan
perhatiann membuat Laura lebih nyaman bersama Miko. Nyaman menjadikannya
sebagai kakak. Laura menjauhkan sapu tangannya dan bangkit dari
tidurnya.
Laura kembali memeriksa
hidungnya. Darahnya sudah berhenti mengalir. Laura memutuskan untuk
menuju pos sekolah sekarang. Dengan langkah santai Laura menuju pos
sekolah. Sambil memakai earphone yang sudah diambilnya barusan lalu
Laura mencari lagu yang disukainya. Laura memutuskan untuk duduk di pos
sekolah saja.
Namun suara deruman
motor membuat Laura mengalihkan pandangannya. Senyum Laura yang
terkembang karena mengira itu Miko kembali memudar.
Disana Nathan yang sudah
membawa Bila yang sedang duduk di atas motor Nathan. Sampai motor
Nathan melewati Laura, Lebih tepatnya melewati tepat dihadapan Laura
Bila tersenyum miring. Nathan sama sekali tidak menoleh kearah Laura.
Pandangannya tetap lurus kedepan.
Rasa sakit kembali
menjalar dihati Laura. Walau sosok keduanya sudah hilang dari
pandangannya. Buru-buru Laura menghapus air matanya dan mengalihkan
pandangannya terhadap mobil yang baru saja masuk ke halaman sekolahnya.
Dan berhenti tepat didepan Laura.
"Maaf lama ya Ra". Laura tersenyum tipis dan menaiki mobil Miko.
Dibalik itu Nathan
sebenarnya terpaksa melakukan ini. Nathan ingin tau bahwa kata-kata
Laura tadi saat Nathan membawanya ke UKS tidak sepenuhnya benar. Nathan
yakin bahwa Laura memiliki perasaan yang sama sepertinya.
"Depan belok kiri". Ucap Bila dengan manjanya. Nathan mendengus kesal.
"Iyaa"
DUA PULUH TUJUH
Nathan merebahkan
tubuhnya diatas kasur king size miliknya. Malam ini terasa sangat bosan
bagi Nathan. Biasanya kalau sudah malam jam delapan gini Nathan akan
menggangu Laura dengan mengirim message untuknya terus-menerus.
Namun sekarang sudah
berbeda. Nathan sudah tidak bisa lagi mengganggu Laura. Karena
keputusannya untuk menjauhi Laura sudah bulat.
Nathan jadi ingat
sesuatu. Dua hari lagi Nathan akan menjalankan ujian sekolah. Kelas XII
kali ini membuat Nathan sering mengusap wajahnya frustasi. Bagaimana
tidak? Semua murid sebelum kelulusan selalu disodorkan tugas
terus-menerus.
"Nath, disuruh Bunda makan malam dulu". Ucap Nabilah didepan pintu kamar Nathan yang tertutup.
"Nanti ah Nathan mager kemana-mana". Ucap Nathan memainkan handphone nya.
"Makan dulu Nath ish". Ucap Nabilah mengetuk-ngetuk pintu kamar Nathan.
"Apaan sih kak". Ucap Nathan bangkit dari tidurnya dan membuka pintu kamarnya.
"Makan dulu". Ucap Nabilah dengan tatapan tajamnya sambil berkacak pinggang.
"Gak mau ka". Jawab Nathan dengan wajah datarnya.
"NATHANN!!! NABILAH!!! CEPET TURUN!!". Teriak Crystall membuat Nathan mendengus malas.
"Denger? Cepet turun".
Perintah Nabilah. Nathan mendengus malas menutup pintunya dan turun
kebawah. Bundanya itu sangat cerewet jika tidak dipenuhi kemauannya.
Disisi lain. Laura yang
tengah sibuk menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Laura sengaja
mematikan lampu kamarnya tanpa menyalakan lampu tidurnya. Laura akan
berusaha mati-matian untuk tidak takut dengan phobianya. Keringat dingin
sudah membasahi wajah Laura.
Mata Laura terpejam kuat-kuat. Berusaha menahan sesaknya yang semakin terasa. Namun tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.
"Kak!!!!". Teriak Nathalia saat melihat Laura yang sudah menggenggam sprei kasurnya kuat-kuat.
Buru-buru Nathalia menyalakan lampu kamar Laura. Laura membuka matanya dan mengambil nafas kuat-kuat.
"KAK APA YANG LO LAKUIN SIH?!!". Teriak Nathalia.
"Ada apa ini?". Tanya Bunda Laura dan Ayahnya saat mendengar keberisikan.
"Ini bun kakak matiin lampu kamarnya". Ucap Nathalia yang sudah merangkul Laura agar duduk.
"Laura, ada apa sama
kamu?". Tanya Bundanya menghampiri Laura. Laura masih terdiam. Laura
mengalihkan wajahnya dan menatap pintu balkon kamarnya yang terbuka
lebar.
"Laura, jawab Bunda kamu". Ucap Ayahnya.
"Laura cuma lagi usaha aja supaya gak takut gelap lagi". Ucap Laura dengan suara yang bergetar.
"Kamu ada masalah hm? cerita sama Bunda". Ucap Bunda Laura.
Laura menggeleng pelan dan menutup wajahnya.
"Masalah cinta?". Tanya Ayah Laura.
"Eumm mungkin ka Laura gak mau cerita dulu kali Yah, Bun". Ucap Nathalia mengusap punggung Laura.
"Laura mau sendiri aja
dulu Bun". Ucap Laura dengan suara serak. Bunda dan Ayah nya saling
pandang. Nathalia menghembuskan nafasnya pelan.
"Tapi jangan coba-coba kaya tadi ya kak". Ucap Nathalia yang dibalas anggukan kepala Laura.
"Yaudah kalo ada apa-apa
turun aja kebawah yah". Ucap Ayah Laura. Memang kamar Laura terletak
dilantai dua rumahnya. Laura kembali menganggukan kepalanya.
"Yaudah kalo gitu yuk
dek". Ucap Bundanya merangkul Nathalia lalu ketiganya keluar dari kamar
Laura. Nathalia kembali melanjutkan acara video call nya dengan Nathen.
"Kakak gue nangis gara-gara kakak lo tuh". Bisik Nathalia.
Setelah dirasa suasana
sudah aman Laura membuka telapak tangannya dan melihat darah yang sudah
menempel pada telapak tangannya. Laura sengaja menutup wajahnya tadi
karena Laura merasakan pusing dan sesuatu yang mengalir pada hidungnya.
Buru-buru Laura menutup
dan mengunci pintunya. Laura berlari kecil mencari kain. Setelah dapat
Laura kembali merebahkan badannya diatas kasur dan menutup hidungnya
itu. Mata Laura tidak sengaja menatap tempat sampah yang berada
disamping kasurnya. Disana terdapat banyak obat yang ia buang disana.
Bunda dan Ayah nya tidak tau. Sekalipun Nathalia yang suka bermain
dikamar Laura pun tidak tau.
Laura sengaja
menyembunyikan tempat sampah nya disampinng kasur dan menutupnya dengan
sprei kasurnya. Laura mendengus malas saat darahnya tidak kunjung
berhenti. Namun satu hal lagi yang membuat Laura tiba-tiba mengalihkan
pandangannya. Handphonenya yang sejak dari pulang sekolah tadi tidak
mendapatkan notif apapun.
Nathan benar-benar menjauhinya.
Namun disisi lain Laura
juga sedikit senang jika Nathan menjauhinya. Penyakit leukimia yang
selama ini Laura rahasiakan tidak akan terbongkar begitu saja. Laaura
akan menyimpan rahasia ini rapih-rapih. Laura tidak ingin Nathan tau.
Setidaknya dengan Laura yang menjauh Nathan akan sedikit bahagia dengan Bila.
Laura tersenyum tipis
saat darahnya sudah berhenti mengalir. Walau suatu saat akan suka
tiba-tiba muncul. Setidaknya darahnya hanya mengalir sementara. Laura
bangkit dari tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi yang terletak
menjadi satu dengan kamarnya. Laura mencuci kainnya hingga bersih dan
menggantungnya di gantungan yang tertempel dikamar mandinya.
Laura berjalan santai
keluar kamar mandi dan meraih handphone beserta earphonenya. Laura
memutuskan untuk duduk di balkon kamarnya. Setelahh menyalakan lampu
balkon kamarnya Laura duduk di kursi yang sudah disediakan.
Laura menari-narikan
jarinya diatas layar handphonenya dan mencari lagu yang pas untuk
didengarkannya. Laura memasang kedua earphonenya dikedua telinganya dan
memulai lagunya.
Disisi lain, Nathan baru
saja naik keatas kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Nathan yang
kembali merasakan bosan memutuskan untuk mengambil handphonenya dan
earphonenya. Nathan berjalan santai menuju balkon kamarnya sambil
memasang earphone di kedua telinganya. Nathan duduk dikursinya dan
memulai lagu yang ingin diputarnya.
ku lihat awan membentuk wajahmu
seakan dunia pun telah setuju
bodohnya ku paksakan kau menjauh
Laura mulai menyanyikan lagunya. Sedangkan di posisi Nathan, Nathan sedang menatap langit yang dihiasi banyak bintang.
padahal jelas hanya kau yang ku mau mungkinkah kau rasakan hal yang sama
Larut dalam lagu Nathan akhirnya bernyanyi.
kau ingin coba sekali lagi
adakah rasa rindu yang sama
bisakah kita kembali utuh lagi
ku dengar angin bisikkan namamu
seakan dunia pun telah setuju
Kedua nya sama-sama tidak tau bahwa keduanya sedang bernyanyi bersama meski dilain tempat.
bodohnya ku paksakan kau menjauh
padahal jelas hanya kau yang ku mau mungkinkah kau rasakan hal yang sama
kau ingin coba sekali lagi
adakah rasa rindu yang sama
bisakah kita kembali utuh lagi
Keduanya sama-sama berfikir apakah keduanya bisa untuk bersatu lagi walau bukan sekarang? Keduanya sama-sama tidak tau.
bukannya aku memaksa
ku hanya ingin bertanya
masihkah ada, mungkinkah, adakah mungkinkah kau rasakan yang sama
kau ingin coba sekali lagi oh
adakah rasa rindu yang sama
bisakah kita kembali utuh lagi
Laura dan Nathan
menghembuskan nafasnya bersamaan. Anehnya keduanya melakukan hal yang
sama walaupun dilain tempat. Nathan yang berada dirumahnya dan Laura
yang juga berada dirumahnya.
Lalu keduanya pun
membaringkan tubuhnya diatas kasur masing-masing dan memejamkan matanya.
Pintu balkonnya tidak ditutup, Sengaja dibiarkan terbuka agar angin
malam dapat menenangkan hati keduanya. Lalu keduanya sudah larut dalam
mimpinya.
*****
"Nath liat pr matematika
dong gawat nih kalo sampe gue belom ngerjain dari sekarang! Mana
pelajaran pertama lagi". Ucap Rafly membongkar tasnya mencari-cari
pulpen yang selalu dibawanya. Satu-satu pulpen miliknya.
"Nih". Ucap Nathan menyodorkan buku tulis matematikanya.
"Lah tumben-tumbenan lo
udahan Nath". Ucap Gilang yang sedang santai memainkan game di
handphonenya. Gilang sangat malas mengerjakannya dipagi hari begini.
Kata-katanya selalu 'Masih mager nanti aja' Namun saat waktunya sudah terpepett dia akan menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu malas mengerjakan pr.
"Iya lah Nathan".Ucap Nathan membanggakan dirinya sendiri.
"Anjirrr tulisan lo bagus banget Nath". Ucap Rafly saat melihat tulisan yang tertera dibuku Nathan.
"Anjir iya! Kok beda sama yang disebelahnya sih?". Tanya Gilang lagi.
"Hehehehe itu Nabilah yang ngerjain". Ucap Nathan dengan cengiran khasnyaa.
"Alah pantes aja lo udah
ngerjain". Ucap Rafly dan Gilang. Laura yang baru saja masuk dengan
Fellu dan Angel membuat Nathan mengalihkan pandangannya menatap Laura.
Laura menundukan
kepalanya dengan earphone yang terpasang di kedua telinga Laura. Nathan
yang tadinya sedang tersenyum kembali melunturkan senyuman nya itu.
Laura yang sadar akan itu hanya bisa kembali menundukan kepalanya dan
duduk dikursinya. Sebelah Nathan.
Keduanya sama-sama diam. Keempat sahabatnya hanya saling tatap lalu menggelengkan kepala mereka.
"Mereka kenapa sih?". Bisik Fellu pada Angel.
"Gak tau. Belum maafan kayanya". Jawab Angel ikut berbisik.
"Bu Yeti Bu Yeti!!!!".
Ucap Jason dan yang lainnya masuk ke dalam kelas dengan terburu-buru.
Semua langsung mengambil posisi rapih sampai bu Yeti masuk kedalam.
"Mari kita mulai pelajarannya". Ucap bu Yeti saat sudah duduk rapih di meja nya.
"Pelajaran terhoror buat siswa-siswi". Bisik Rafly. Gilang hanya tertawa kecil saja.
Berbeda dengan Laura
yang akan berusaha untuk tidak peduli dengan seseorang yang berada
disampingnya. Namun jantungnya selalu tidak bisa diajak kompromi.
"Gilang silahkan maju nomor 19 pr kemarin". Perintah bu Yeti.
"Mampus gue beloman". Ucap Gilang menepuk keningnya.
******
Laura,
Fellu dan Angel sedang duduk manis di kantin. Gilang tadi dihukum
terlebih dulu makanya dia tidak ke kantin bersama dengan pacar
sekaligus sahabat Laura ini.
"Cowo kita kemana ya?". Tanya Angel sambil memakan kentang gorengnya.
"Masih
nunggu Gilang yang dihukum kali". Ucap Fellu. Tak lama membicarakan
mereka, akhirnya Nathan, Gilang dan Rafly pun datang.
"Haii".
Sapa Gilang dan Rafly yang sudah duduk di kursi kantin bersama Laura,
Angel dan Fellu. Berbeda dengan Nathan dan Laura yang masih melongo
menatap keempatnya bingung. Bahkan Nathan masih belum mau duduk.
"Duduk napa Nath". Ucap Angel.
"Gue
cari tempat lain aja deh sorry". Ucap Nathan yang ingin beranjak pergi.
Laura memejamkan matanya dan bangkit dari duduknya. Laura kembali
membuka matanya.
"Nath
lo duduk sini aja gue udah selesai ko makannya. Gue juga mau ke taman
belakang". Ucap Laura membuat Nathan menghentikan langkahnya.
Oh, Nathan rindu suara manis itu.
"Oh okey". Jawab Nathan duduk di kursi. Laura dengan santainya meninggalkan tempatnya dan menuju taman belakang.
"Gagal deh rencana mau deketin Nathan sama Laura lagi". Bisik Angel.
.
.
.
.
.
.
.
Jam pulang sekolah pun sudah tiba. Seperti biasa. Laura sedang menunggu Miko untuk menjemputnya.
"Haii Ra!". Sapa Angel yang tiba-tiba datang. Laura mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis saat melihat Angel.
"Belum pulang?". Tanya Angel.
"Belum. Lagi nungguin Miko". Jawab Laura singkat.
"Gila ya lo, dulu kita kagumin dia eh malah lo yang deket sama dia sekarang". Ucap Angel membuat Laura tersenyum tipis.
"Pulang bareng kita-kita yuk Ra!". Ucap Angel.
"Gak bisa gue udah dijemput Miko". Ucap Laura
"Yang
yaudah deh". Jawab Angel pasrah. Tak lamanya terdengar suara klakson
mobil. Dengan semangat Laura menghampirinya. Namun saat jendela
pengemudi terbuka Laura kembali diam.
"Duluan ya Ra!". Ucap Angel masuk kedalam mobil.
Disana,
Nathan yang membuka kaca mobil itu dengan Fellu, Rafly dan Gilang yang
sudah berada di dalamnya. Wajahnya tetap datar. Tidak mau menatap Laura.
Laura kembali merasakan sakit bahwa kenyataannya Nathan sudah
membencinya.
Nathan
kembali menaikan kacanya dan berlalu pergi. Laura menatap kepergian
mobil itu dengan tatapan kosong. Sampai Laura tidak sadar bahwa Miko
tengah menghampirinya.
"Haii, lama ya? Maaf deh". Ucap Miko.
"Enggak kak. Pulang yuk". Ucap Laura.
"Ra nanti malem ada acara gak?". Tanya Miko tiba-tiba membuat langkah Laura kembali terhenti.
"Gak ada kak".
"Kita jalan-jalan malem yuk mau gak?". Tanya Miko. Laura mengkerutkan keningnya lalu mengangguk.
"Okeyy
jam 7 malam yah". Ucap Miko menarik tangan Laura menuju mobilnya. Laura
menatap pergelangan tangannya yang digenggam lembut oleh Miko.
Laura akan berusaha melepas Nathan
DUA PULUH DELAPAN
Laura nampak resah.
Entah kenapa Laura ingin membatalkan acara perginya bersama Miko.
Sekarang baru saja jam lima sore dan Laura sangat terlihat malas untuk
berpergian. Diraihnya handphonenya dan menyalakannya. Laura
menari-narikan jarinya diatas layar handphonenya.
Laura :
Mik, Maaf gue gak bisa pergi deh kayanya. Besokk kan udah ulangan.
Send.
Tanpa menunggu balasan
dari Miko Laura Larut dalam mimpinya. Mengistirahatkan tubuhnya dan
mempersiapkan mental nya untuk ulangan besok.
Sedangkan Nathan, Nathan
sedang duduk di balkon kamarnya. Crystall, Ferro, Nathen dan Nabilah
mengintip dibalik pintu kamar Nathan. Keempatnya sama-sama bingung
dengan sikap Nathan yang menjadi pendiam seperti ini sejak beberapa hari
yang lalu. Bahkan Nathan menghembuskan nafasnya berulang kali saat
melihat handphonenya.
"Bun, Anak kamu kenapa tuh?". Bisik Ferro.
"Gitu-gitu anak lo juga pea". Jawab Crystall.
"Galau gara-gara Bila kali?". Tanya Nabilah tidak suka.
"Bukan kak, Dia galau gara-gara kak Laura". Ucap Nathen.
"Ohhhh iyaa Laura itu
apa kabar ya?". Tanya Crystall antusias. Jangan tanyakan bagaimana
Crystall menanggapinya. Crystall sangat suka dengan sosok Laura.
"Yeeee, Pikirin tuh anak lu yang gimana kabarnya sekarang?". Ucap Ferro menoyor kepala Crystall.
"Kurang ajar lu sama istri!".
"Sssstttt". Ucap Nabilah dan Nathen bersamaan. Crystall dan Ferro hanya cengengesan saja.
"Kalian ngapain disini?". Ucap Nathan tiba-tiba membuat keempatnya menoleh ke asal suara dan membulatkan matanya.
"Hah itu anuu". Ucap Nathen menunjuk atap kamar Nathan.
"Apaan?". Tanya Nathan melihat atap kamarnya.
"Dudududu". Ucap Ferro menggunakan nada. Nathan menatap keempatnya datar.
"Duhh ini kotor banget yahh". Ucap Nabilah mengelap tembok.
"Nih butuh di cat kayanya". Ucap Crystall menggaruk tembok.
"Aneh". Ucap Nathan dengan datarnya. Lalu Nathan menutup pintu kamarnya.
"Huhhh hampir ketauan". Ucap Crystall mengelus dadanya lalu berlalu pergi.
"Biarin aja dia galau'in cewek". Ucap Ferro meninggalkan Nathen dan Nabilah.
"Hahhh mendingan gue streaming di kamar. Liat Jungkook gue nyanyi". Ucap Nabilah masuk kedalam kamarnya.
"Jangan galau mulu bang
mending belajar besok ulangan". Ucap Nathen berteriak didepan pintu
kamar Nathan lalu Nathen kembali kekamarnya.
Nathan mendengus malas
saat mendengar adiknya berbicara seperti tadi. Nathan jadi teringat
sesuatu kalau besok ia akan melaksanakan ulangan. Rasanya sangat malas
sekali untuk menyentuh buku. Lagi pula apa yang ada dibukunya? Hanya
catatan yang belum selesai ditulis saja. Nathan memutuskan mengambil
handphonenya kembali lalu membuka aplikasi message pada handphonenya.
Nathan :
Good sleep Ra, Semoga besok ulangannya lancar ya.
Namun saat Nathan ingin
mengirim pesannya Nathan kembali menghapusnya. Nathan mengusap wajah
frustasi lalu Nathan memutuskan untuk tidur saja.
*****
"Makasih ya kak".
Ucap Laura yang sudah turun dari mobil Miko. Miko menurunkan kaca
mobilnya dan menatap Laura dengan senyumannya.
"Sama-sama. Nanti mau dijemput?". Tanya Miko.
"Eummm gak usah kak. Lagian nanti kan kakak kuliah. Aku juga pulang cepet kak". Ucap Laura membuat Miko mengangguk paham.
"Yaudah kalo gitu, semangat ya ulangannya". Ucap Miko yang dibalas anggukan kepala Laura.
"Byeee". Ucap Laura saat mobil Miko sudah melaju pergi. Saat Laura membalikan badannya Laura tidak sengaja menabrak seseorang.
"Ups". Ucap Bila yang
sedang memegang botol orange juicenya yang sudah tumpah ke baju Laura.
Nathan yang berada disamping Bila tidak mau menatap Laura. Nathan takut
kembali merasakan sakit. Yaa, Tadi Bila pagi-pagi datang untuk menjemput
Nathan dan memaksa agar Nathan berangkat bersamanya. Mau tidak mau
Nathan berangkat bersamanya.
"Sorry yaaa, lo gak liat
jalan sih". Ucap Bila menatap Laura yang sedang berusaha membersihkan
bajunya dengan tangan kosongnya. Bila sengaja menarik Nathan agar
melewati Laura tadi dan menumpahkan minumannya dibaju Laura.
"Gak pa-pa". Ucap Laura
menatap Bila dan Nathan bergantian. Tidak mau ambil masalah Laura
berjalan masuk kedalam halaman sekolah dan menuju kelasnya.
.
.
.
Nathan menghembuskan
nafasnya kesal. Sudah berulang kali Nathan melakukanya saat melihat jam
di dinding masih setia menyisakan waktu lima menit lagi sebelum bel
istirahat. Entah kenapa waktu terasa sangat lama sekali sekarang. Nathan
yang duduk dibelakang Laura saat ujian hanya menatap Laura yang
berulang kali mengelus lengannya kedinginan.
"Lama banget sih". Gumam Nathan. Nathan mengetuk-ngetukan pulpennya diatas mejanya.
KRINGGG!!!!
Bel istirahat pun
berbunyi. Kelas sebelah yang sudah banyak keluar kelas membuat suasana
kelas Nathan menjadi panik bagi yang belum menyelesaikan jawaban
ulangannya.
"Ehhh nomor 25 PG apaan woii!!". Teriak Jason.
"25 jawabanya B". Jawab
Angela. Nathan bangkit dari duduknya dan mengumpulkan soal berserta
lembar jawabanya dengan santai. Tidak lama Nathan berbalik Laura sudah
berjalan menuju meja guru juga untuk mengumpulkan.
"Ayoo anak-anak waktu sudah habis". Ucap bu Evy yang mengawas kelas Nathan.
"Sabar bu dikit lagi!!". Teriak Rio.
Nathan dan Laura kembali
ke tempat duduknya masing-masing. Mata Nathan menatap lurus kedepan
tepat pada sosok Laura. Laura masih mengelus lengannya. Berusaha
menghangatkan tubuhnya sendiri.
Diluar hujan turun
dengan derasnya. Membuat Laura harus merutuki dirinya sendiri yang lupa
menaruh baju cadangan di tasnya. Biasanya Laura akan membawa baju
cadangan kalau akan terjadi apa-apa maka tinggal ganti saja.
"Selesai tidak selesai kumpulkan!!". Ucap Bu Evy membuat suasana kelas kembali ramai.
Semuanya berhamburan
mencari jawaban. Nathan mendengus kesal saat suasana kelas nya semakin
ramai. Namun mau tak mau akhirnya teman sekelas Nathan mengumpulkan
juga.
"Baik saya akhiri
wassalamualaikum". Ucap Bu Evy keluar kelas diikuti siswa dan siswi lain
yang ingin menuju keluar kelas. Kalau hujan begini tidak ada yang mau
ke kantin hanya orang-orang yang nekat hujan-hujanan saja akan kekantin.
"Anjirr susah banget tadi ulangannya pusing gue". Ucap Syarla.
"Iyaa Anjirr". Sahut Tania.
"Semoga ulangan kedua yang ngawas gurunya gak galak yah". Ucap Syarla dengan deraian tawanya.
"Ikut gue". Ucap Nathan
menarik pergelangan tangan Laura tiba-tiba. Laura membulatkan matanya
kaget saat Nathan menarik tangannya. Seperti ada setruman aliran listrik
yang membuat darahnya terasa seperti berhenti mengalir. Bahkan kini
Laura rasanya sangat sulit menghirup oksigen.
"Lo ma--mau ngapain?". Tanya Laura.
Nathan tidak menjawab pertanyaan Laura dan terus membawa Laura.
"Haiii Ra, Nath! Baru aja gue mau ke kelas kalian".Ucap Fellu tidak dihiraukan Nathan. Nathan terus menarik tangan Laura.
"Anjir gue dikacangin". Ucap Fellu.
"Kayanya mereka udah baikan deh". Bisik Angel.
"Alahh Nathan aja mukanya masih datar gitu. Mungkin dia mau nyelesaiin masalahnya kali sama Laura". Ucap Gilang.
Nathan membuka lokernya
yang terletak didekat ruang guru. Nathan mengambil seragam sekolah yang
selalu ia taruh di loker. Hanya untuk jaga-jaga saja jika terjadi
sesuatu.
JDUARRR!!
Suara petir menggelegar langit. Hujan kian menderas.
"Ganti baju lo cepet". Ucap Nathan memberi seragam sekolahnya.
"Tapi Nath ini kan baju cow--"
"Udah cepetan". Ucap Nathan.
"Tapi kalo mau ke kamar mandi kan gak lewat lorong sekolah. Ini lagi ujan deres banget Nath". Ucap Laura.
"Yaudah ganti diruang
kelas kosong. Biar gue yang jagain pintu". Ucap Nathan kembali menarik
tangan Laura. Membawanya ke kelas kosong dan membiarkan Laura mengganti
bajunya didalam.
"Masuk cepet". Ucap
Nathan membuka pintu kelasnya. Laura menghembuskan nafas pelan dan masuk
kedalam kelas itu. Laura mengganti baju nya dengan terburu-buru
sedangkan Nathan sedang bersandar pada tembok depan kelas kosong itu.
Tak lamanya Laura keluar dari kelas itu dengan baju yang terlihat kebesaran. Laura menunduk malu.
"Gak pa-pa kegedean yang
penting lo gak kedinginan". Ucap Nathan berjalan menjauh. Laura
mendongakan kepalanya dan menatap kepergian Nathan.
"Kenapa lo masih peduli sama gue Nath?". Tanya Laura dengan nada lirihnya. Nathan menghentikan langkahnya.
"Kenapa lo masih bisa
rasain perasaan peduli lo itu buat gue?! kenapa?". Tanya Laura dengan
isak tangisnya. Laura sudah tidak tahan lagi jika Nathan masih bersikap
seperti ini padanya.
"Gue gak tahan lagi kalo
lo masih bersikap peduli sama gue Nath. Gue---Gue sakittt Nath!!". Ucap
Laura dengan deraiann air matanya.
"Coba lo rasain jadi gue
Nath! Lo pasti bakal ngerasa cape juga. Lo pasti ngerasa kalo gue ini
cuma mainan lo aja. Lo gak pernah paham sama gue Nath. Lo maksa gue buat
ngertiin lo tapi lo gakk bisa ngertiin gue!". Teriak Laura memukul
dadanya yang mulai terasa sesak. Nafasnya terasa sulit. Hatinya sakit
sekali.
"Makasih bajunya Nath,
Besok gue bakal balikin. Jadi mulai sekarang lo gak usah peduli lagi
sama gue". Ucap Laura menahan sakit yang makin menohok hatinya lalu
meninggalkan Nathan yang masih diam mematung ditempat.
"Lo gak tau Ra kenapa
gue masih peduli sama lo, Karena perasaan ini masih rasain hal yang sama
buat lo". Ucap Nathan menatap kepergian Laura.
****
Laura mengesekan
kedua telapak tangannya berlawanan arah. Siswa dan Siswi banyak yang
berjalan pulang. Yaa, Jam pulang sekolah sudah berunyi sejak lima belas
menit yang lalu. Laura sedang meneduhkan tubuhnya di pos sekolah. Hujan
yang tadi pagi turun masih setia menemani hari-hari Laura. Hujannya
tidak kunjung berhenti. Banyak yang nekat menerobos dan hujan-hujanan.
Banyak juga yang sudah dijemput.
Dan sekarang di pos
sekolah menyisakan hanya beberapa orang saja termasuk Laura. Nathan
berlari kecil menuju pos sekolah. Nathan merutuki dirinya sendiri saat
tadi pagi Bila menjemputnya dan memaksanya agar tidak membawa kendaraan
kesekolah. Dan hasilnya seperti ini. Bila pulang bersama Michaell dan
Nathan dibiarkan begitu saja.
Nathan menggesekan kedua
telapak tangannya bersamaan sambil sesekali meniup telapak tangannya.
Mata Nathan membulat saat sadar disampingnya adalah Laura. Nathan masih
bersikap biasa saja. Laura tidak menyadari akan kehadiran Nathan makanya
Laura masih bersikap santai juga.
Dua puluh menit berlalu.
Hujannya sama sekali tidak mendukung suasana kali ini. Laura semakin
mengeratkan dekapannya pada tubuhnya sendiri. Nathan yang menyadari hal
itu masih diam saja.
Laura dapat merasakan
bahwa tangannya mulai keram akibat kedinginan. Namun kalau Laura
menerobos hujan pasti akan bahaya untuk kesehatan Laura juga. Nathan
mendengus kesal. Sikap pedulinya terhadap Laura masih ada. Karena Nathan
yang sudah geregetan untuk melakukan sesuatu akhirnya Nathan melepas
jaketnya dan menaruh jaketnya dipundak Laura.
Laura terlonjak kaget menatap kearah seseorang yang menyelimuti tubuhnya dengan jaket.
"Nath--".
"Kan gue udah bilang lo gak usah peduliin gue lag----". Sambung Laura namun kata-kata nya terputus oleh Nathan.
"Jawaban tadi siang
belum gue jawab. Kenapa gue masih peduli sama lo? Jawabannya karena
perasaan ini masih ngerasain hal yang sama buat lo".
DUA PULUH SEMBILAN
"Jawaban tadi siang
belum gue jawab. Kenapa gue masih peduli sama lo? Jawabannya karena
perasaan ini masih ngerasain hal yang sama buat lo". Ucap Nathan. Laura
terdiam menahan jaket Nathan agar tetap pada pundaknya.
Nathan menghembuskan nafasnya pelan dan sedikit mengukir senyumnya.
"Gue ngerti keberadaan
gue cuma ganggu lo aja. Jadi, sekarang gue balik aja". Ucap Nathan.
Laura menunduk lemah. Air matanya kembali mengalir.
"Oh ya satu lagi, gimana
pun elo yang sekarang mulai cuek dan gak peduli lagi. Hati ini----".
Ucap Nathan menyentuh dadanya. Laura mendongakan kepalanya menatap
Nathan.
"Hati ini masih ada nama
lo. Disini Ra". Sambung Nathan dengan senyumnya. Walau hati Nathan
mulai terasa sakit Nathan akan berusaha menahannya. Nathan menurunkan
tangannya kembali.
"Hati-hati. Jaga diri
baik-baik. Gue gak bisa jagain lo lagi karena lo yang minta". Ucap
Nathan mengacak rambut Laura pelan. Laura menatap Nathan dengan tatapan
sendu.
"Bye". Ucap Nathan
menerobos hujan yang kian deras. Laura ingin sekali menahan Nathan agar
tetap disini bersamanya, namun ego nya selalu memenangkan keadaan.
Maaf Nath. Gue harus
jauhin lo. Gue gak mau liat lo sedih. Gue gak mau lo kehilangan
kebahagiaan lo. Gimana sama lo yang nanti tau akan penyakit leukimia
gue? Asal lo tau Nath gue sayang sama lo. Batin Laura memeluk jaket Nathan erat-erat.
******
6 hari kemudian........
Hari
ini adalah hari terakhir Laura melaksanakan ulangan. Yap, Laura akan
lulus sekolahnya sebentar lagi. Laura menjalankan ulangan terakhirnya
dengan baik tadi. Sekarang sudah bel istirahat, Laura memutuskan untuk
menghabiskan waktunya lebih banyak di sekolah.
Laura akan merindukan sekolah ini.
Laura
mendaratkan bokongnya dibawah rumput taman belakang sekolah. Dipeluknya
bola basket berwarna hitam bergaris putih itu. Itu bola kesayangan nya
dirumah dan dia membawanya kesekolah. Laura sudah lama tidak bermain
basket. Mengenai penyakit yang diam-diam diindapnya Laura menjadi jarang
bermain basket.
Laura tersenyum tipis menatap awan yang berjalan tenang diatasnya. Warna langitnya sedang cerah sekali.
"Kalo
aja gue bisa jadi awan, mau nangis gampang tinggal turunin hujan mau
bahagia gampang tinggal nunjukin cerahnya langit dan ketenangan yang
ditunjukin awan dengan cara dia berpindah tempat". Gumam Laura.
Laura
melihat pergelangan tangannya yang semakin kurus. Laura juga semakin
melemah. Ini akibatnya jika Laura tidak ingin meminum obat itu. Laura
bosan meminumnya. Laura percaya kalau takdirnya Laura memiliki penyakit
ini maka dengan obat apapun Laura tidak akan sembuh.
Laura menganggap obatnya itu hanya hal kecil untuk menghilangkan rasa sakitnya sementara. Yaa, hanya sementara.
Laura bangkit dari duduknya dengan membawa bola basketnya.
"Mari
kita main bola kecil". Ucap Laura mendrible bola nya. Memang ditaman
belakang sekolahnya terdapat lapangan juga. Jadi Laura tidak perlu
repot-repot mencari perhatian dengan bermain di lapangan depan sekolah.
Karna pasti akan banyak murid yang melihatnya.
Laura punya cara sendiri untuk membuat dirinya bahagia walaupun hanya sedikit.
Namun
dibalik Laura yang sedang bermain basket Nathan sedang
memperhatikannya. Nathan merasa ada sesuatu yang menjanggal pada
hatinya. Nathan terus saja ingin menjaga Laura walaupun sebenarnya hati
kecil Nathan ingin sekali jauh dengannya. Mengetahui Laura sendiri yang
menyuruhnya.
15
menit sudah berlalu saat Nathan menge-cek handphone nya. Laura masih
saja bermain. Nathan dapat melihat kalau Laura sudah terlihat lelah.
Bagus jam terakhir kelasnya sedang freeclass. Nathan ingin sekali
menghampirinya namun sesuatu membuat Nathan membulatkan matanya.
Hidung Laura berdarah.
Laura
menyentuh hidungnya. Matanya sudah buram. Namun dibalik itu Laura
tersenyum tipis. Laura menikmati tiap kali rasa sakit yang mulai
menyerangnya.
Ini belum seberapa. Laura harus memulainya lagi.
Nathan
mengepalkan tangannya kuat-kuat saat melihat Laura membiarkan darahnya
mengalir begitu saja. Bahkan Laura melanjutkan permainannya.
"Dasar bodoh! Cepat istirahat!". Gumam Nathan. Namun Nathan kembali membulatkan matanya saat melihat Bila datang.
Nathan merasakan ada hal yang tidak baik sekarang. Nathan mengeluarkan handphone nya dan merekam apa yang akan diperbuat Bila.
"Heh
cewe tengil!!". Ucap Bila menarik tubuh Laura agar berbalik. Karena
Laura sedang lemas sekali Laura pun membalikan tubuhnya dan jatuh
berlutut.
"Ewhhhh apaan nih!!!!". Teriak Bila melihat tangannya sudah terkena darah.
Laura terbatuk-batuk. Darahnya semakin mengalir deras.
"Bil Laura kenapa tuh?!". Teriak Tesha. Pengikut Bila yang baru.
"Bodo
amat. Sekarang lo bersihin tangan gue". Ucap Bila menyodorkan tangannya
dan dengan segera Tesha mengelap tangan Bila dengan tisu basah.
"Good, dan lo bangun!". Perintah Bila menarik kerah baju Laura.
"Wahh lagi sakit yah. Kasian". Ucap Bila menekan dagu Laura. Sayup-sayup Laura masih bisa melihat Bila.
"Jangan
pernah deket Nathan!!!! Gue udah berapa kali peringatin lo Laura!!
Kenapa kemarin pas ujan lo masih deket sama dia?!!!!". Teriak Bila.
Jadi bener, Laura jauhin gue karena Bila. Batin Nathan
"Maaf". Lirih Laura. Laura meringis sakit saat rambut belakangnya dijambak.
Nathan
yang melihat itu semua mulai geram. Namun Nathan tidak boleh gegabah.
Nathan harus terus merekam nya dan melaporkannya ke kepala sekolah.
Biarkan saja Bila tidak lulus.
"Kalo lo masih deket sama Nathan! Lo abis sama gue!". Teriak Bila melepas jambakan nya dan Laura pun kembali jatuh.
Kepala
Laura sakit. Kepalanya sangat berdenyut sakit. Hatinya lebih sakit. Ini
belum seberapa. Laura harus menyiksa dirinya lagi. Entah kenapa Laura
ingin menyiksa tubuhnya hari ini. Laura lelah dengan keadaan.
Sesuatu yang basah mulai membasahi tubuh Laura. Bau yang tidak enak sudah menyengat pada indra penciuman Laura.
"Itu balesan lo udah deket Nathan". Ucap Bila.
"Cabut Thes". ucap Bila yang dibalas anggukan kepala Tesha.
Laura
menundukan kepalanya. Tiba-tiba saja tubuhnya seperti terangkat.
Sayup-sayup Laura dapat melihatnya yang membawanya lelaki. Namun
semuanya menghitam begitu saja.
*******
Laura POV
Mataku
terbuka secara perlahan. Kepalaku terasa pening. Mataku melihat
sekeliling. Kamar ber-cat abu-abu dan lumayan.. berantakan.
Aku berusaha duduk dan menyandarkan tubuh ku pada tembok. Mengingat-ingat cat kamarku berwarna apa.
"ASTAGA INI DIMANA?!". Teriaku. Buru-buru aku bangun namun saat aku ingin turun dari kasur kakiku terlibat oleh selimut.
BRUGG!
"Aw". Pekiku menyentuh lututku.
"Ra? Lo udah sadar?". Tanya perempuan. Aku menoleh ke asal suara dan disana sudah ada Angel.
"Ngel kok---ini kamar lo?". Tanyaku.
"Bukan ini kamar Nathan". Ucap Angel membantuku berdiri.
"Aw". Ucapku saat merasakan kakiku terasa sangat sakit jika ditekan.
"Kan pasti keseleo deh". Ucap Fellu yang sudah diambang pintu.
Aku
kembali duduk dipinggir kasur dan menyentuh kakiku. Sial, benar
keseleo. Fellu menutup pintu kamar Nathan. Mataku membulat saat sadar
akan sesuatu.
"Anjir kenapa gue pake baju cowo?!!". Teriakku.
"Sssstttt
baju lo udah gue sama Fellu gantiin. Lo tuh kenapa sih Ra, masih aja
main basket udah tau punya penyakit". Ucap Angel melipat kedua tangannya
di depan dadanya. Aku menghembuskan nafasku pelan.
"Lo itu sama aja lukain diri lo sendiri tau ga". Ucap Fellu. Yaa, Angel dan Fellu sudah megetahuinya memang.
"Gue cape. Kalian gak tau gimana jadi gue". Lirihku yang sudah meneteskan air mata.
"Kita emang gak tau tapi seharusnya lo ada semangat buat sembuh Ra". Ucap Angel membuatku terdiam.
"Lo harus jagaa---"
"Haiii guys. Loh Laura udah sadar?". Tanya Rafly menghampiri kami.
"Seperti yang lo liat". Ucap Fellu.
"Balik yuk kalo gitu, udah jam 10 malem". Ucap Gilang yang tiba-tiba datang.
"Yuk". Ucap Angel bersiap-siap.
"Eh terus gue gimana?". Tanyaku.
"Nyokap
lo tadi kesini dan bilang kalo dia nitip lo disini. Nyokap lo mau ke
Amerika. Disini juga ada Nathalia kok". Ucap Nathan tiba-tiba keluar
dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap.
Aku
menelan ludah susah payah saat melihat Nathan yang sedang mengeringkan
rambutnya dengan handuk yang tersampir pada lehernya.
"Nafas Ra". Ledek Rafly. Aku menatap Rafly tajam. Lalu sesuatu yang dingin menyentuh keningku.
"Udah gak panas, yaudah kalian boleh balik". Ucap Nathan menjauhkan tangannya saat menyentuh keningku.
"Yee diusir nih?". Uvap Gilang.
"Bukan ngusir liat aja udah jam berapa tuh". Ucap Nathan menyampirkan handuknya di gantungan baju tepat dibelakang pintu
"Setengah sebelas?!!! Mati gue belum izin sama bokap!!". Ucap Angel buru-buru keluar.
"Eh Angel tungguin!". Teriak Fellu berlari keluar.
"Duluan ya Nath thanks". Ucap Gilang berlalu pergi juga. aku menatap mereka aneh.
"Cepet sembuh Ra". Ucap Rafly ikut pergi lalu menutup pintu.
BLAM !!
Pintu
tertutup. Menyisakan aku dan Nathan saja yang berada dikamar. Nathan
menjatuhkan tubuhnya diatas sofa tanpa menyapaku. Lagi, kembali sakit.
Aku
meremas baju bagian dadaku. Menahan sakit. Air mataku kembali mengalir.
Aku tidak kuat jika dirinya berada disini. Didekatku.
Sebenernya hati gue kenapa sih. Sebenernya gue beneran cinta sama dia atau cuma perasaan biasa aja?. Batinku.
Dengan langkah tertatih aku menuju balkon kamar Nathan. Berusaha menenangkan pikiran dan hati.
Kutahan
daguku dengan telapak tanganku sebagai topanganya. Kusandarkan tubuhku
pada tiang balkon kamarnya. Mataku menatap lampu rumah-rumah yang
menyala.
Mataku
terpejam. Menikmati angin malam yang mengelus wajahku. Hatiku kembali
sembuh. Namun sesuatu yang membuatku membuka mataku kaget.
Tangan
besar yang sudah melingkar pada pingganggku. Nafasku tercekat.
jantungku memompa lebih cepat dari sebelumnya. Ada yang memelukku dari
belakang.
"Jangan tinggalin gue Ra. Gue ngerasa ada yang kurang kalo gak ada lo".
TIGA PULUH
"Jangan
tinggalin gue Ra. Gue ngerasa ada yang kurang kalo gak ada lo". Bisik
Nathan tepat dilekukan leherku. Dengan segera aku menjauh dari Nathan.
"Apa sih Nath". Ucapku menahan sakit pada kakiku karena tertekan.
"Please Ra". Lirih Nathan menatapku sendu.
"Apanya Nath?". Tanyaku pura-pura tidak tau.
"Emang gak cape apa main lari-larian mulu?". Tanya Nathan. Aku mengernyitkan dahi bingung menatapnya.
"Huhhhh
Ra lemot banget sih". Ucap Nathan duduk di kursi balkon. Aku
mengerucutkan bibir kesal dan ikut duduk disampingnya. Kebetulan bentuk
kursinya memanjang.
"Ra
respon kek!!". Ucap Nathan mengusap wajahnya frustasi. Aku menahan tawa
melihat Nathan yang seperti itu. Lalu karna tidak tahan lagi untuk
menahan tawa aku pun tertawa dengan keras.
"Hahahaha!". Tawaku sampai terpingkal-pingkal.
"Ra gak lucu". Ucap Nathan datar.
"Hahaha oke oke. Baik tuan Nathan apa yang ingin anda bicarakan?". Ucapku seperti pelayan.
"Haha hahaha". Tawa Nathan mulai memenuhi ruangan. Karena aku merasa itu lucu aku ikut tertawa juga.
Sudah berapa lama aku tidak melihat tawanya?.
"Udah ah sakit perut gue". Ucapku menyentuh perutku.
"Lagian lo nya yang ngajak bercanda duluan. Tadi udah romantis juga". Ucap Nathan sewot.
"Yaudah lo mau ngomong apa?". Tanyaku.
"Sebelumnya
gue mau minta maaf sama segala kesalahan gue yang buat hati lo sakit.
Sumpah demi apapun gue suka sama lo bukan karena gue mau move on dari
Bila. Oke jujur, awalnya iya tapi sekarang nggak. Soalnya hati gue
tiba-tiba suka sama lo". Ucap Nathan. Aku membulatkan mataku kaget.
"Jadi awalnya lo ada niat gak baik sama gue?". Tanyaku penuh selidik.
"Bukan,
kalo lo jadi gue pasti lo rasain hal yang sama. Gimana rasanya lo
sayang sama orang tapi orang itu cuma main-main sama lo? sakit kan? Gue
juga sama. Gue pengen move on dari Bila melalui lo. Gue pengen lo ajarin
gue gimana caranya lupain dia. Bukannya kita saling jauh dan sama-sama
nyakitin gini". Ucap Nathan lalu menghembuskan nafasnya. Nathan
menatapku tepat pada mataku.
"Apa respon lo?". Tanya Nathan. Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Kenapa aku jadi gugup gini?.
"Yaa, respon apa?". Tanyaku.
"Penjelasan gue tadi". Ucap Nathan lagi. Kini wajahnya terlihat sangat serius.
"Lo gak pantes sok serius gitu". Ucapku mengalihkan pandanganku. Menatap lurus-lurus kedepan. Nathan menghela nafasnya panjang.
Mataku
membulat saat Nathan menarik dagu ku. Dan sesuatu yang hangat jatuh
pada bibir ku. Matanya masih menatapku. Tidak ada pergerakan diantara
aku dan Nathan. Jantungku rasanya ingin lepas sekarang juga. Nafasku
mulai tercekat.
Seperti
ada aliran listrik yang menjalar pada tubuhku. Bahkan perutku terasa
seperti tergelitik hebat. Nathan menjauhkan wajahnya perlahan. Matanya
masih menatapku.
Kasih gue oksigen!. Batinku.
"Will
you be mine?". Ucap Nathan yang sudah menunjukan bunga mawar hitam.
Kalian harus tau aku sangat suka bunga mawar berwarna hitam. Karena dia
langka dan susah untuk dicari.
"Kenapa
gue kasih mawar hitam? Gue tau lo suka, karena mawar hitam itu langka.
Kaya lo Ra. Cewek kaya lo itu susah di cari. Susah buat didapetin. Susah
buat dilepas juga. Lo itu beda dari yang lain". Ucap Nathan. Aku
meneteskan satu air mataku.
"Don't cry". Ucap Nathan menghapus air mataku. Namun itu malah membuat air mataku semakin deras.
"Huaaaaa". Teriakku menangis tersendu-sendu.
"Yahh kok nangis? Maaf". Ucap Nathan menyentuh pundakku.
"Haaaaaa". Tangisku. Nathan membawaku kedalam dekapannya. Lagi, jantungku semakin ingin lepas sekarang juga.
"Cup cup". Ucap Nathan mengelus rambutku. Karena kesal aku memukul dadanya.
"Kenapa
sih lo bisa buat gue jatuh cinta sama lo?!! Kenapa Nath kenapa?!! Hiks
hiks. Kenapa bukan orang lain aja kenapa harus lo! Hiks hiks". Ucapku
didalam dekapannya.
"Lo
nolak gue yah?". Ucap Nathan menatapku dan melepaskan dekapannya.
Nathan menyentuh pundaku erat. Menatap ku tepat di manik mataku. Matanya
terlihat meminta jawaban.
Namun
aku masih diam. Aku masih bingung dengan perasaanku. Aku takut Nathan
akan menyakiti ku lagi. aku takut Nathan akan tau tentang penyakit ku.
Bagaimana kalau dia tau tentang penyakit ku setelah aku menjadi
pacarnya?
"Guee----"
"Gue apa?". Tanya Nathan tidak sabaran.
"Gue-----"
GUBRAKKK!
Mataku
membulat saat mendengar suara keributan. Aku dan Nathan langsung
berjalan ke pintu balkon kamar dan menatap di dalam kamar Nathan ada
siapa?.
"Awww sakit Nath ah jangan didudukin kaki gue!!!". Teriak Nathen yang kakinya sudah tertiban Nathalia.
"Aduhh kalian berat banget". Ucap Ferro yang jatuh tertiban Crystall dan Nabilah.
"Untung jatoh paling atas". Ucap Nabilah bangkit berdiri lalu matanya menatap ke arahku.
Semuanya terdiam saat sadar bahwa sudah ada diriku dan Nathan diambang pintu. Dengan langkah santai aku menghampiri mereka.
"Tante, Om". Sapaku mencium telapak tangan keduanya saat semuanya sudah kembali berdiri.
"Dududu". Ucap Nathalia megelus-elus tembok.
"Duh gue kan mau ambil minum". Ucap Nabilah menepuk keningnya dan berlalu pergi.
"Kita kan mau ajak Nathen sama Nathalia belajar bareng kan ya?". Ucap Crystall berlalu pergi.
"Ahh iya! Tunggu!". Ucap Ferro menyusul Crystall.
Aku dan Nathan menatap mereka dengan diam. Tentu dengan tatapan aneh.
"Keluarga lo aneh ya?". Tanyaku menatap lorong kamar yang sudah kosong.
"Lupain aja". Ucap Nathan kembali berjalan ke balkon kamar. Aku mengikutinya di belakang.
"Eh lo ngapain ikutin gue? Masuk Ra udah malem". Ucap Nathan mengambil bunga mawar nya dan mendorongku masuk kedalam.
"Ah Nathan mah kan gue mau ngadem". Ucapku melihat Nathan yang sudah menutup pintu balkonya.
"Nanti lo sakit". Ucap Nathan singkat.
"Ciee perhatian". Ucapku menarik-narik baju Nathan.
"Jadi apa jawabannya?". Tanya Nathan berjalan kearah kasur nya.
Masih inget aja lagi. Batinku.
"Lo serius kan?". Tanyaku. Dengan langkah santai aku duduk di kursi kamarnya.
"Iya lah Laura". Ucap Nathan jengkel.
"Lo kenapa sih sensi banget. Lagi pms lo ya?". Tuduhku hanya sekedar bahan bercandaan. Namun Nathan menatapku tajam.
"Galak banget sih". Ucapku mengerucutkan bibirku kesal.
"Iya gue terima". Ucapku dengan senyuman manis ku.
Nathan membulatkan matanya dan meloncat ke arahku.
"Lo gak bohong kan Ra?". Tanya Nathan menatapku penuh selidik.
"Engga Nathan, Tapi ada syarat". Ucapku menunjuk wajahnya.
"Apa?". Tanya Nathan.
"Ini, disini harus cuma ada gue". Ucapku menyentuh dadanya. Nathan membulatkan matanya.
"Cuma ada lo disini Ra". Ucap Nathan menyentuh tanganku yang ada di dadanya. Aku tersenyum tipis.
"Jadi sekarang kita jadian?". Tanyaku.
"Ya iyalah bloon". Ucap Nathan mencubit hidungku.
"Ahh Nathan lepas!!" Ucapku memukul tangannya lalu Nathan melepaskannya.
"Tidur sayang udah malem". Ucap Nathan menepuk puncak kepalaku berulang kali.
"Geli gue Nath". Ucapku.
"Mau dipanggil apa? Beb? Honey? Princess----".
"Laura aja". Sergahku.
"Udah gue bilang kan. Lo itu beda". Ucap Nathan berjalan menuju kasurnya.
"Terserah lo Nath". Gumamku yang dibalas kekehan oleh Nathan.
"Gue tidur dikamar mana Nath?". Tanyaku. Nathan menepuk keningnya pelan.
"Lo tidur di sebelah
kamar gue. Kebetulan ada satu kamar kosong". Ucap Nathan berjalan
keluar. Aku mendengus malas menatapnya yang suka berjalan lebih dulu.
"Nih kamar lo". Ucap Nathan membuka pintu kamarnya. Tidak beda jauh dari kamar Nathan. Hanya saja ini lebih rapih.
"Nathalia dimana?". Tanyaku.
"Ini". Ucap Nathan menunjuk pintu kamar yang berada didepan kamarku.
"Kalo Nathen?". Tanyaku.
"Dasar kepo". Ucap Nathan. Aku mencubit pinggangnya.
"Aaaaa iya iya! Didepan kamar aku". Ucap Nathan meringis sakit sampai aku melepaskannya.
"Jangan macem-macem
makanya. Gue tidur dulu ya bye!". Ucapku masuk kedalam. Saat aku ingin
menutup pintu Nathan menahan pintunya dan kembali menarikku keluar.
"Lo ngapain si Nath----"
Aku membulatkan mataku saat Nathan mencium keningku dalam waktu yang lama. Aku sudah benar-benar kehabisan oksigen sekarang.
"Night Princess". Ucap Nathan berbisik lalu berlari ke kamar nya.
"Ishh Nathan!!". Teriakku. Melihat Nathan yang sudah masuk ke kamar nya aku juga masuk kedalam kamar yang akan ku tempati.
Ku tutup pintu kamar dan bersandar di balik nya. Senyumku merekah. Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
"Gila Nath, deket sama lo efeknya dahsyat banget".
TIGA PULUH SATU
Author POV
"Ra Bangun Ra". Ucap Nathan mengguncang-guncang tubuh Laura yang masih tertidur dibalut selimut.
"Duh kakak gue mah
kebo". Ucap Nathalia menghapus keringatnya karena sedari tadi Nathalia
sudah mencoba membangunkan Laura. Tapi hasilnya nihil.
"Laura! ishhh! bangun woi hari ini pengumuman kelulusan!". Ucap Nathan menepuk pipi Laura.
"Diemm Nath ahh". Gumam Laura dengan mata yang masih terpejam.
"Minta dicium nih anak". Ucap Nathan menutup hidung Laura.
"Nathan!!!". Teriak Laura membuka matanya saat sudah kehabisan nafas.
"Makanya bangun, Lo mau
kita telat apa?". Ucap Nathan. Laura mengucak kedua matanya sambil
terbangun dari baringan tidurnya dan memejamkan matanya lagi dalam
keadaan masih terduduk.
"Raa mandi sana ah". Nathan menarik tubuh Laura hingga jatuh ke lantai.
"Aduhhh Nathannn!!!".
Teriak Laura yang sudah sepenuhnya sadar. Nathalia tertawa kecil melihat
kakaknya yang susah dibanguni itu.
"Nathan, Laura, Nathalia. Sarapan dulu yuk". Ucap Crystall yang sudah diambang pintu.
"Ahh iya tante Laura mandi dulu ya. Kalian duluan aja". Ucap Laura dengan senyuman yang merekah.
"Yaudah kalo gitu". Ucap Crystall menganggukkan kepalanya dan kembali turun kebawah.
"Cepet ya mandinya". Ucap Nathan saat sudah melihat Nathalia keluar kamar.
"Iya bawel"
"Laura Laura, gimana mau jadi pendamping hidup gue kalo bangunnya siang. Males lagi". Ucap Nathan yang masih terdengar Laura.
"Lo bilang apa?". Tanya Laura.
"Enggak, udah cepet
mandi!". Nathan pun keluar kamar. Laura mendengus kesal dan berusaha
bangun. Uhhh kakinya ternyata masih sakit. Ini akibat kemarin Laura yang
shock melihat dirinya tidak berada di kamar nya.
Laura juga semalaman
mengurut kakinya makanya Laura masih sangat mengantuk sekarang. Tidak
mau ambil pusing Laura akan bersikap biasa saja. Lalu Laura pun
melaksanakan mandi paginya.
******
"Jadi kalian pacaran?". Tanya Crystall disela-sela makannya.
"Ukhuk
ukhuk". Laura yang mendengar itu pun tersedak nasi goreng yang sedang
di makan nya. Nathan memutar bola matanya dan memberi Laura air putih.
Cepat-cepat Laura meminum air putihnya dan menetralkan nafasnya. Huhhh Laura sulit bernafas tadi.
"Buk----"
"Iya mah gak lama lagi Nathan bakalan lamar Laura". Ucap Nathan yang dibalas bulatan mata Laura.
"Emang punya modal apa buat lamar Laura?". Ledek Ferro yang dibalas tatapan tajam dari Crystall.
"Ayah bilang kalo Nathan udah lulus Ayah bakalan kasih Nathan perusahaan Ayah". Ucap Nathan sewot
"Iya sayang, bagus kalo gitu kamu bisa pilih wanita yang baik". Ucap Ferro membuat Laura menunduk malu.
Nathalia menyenggol lengan Laura dan menaik turunkan alisnya.
"Nathen kapan sama Nathalia?". Ucap Nathen.
"Alah kamu ini masih kelas XI. Lulus kamu kuliah dulu". Ucap Crystall.
"Gak
adil". Ucap Nathen. Nathalia menunduk malu. Sekarang gantian Laura yang
menyenggol lengan Nathalia dan menaik turunkan alisnya.
"Nathan sama Laura berangkat ya Bun udah jam segini". Ucap Nathan mencium punggung tangan Crystall dan Ferro.
"Berangkat dulu ya tante". Ucap Laura yang juga mencium punggung tangan Ferro dan Crystall.
"Iyahh hati-hati loh Nathan bawanya". Ucap Ferro.
"Tenang aja Yah. Selama bawa bidadari naik mobilnya pelan-pelan kok". Ucap Nathan yang mendapat cubitan di pinggangnya.
"Awww Ra sakit!". Ucap Nathan mengelus pinggangnya yang sehabis dicubit.
"Assalamualaikum". Ucap Laura berlalu pergi bersama Nathan.
"Waalaikumsalam".
*****
Semua
pasang mata menatap Nathan dan Laura yang sedang berjalan. Tadi memang
Laura ingin membeli minum dulu di kantin jadi Nathan juga ikut
menemaninya. Entah Laura yang seperti nenek-nenek tua yang tidak bisa
menyebrang atau Nathan yang memang overprotectiv. Nathan sedari tadi
menggenggam tangan Laura.
Laura
mulai risih dengan tatapan siswa-siswi lainnya. Banyak yang menatap
Laura tidak suka ada juga yang kagum. Ah Laura tidak peduli. Sebenarnya
Laura sudah berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Nathan pada
tangannya namun tidak berhasil.
"Nath
lepas dong". Ucap Laura dengan nada memohon. Tentu dengan wajah pupy
eyes nya. Oh bahkan Nathan membalasnya dengan tatapan datar.
"Kamu
udah jadi pacar aku jadi gak boleh ada yang deket-deket atau lukain
kamu". Ucap Nathan membuat Laura bergidik. Sebenarnya selama di mobil
tadi Nathan memaksa Laura agar berbicara menggunakan aku kamu namun Laura masih belum terbiasa.
Langkah
Nathan berhenti begitu saja dan menggenggam tangan Laura erat. Disana
baru saja Bila keluar dari kelasnya. Kelas Bila memang tidak jauh dari
kelas Nathan dan Laura. Laura menatap Bila penuh selidik. Senyum Bila
merekah begitu saja saat melihat Nathan.
"Nathan!!! Kamu----". Ucap Bila berhenti dan berjalan menghampiri Laura dan Nathan.
"Kamu ngapain gandeng-gandeng dia?". Tanya Bila menatap Laura dengan penuh kejijik-an.
"Ahh,
gue ada urusan sama lo. Temuin gue sama Laura di taman belakang setelah
jam pulang bunyi nanti". Ucap Nathan. Bila membuka mulutnya ingin
berbicara namun diputus oleh Nathan.
"Satu
lagi, Laura cewek gue sekarang. Lo. Gak. Boleh. Ganggu. Atau. Nyentuh.
Laura". Ucap Nathan penuh penekanan dan menarik Laura pergi. Mata Bila
membulat dan menatap Nathan.
"NATHAN TAPI AKU MASIH SAYANG SAMA KAMU!!!". Teriak Bila tidak dipedulikan oleh Nathan.
Laura yang melihat ekspresi Nathan saat Bila mengatakan itu hanya tertawa kecil saja.
"Jangan gitu, gitu-gitu dia mantan kamu". Ledek Laura membuat Nathan mendengus malas. Laura melihat jam tangannya.
Masih pagi. Setengah jam lagi masuk. Batin Laura.
Nathan
menghentikan langkahnya didepan pintu kelasnya. Nathan melepas tangan
nya yang menggenggam tangan Laura dengan lembut. Laura mengernyitkan
dahi bingung.
"Masuk duluan aku ada urusan. Jangan kemana-mana". Ucap Nathan. Laura mengangguk paham. Lalu setelah itu Nathan berlari pergi.
Laura
mengangkat bahunya acuh dan masuk kedalam kelasnya. Laura mendaratkan
bokongnya ditempat duduknya. Menaruh tasnya diatas meja dan membukanya.
Laura pun memutuskan untuk mengambil novel saja.
"Padahal
udah jam tujuh. Biasanya udah pada datang setengah jam sebelum masuk.
Kok ini gak ada tas satupun ya?". Ucap Laura melihat sekeliling kelasnya
yang masih sepi.
Laura
menghembuskan nafasnya dan membuka halaman novel yang sudah ditandai
nya. Saat Laura sudah fokus dengan novelnya sebuah suara mengganggu
konsentrasinya untuk membaca novel.
"Siapa yang main gitar?". Tanya Laura.
Tak
lamanya Nathan masuk kedalam dengan membawa gitarnya. Nathan tersenyum
manis. Di belakang Nathan terdapat teman sekelas Laura dan Nathan. Oh
bahkan ada sahabat Laura dan Nathan juga.
"Cieee" ucap Angel tanpa suara.
"Hai
Laura". Ucap Nathan menarik satu kursi untuk duduk didepan. Nathan
duduk di kursi itu dan yang lainnya berbaris memanjang dibelakang.
Membuat tiga barisan saf.
Laura
masih terdiam. Lalu pandangannya menatap ke arah jendela. Sebagian
teman sekelasnya juga menonton diluar. Lalu pandangan Laura kembali
kearah Nathan.
They say that hate has been sent
So let loose the talk of love (of love, of love)
Before they outlaw the kiss
Baby, give me one last hug
There's a dream that I've been chasing
Want so badly for it to be reality.
And when you hold my hand
And I understand that it's meant to be.
'Cause baby when you're with me...
Nathan mulai memetik senar gitarnya dan bernyanyi. Laura bangkit dari duduknya. Menatap Nathan intens.
It's like an angel came by and took me to heaven (like you took me to heaven girl)
'Cause when i stare in your eyes it couldn't be better (I don't want you to go, oh no, so)
Lalu yang lainnya ikut bernyanyi dan masing-masing memegang satu tangkai bunga mawar yang warna-warni.
Let the music blast
We gon' do our dance
Bring the doubters on
They don't matter at all
'Cause this life's too long
And this love's too strong
So baby know for sure
That I'll never let you go
I got my favorite girl
Not feelin', no pain, no fear
Don't have a care in the world
Why would I when you are here?
There's a moment I've been chasing
And I finally caught it out on this floor.
Baby, there's no hesitation, no reservation
By taking a chance and more, oh no, because...
Air mata Laura sudah berlinang. Laura tak percaya akan diberi kejutan seperti ini.
It's like an angel came by and took me to heaven (like you took me to heaven girl)
'Cause when i stare in your eyes it couldn't be better (I don't want you to go, oh no, so)
It's like an angel came by and took me to heaven (like you took me to heaven girl)
'Cause when i stare in your eyes it couldn't be better (I don't want you to go, oh no, so)
Take my hand
Let's just dance
Watch my feet
Follow me
Don't be scared,
Girl I'm here
If you didn't know,
This is love
Let the music blast
We gonna do our dance
Bring the doubters on
They don't matter at all (oh, baby)
'Cause this life's too long
And this love's too strong
So baby know for sure
That I'll never let you go
So don't fear.
Don't you worry about a thing.
I am here, right here (I'll never let you go)
Don't shed a tear.
Whenever you need me,
I'll be here (I'll never let you go)
Oh no, oh no, oh... (I'll never let you go)
Oh no, oh no, oh... (I'll never let you go)
Nathan
bangkit dari duduknya. Lalu menatap Laura. Nathan juga sudah memegang
bunga mawar. Bedanya Nathan memegang sebucket bunga mawar.
"Liat ke jendela". Ucap Nathan. Laura menoleh ke arah jendela.
"You are more than the best. Because you're perfect". Ucap Laura. Laura membulatkan matanya dan menatap Nathan.
"Karna kemarin nembaknya gak romantis sekarang aku ulang". Ucap Nathan.
Lalu sebagian teman Laura yang berada diluar mengangkat lampu warna-warni membentuk love. Laura kembali terkejut.
"Will
you be mine?". Ucap Nathan. Semua masih dalam keadaan hening. Laura
melirik kearah teman-temannya yang juga menatap ke arah nya. Laura
menghembuskan nafas pelan.
Lima
Empat
Tiga
Dua
Satu
"Yes I will". Jawab Laura. Lalu Nathan memeluk Laura. Semua bersorak senang. Nathan memejamkan matanya dalam pelukannya.
"Kamu tempat aku berpulang. Tempat aku untuk nemuin kebahagiaan yang sebenernya". Ucap Nathan.
"Kamu segalanya Ra"
TIGA PULUH DUA
Jam istirahat kali ini
Laura dan Nathan menghabiskan waktunya dikelas. Tadi Rafly dan Gilang
sudah mengajak Nathan untuk ke kantin. Tetapi karena Laura tidak ke
kantin Nathan juga tidak ke kantin hari ini.
Fellu dan Angel juga sama. Sudah memaksa Laura untuk ke kantin namun Laura masih kekeuh untuk membaca novel nya itu.
Kini keadaan sunyi. Hanya ada Nathan, Laura dan cowok culun yang sekelas dengan Laura.
Laura sibuk dengan
membaca novel sedangkan Nathan menahan lapar yang mulai menggerogoti
perutnya. Sedikit demi sedikit Nathan melirik kearah Laura. Berharap
Laura akan berubah pikiran namun nyatanya nihil. Laura hanya ingin
mengambil handphone dan earphonenya saja.
"Raa". Keluh Nathan.
"Hm?". Jawab Laura tanpa menatap Nathan.
"Kantin yuk. Kasian nih perut gue". Ucap Nathan mengelus perutnya. Laura memutar bola matanya malas.
"Lagian tadi disuruh ke kantin gak mau". Ucap Laura memasang earphonenya. Lalu Laura kembali larut dalam novelnya.
Nathan dengan usilnya
melepas satu earphone yang terpasang ditelinga Laura. Laura memejamkan
matanya kuat-kuat dan membukanya. Laura menghembuskan nafas pelan.
"Nathan sayang, jangan gangguin aku dulu ya". Ucap Laura memasang wajah sok manis.
"Aku laper". Ucap Nathan dengan wajah cemberut. Laura mendengus malas.
"Yaudah ayo ke kantin". Ucap Laura pasrah.
"Yesss ayo!". Ucap
Nathan penuh semangat. Nathan menarik tangan Laura menuju keluar kelas.
Namun Fellu dan Rafly sudah berlari-larian diluar kelas entah kenapa.
"NATHAN JANGAN
KELUAR!!!". Teriak Rafly. Nathan membulatkan matanya saat sudah diambang
pintu dengan sigap Nathan menarik Laura untuk berjongkok dan Nathan
menutupi tubuh Laura.
BYURR!!!
Mata Laura membulat saat
sudah melihat lantai depan kelasnya sudah berserakan air berwarna
kuning. Bau tidak enak mulai menyengat. Tidak lain tidak bukan bahwa itu
telur busuk yang dicampur air dan terigu.
"Nath---". Ucap Angel dengan nafas yang ngos-ngosan dan berdiri terdiam di samping Fellu.
"Siapa. Yang. Berani.
Ngelakuin. Ini?". Ucap Nathan penuh penekanan. Baju Laura sedikit
terkena. Kaki Laura semakin sakit karena keseleo nya belum sembuh tadi
dan sekarang sudah kembali tertekan.
"Baru gue mau bilang Nath" ucap Fellu mendekat dan membantu Laura untuk bangun.
"Aww" ucap Laura. Nathan membulatkan matanya.
"Nath lo mandi aja dulu
diruang ganti basket. Baju biar gue siapin. Lo pake peralatan mandi gue
aja anduknya baru gue ganti di loker" ucap Rafly berlari menuju loker
sekolah.
"Ra, duh gue lagi
berantakan banget lagi. Ngel lo bantu Laura dulu bersihin bajunya sama
rok nya dulu nanti gue buru-buru bersih- bersih nya" ucap Nathan berlari
pergi. Murid-murid lain mulai membuat kerumunan. Laura semakin meringis
sakit saat ingin berjalan. Kaki kanan nya sangat sakit sekali.
"Ra lo gak papa kan?" Tanya Angel. Laura menggeleng lesu.
"Bentar biar gue
periksa" ucap Fellu melepas sepatu Laura secara perlahan. Mata Fellu
membulat saat melihat kaki Laura terlihat sangat biru dan merah.
"Ada apa ini?!". Ucap laki-laki menengahi kerumunan. Laura dan yang lainnya menatap ke asal suara.
"I--ini kak ada korban pembullyan" ucap salah satu murid.
"Kenapa dia?" Tanya laki-laki itu Menatap Fellu dan Angel bergantian.
"Ini kak tadi ada yang
pasang jebakan diatas pintu kelas. Tadi Nathan juga kena imbasnya dan
Laura cuma kena sedikit aja. Kayanya kaki Laura keseleo deh kak". Ucap
Fellu. Laki-laki itu menunduk dan berlutut di depan Laura. Laura menelan
ludahnya susah payah.
Mark. Kakak kelas yang
sudah dikabarkan menjadi ketua tim basket sekolah ini sudah berada di
depan nya. Mark yang sudah menggantikan posisi Miko alumni sekolahnya.
"Kakinya udah parah banget lukanya. Pasti sebelumnya juga udah keseleo" ucap Mark melihat kaki Laura.
"Bener kan?" Tanya Mark melihat ke arah Laura. Laura mengangguk lesu.
"Naik" ucap Mark
berjongkok membelakangi Laura. Laura mengernyitkan dahi bingung. Semua
kembali sunyi. Namun ada yang sebagian masih berbisik.
"Naik cepet. Gak mungkin
kan lo digendong dua temen cewek lo yang pasti gak kuat ngangkat lo"
ucap Mark dingin. Yaaa, Mark memang cowo yang cuek dan dingin.
"Udah Ra urusan Nathan
biar gue yang bilang dia. Lagian ini masalah darurat" ucap Fellu yang
dibalas anggukan kepala Angel. Laura menatap Angel dan Fellu bergantian.
Hatinya masih menimbang-nimbang untuk menerima atau menolak.
"Lo bisa cepet gak sih?
Mumpung guru lagi pada rapat jadi gak bakal ada yang liat juga" ucap
Mark berdiri dihadapan Laura. Laura menatap Mark datar.
"Lo gak enak sama
Nathan? Lagian gue gak bakal rebut lo juga. Lo bukan tipe gue" ucap Mark
dengan sombong nya membuat suasana kembali riuh. Banyak sekali fans
Mark.
"Lo pikir gue ma---"
"TURUNIN GUEEEEE!!!!"
Teriak Laura yang sudah digendong seperti karung beras oleh Mark. Semua
semakin ber-huuu ria. Mark tidak suka penolakan, menunggu atau dibantah.
"MARK TURUNINNN. FELL
NGEL!!! TOLONGIN" Teriak Laura. Angel dan Fellu memutuskan untuk
menghampiri Nathan saja. Memberi tau kalau Laura sudah dibawa ke UKS
oleh Mark.
Laura akhirnya pasrah.
Tak lamanya Laura sampai di UKS. Mark menurunkan Laura di kasur UKS.
Laura meringis sakit saat kakinya tidak sengaja tersenggol kaki Mark.
"Sorry" ucap Mark berjalan menuju laci. Mencari-cari sesuatu yang membuat Laura mendengus malas.
"Mana kaki lo yang sakit?" Laura melihat tangan Mark yang sudah menggenggam minyak urut. Laura menelan ludah susah payah.
"Ini yang kiri" ucap
Laura. Mark mengangguk paham dan menarik kaki kiri Laura. Mark
mengeryitkan dahi bingung saat Laura sama sekali tidak merintih sakit.
Mark berusaha berfikir positif mungkin Laura sedang menahan sakitnya.
Lalu Mark mulai memoleskan minyak pada pergelangan kaki Laura. Perlahan
demi perlahan Mark mulai mengurutnya. Namun sesuatu yang aneh membuat
Mark menghentikan acara urutnya.
Tidak ada luka memar biru dan merah pada kakinya sedangkan tadi saat didepan kelas jelas-jelas Mark melihatnya.
"Bukan kaki yang ini
yang sakit Mrs.Laura". Ucap Mark mendongakan kepalanya dan berdiri. Mark
mengambil kursi dan duduk di depan Laura. Laura menggigit jarinya saat
Mark sudah duduk dikursi itu dan berniat menarik kaki kanannya ke
pangkuan Mark.
"JANGAN MARK NANTII
SAKIT!!!" ucap Laura memohon. Mark memutar bola matanya malas dan
menarik kaki kanan Laura kepangkuannya. Mark memoleskan minyak urut di
sebagian kaki yang memar. Laura hanya mengigit jarinya dan bersiap-siap
menahan sakit yang luar biasa setelah diurut nanti. Setelah membaca
bassmalah Mark mulai mengurut kaki Laura.
"PELAN MARK SAKIT!!"
ucap Laura menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya.
Tidak peduli dengan suara Laura yang mengeluh sakit Mark menarik dan
mendorong kaki Laura berkali-kali.
"MARK SAKITT!! teriak
Laura menggema ruangan UKS. Bagus guru sedang rapat jadi tidak akan
terdengar sampai ruang rapat. Mark menghentikan aksi urutnya dan
berdiri.
"Coba berdiri". Ucap
Mark datar. Tidak peduli dengan perkataan Mark, Laura masih dengan
tangisannya. Wajahnya ditutup kedua telapak tangannya.
"Hikss hikss" isak tangis Laura membuat hati Mark luluh juga.
"Sorry kalo tadi sakit.
Tapi kalo gak diurut bakalan sakit terus lo mau? sekarang coba berdiri
pasti gak sakit lagi" ucap Mark yang dibalas gelengan kepala Laura. Mark
mendengus malas.
Dasar keras kepala dan manja. Batin Mark.
"Lauraaa?!!!" ucap seorang laki-laki yang baru saja datang dengan nafas yang terengah-engah.
"Anjir ngejar lo kaya ngejar kijang yang baru liat mangsa" ucap Gilang dan Rafly dibelakangnya. Disusul dengan Fellu dan Angel.
Mark menatap ke empat nya datar dan kembali menatap Laura.
"Terserah lo mau duduk
disitu sampe kapan intinya Nanti pas bangun kaki lo pasti udah
mendingan" Ucap Mark berlalu pergi. Nathan menatap Mark geram.
"Kamu kenapa nangis? Karna Mark? tuh anak minta dihajar" ucap Nathan ingin berlalu pergi.
"Ehhhh Nath!! jangan buat keributan!!" ucap Fellu menahan Nathan.
"Gue gak terima cewek
gue dibuat nangis. Oke gue paham dia mau obatin Laura seenggak nya kan
sama cewek harus halus gak boleh kasar. Lu pikir Laura laki apa?" ucap
Nathan dengan emosi yang sudah berada di ubun-ubun.
"Jangan nangis lagi ya? bentar lagi bel pulang bunyi, kita pulang aja" ucap Nathan menghapus air mata Laura.
"Lo udah gak pa-pa Ra?" Tanya Angel. Laura mengangguk kecil dengan isak tangisnya.
"Maaf Ra tadi gak nyusul
kan kita mau kabarin Nathan dulu. Nih rok lo ganti aja" Ucap Fellu
menyodorkan rok abu-abu kepada Laura.
"Kita tunggu luar" Ucap
Nathan lembut mengelus kepala Laura. Laura mengangguk paham dan
membiarkan Gilang, Rafly dan Nathan keluar UKS.
"Cepet ganti" Ucap Fellu
dan Angel duduk menyandar pada sofa UKS dan memainkan handphone
masing-masing. Sedikit rasa takut untuk berdiri yang menggerogoti hati
Laura. Dengan perlahan Laura menapakan kaki nya yang tanpa alas apa pun
itu ke lantai.
Mata Laura membulat saat kakinya sudah menyentuh ubin yang dingin. Lalu Laura sedikit menekan kakinya seperti biasa. Lagi, Laura terkejut. Sakitnya menghilang begitu saja. Yaa, Walaupun masih terasa sakit sedikit.
Dibalik itu Mark sedang
mengintip di jendela luar UKS. Mark tersenyum tipis saat melihat Laura
tidak merasakan sakit apapun pada kakinya. Setidaknya Mark bisa
menolongnya. Mark memutuskan untuk kembali kekelas dengan senyum yang
merekah di wajahnya.
Ini kali pertama senyum Mark kembali setelah lima tahun yang lalu.
"Dasar cewek manja, Aneh".
TIGA PULUH TIGA
"Baik anak-anak sebelum
acara kelulusan diumumkan semua guru sudah setuju untuk membuat acara
perkemahan tiga hari tiga malam besok jadi siapkan barang-barang yang
perlu kalian bawa untuk berkemah besok. Saya akhiri, wassalamualaikum"
sejenak kepergian bu Yeti sempat menahan jalan murid untuk pulang lebih
dulu tadi membuat para murid merutuki dirinya sendiri.
Murid tidak suka jika
sudah waktu jam pulangnya masih ditahan dengan segala pengumuman.
Padahal bel pulang sudah berbunyi sejak tadi.
Lihat saja sekarang,
kelasnya sudah seperti cacing kepanasan yang mencari tempat yang lembab.
Semua saling tidak sabaran untuk keluar kelas. Laura menghembuskan
nafasnya pelan dan bangkit dari duduknya. Sekilas Laura melirik ke arah
Nathan yang sedang tidur dengan bersandar pada meja.
Laura memutar bola matanya malas.
"Nath bangun Nath". Ucap Laura menepuk-nepuk pipi Nathan.
Tiba-tiba saja nada
dering Trough the dark - One Direction dari handphone Laura berbunyi
nyaring. Membuat Nathan mau tak mau sampai ikut terkaget mendengarnya.
Laura mengangkat telfonnya dan berdeham sebentar.
"Halo". Ucap Laura berjalan ke kursi paling depan dan duduk disana.
"Laura kamu baik-baik aja kan nak di rumah Nathan?" Laura menghembuskan nafasnya lega saat mendengar suara Bundanya dibalik telfon.
"Baik-baik aja kok Bun, Bunda kapan pulang?" Tanya Laura sambil mengetuk-ngetukan jari-jemarinya dimeja.
"Tiga minggu lagi sayang. Ayah kamu diberi banyak tugas disini. Bunda juga mau gak mau harus bantuin Ayah kamu" lagi, Laura menghembuskan nafas lelah.
"Tapi kan Laura bisa tinggal dirumah sendiri Bun. Ada Nathalia juga kan." Ucap Laura.
"Gak sayang, Bunda takut ada apa-apa sama kamu. Kalo Bunda titip dirumah Nathan kan kamu bakal ada yang jagain" Laura
tersenyum tipis mendengarnya. Bundanya sedang dalam kesibukan namun
masih bisa mengkhawatirkannya. Laura merasa beruntung memiliki kedua
orang tua seperti orang tuanya sekarang.
"Yaudah, Bunda sama Ayah jaga kesehatan ya disana nanti kalo ada apa-apa sama Laura, Laura bakalan hubungin" Ucap Laura.
"Yaudah kalo gitu sekarang Bunda udah bisa lebih tenang. Kamu juga jaga kesehatan ya nak. Bunda sayang Laura" Laura tersenyum tipis.
"Mee to Bun." Jawab
Laura lalu tak lamanya sambungan telfonnya sudah terputus. Laura menoleh
kearah Nathan lagi. Nathan kembali tertidur.
"Nath bangun!." Teriak Laura. Nathan mengerjapkan matanya dan menatap Laura yang sudah berkacak pinggang.
"Apa si Ra."
"Lo tuh tidur kaya kebo
tau gak. Guru lagi jelasin pelajaran lo malah tidur, sampe pengumuman
kita bakal kemah lo juga gak tau." Ucap Laura memakai tasnya.
"Maaf, emang apaan pengumumannya?." Tanya Nathan.
"Kita besok kemah tiga
hari tiga malem." Ucap Laura santai berjalan keluar. Dengan langkah
gontai Nathan mengikuti arah jalan Laura.
"Ra jalan nya jangan cepet-cepet napa." Ucap Nathan masih berjalan dengan lambat.
"Yaudah cepetan lelet
banget sih." Ucap Laura masih berjalan namun pandangannya menatap Nathan
yang masih berjalan jauh dibelakangnya.
BRUKK!
"Weitsss sorry." Ucap seorang laki-laki menahan lengan Laura. Laura mendongakan kepalanya dan menatap laki-laki itu.
"Eh Laura yang tadi
yah?." Tanya Mark. Laura tidak menggubrisnya dan mengalihkan
pandangannya menatap lengannya yang masih digenggam oleh Mark.
"Sorry bro." Ucap Nathan
menjauhkan tangan Mark dari lengan Laura. Laura memincingkan matanya
menatap Mark dan berlalu pergi. Nathan sama halnya. Lalu Nathan
memutuskan untuk menyusul Laura.
"Dasar aneh." Gumam Mark.
******
"Aduhh
Nathan jangan di acak-acak kek!!." Ucap Laura saat melihat barang
belanjaannya yang berada di ranjang sudah diacak-acak Nathan.
"Sabar
Ara, wafer kesukaan aku belum ke ambil." Ucap Nathan berlalu pergi ke
rak sebelah. Laura mendengus kesal. Ini hari pertamanya menjalani masa
PMS nya. Oh jangan tanyakan berapa kali Laura sudah menghela nafas karna
ulah Nathan yang pecicilan.
Perasaan dulu gue yang pecicilan kenapa jadi pindah ke Nathan gini. Batin Laura.
Yap,
Nathan dan Laura sedang berada di supermarket dekat dengan rumah
Nathan. Membeli keperluan yang dibutuhkan untuk nanti acara perkemahan.
Harusnya Laura yang sekarang kerepotan karena membeli keperluan
perkemahan nanti. Tapi ini kebalikan nya malah Nathan yang sedari tadi
bolak-balik mencari makanan yang ia sukai.
"Nah nih, dah yuk." Dengan santainya Nathan mengambil keranjangnya dan menarik tangan Laura menuju kasir.
"Nih mba." Ucap Nathan membiarkan mba-mba kasir menjumlah total belanjaannya.
"Seratus lima puluh tujuh ribu." Ucap Mba nya. Lalu Nathan mengeluarkan uang pas dan mengambil kantung plastik nya.
"Mas
lain kali kalo pacar nya ngambek jangan di diemin aja mas. Cewek itu
gak suka didiemin kalo lagi ngambek." Nasehat mba kasir membuat Nathan
mengernyitkan dahinya bingung dan menatap Laura.
"Makasih."
Ucap Nathan berlalu pergi. Nathan dan Laura memang berjalan menuju
supermarketnya karena lumayan dekat. Laura mendengus kesal akan
pinggangnya yang mulai terasa sangat sakit.
"Kamu
gak pa-pa?." Tanya Nathan saat sudah keluar supermarket. Laura
mengangguk tanda bahwa ia tak apa. Nathan menganggukkan kepalanya dan
kembali berjalan. Sekali-kali memindahkan belanjaannya ke tangan satunya
lagi.
Laura
kembali menghembuskan nafasnya. Menetralkan emosi nya yang kian
memuncak karena menahan sakit pada pinggangnya yang semakin
menjadi-jadi. Sambil berjalan Laura sedikit memukul-mukul pinggangnya.
"Kamu
beneran gak pa-pa? Kita jalan masih lumayan jauh." Tanya Nathan
berhenti berjalan. Laura mendengus kesal. Pertanyaan Nathan malah
membuat emosinya semakin memuncak.
"Yaudah kita naik angkutan umum aja." Ucap Nathan melirik ke sana kemari namun tanda-tanda ada angkutan umum tidak terlihat.
"Nath kalo mau nungguin angkot, kita bakalan sampe kapan disini udah yuk ah, gue gak pa-pa." Ucap Laura kembali berjalan.
"Kamu lemes gitu juga. Udah nurut aja napa sih." Ucap Nathan. Lagi, untuk kesekian kalinya Laura mendengus kesal.
"Aku lagi pms jadi diem aja deh kalo gak mau kena omelan sama aku." Ucap Laura. Nathan mengerjapkan matanya.
"Ohh lagi pms yaudah marahin aku aja kalo lagi pengen marah-marah." Ucap Nathan santai berdiri didepan Laura.
"Males
marah-marah Nath." Keluh Laura membuat Nathan berlutut didepan Laura
yang baru saja mendudukan dirinya ditempat duduk pinggir jalan.
"Mau apa? Biar aku beliin." Tanya Nathan lagi. Laura menggeleng lemah. Nathan ikut duduk di samping Laura.
"Kamu kenapa? Kasih tau aku biar aku paham." Tanya Nathan menyentuh kedua telapak tangan Laura.
"Pinggang
aku sakit banget kalo jalan lama. Pegel. Rasanya pengen copot." Keluh
Laura kembali memukul pinggang bagian belakangnya dengan pelan. Nathan
tersenyum kecil dan mengacak rambut Laura sedikit.
"Ih Nathan mah! Berantakan tau." Ucap Laura jengkel. Nathan bangkit dari duduknya dan berjongkok didepan Laura.
"Kamu ngapain?." Tanya Laura.
"Naik
cepet. Gak bisa jalan lama kan?." Ucap Nathan dengan pandangan lurus
kedepan. Posisinya sudah berjongkok membelakangi Laura.
"Tapi aku berat tau." Ucap Laura membuat Nathan tertawa kecil.
"Udah
cepet naik." Perintah Nathan. Laura mengangguk dan memeluk leher
Nathan. Dengan kekuatan yang Nathan sudah penuhi Nathan mengangkat
Laura. Lalu dengan hati-hati Nathan kembali mengambil kantung
belanjaannya
"Nath bener gak pa-pa?." Tanya Laura menopang dagunya di pundak Nathan.
"Santai
aja sih dikit lagi nyampe kok." Ucap Nathan tetap berjalan. Laura
menganggukkan kepalanya dan menenggelamkan wajahnya pada lekukan leher
Nathan.
Nathan
tersenyum tipis melihat sifat Laura yang sedang pms namun masih suka
labil. Tadi marah-marah dan sekarang sangat manja. Entah kenapa Nathan
merasa kalau Nathan harus benar-benar menjaga Laura. Nathan tidak ingin
kehilangannya. Bagi Nathan seseorang sepertinya adalah kesempatan
terakhir yang harus diperjuangkan. Jadi Nathan tidak akan menyia-nyiakan
orang yang begitu berharga dalam hidupnya.
Cukup
jauh Nathan berjalan akhirnya Nathan sampai dirumahnya. Ferro yang
sedang duduk di teras depan dan melihat Nathan sedang menggendong Laura
ingin membuka pembicaraannya. Namun Nathan lebih dulu menahannya.
"Jangan
berisik yah, Laura tidur." Ucap Nathan kepada Ferro. Ferro
menganggukkan kepalanya dan kembali menyesap kopinya. Nathan berjalan
masuk kedalam. Suasana ramai mulai menyeruak masuk kedalam telinga
Nathan.
"Jadi kamu mau serius sama Nathalia?." Tanya Crystall. Nathan berjalan mendekat sepertinya suaranya diruang tengah.
"Iya
Bun. Nathen mau hidup sama-sama pokonya sama Nathalia. Kalo bang Nathan
mah jangan Bun biar mereka aja yang saudaraan sama kak Laura." Ucap
Nathen santai. Nathan membulatkan matanya dan menaruh belanjaannya
diatas meja.
"Enak
aja lo Nath! Gue udah mau nikahin Laura duluan!." Omel Nathan tidak
terima. Nathan tau jika ia menikah dengan Laura maka Nathen tidak bisa
menikah dengan Nathalia mengetahui jika Nathan menikah dengan Laura maka
Nathalia sudah menjadi sepupunya.
"Nathen yah Bun." Ucap Nathen memohon.
"Nathan
kamu taruh Laura dikamar dulu kasian dia capek. Kita omongin masalah
ini baik-baik." Ucap Crystall. Nathalia hanya senyam-senyum saja.
Nathan mendengus malas dan membawa Laura naik ke kamarnya saja. Iya kamarnya. Bukan kamar yang harusnya Laura tempati.
"Sebentar ya Laura nanti aku balik lagi." Ucap Nathan mencium kening Laura dan berlari menuju kebawah kembali.
Dengan santai Nathan
duduk disamping Crystall. Melihat wajah adiknya yang nampaknya
menunjukan wajah kemenangan. Tidak, Nathan tidak terima kalau Nathan
tidak bisa memiliki Laura sepenuhnya.
"Jadi gini, bunda mau kasih tau. Kalo kalian bisa menikah dua-duanya." Ucap Crystall santai membuat Nathan membulatkan matanya.
"Nathalia itu bukan adik kandung dari Bundanya Laura. Berarti Nathalia bukan adik kandung Laura"
TIGA PULUH EMPAT
"Hah? Bukan adik kandung?." Tanya Nathan. Namun Nathen dan Nathalia nampak biasa saja.
"Lo gak kasih tau gue?! Arghh lo bikin gue panik tau gak." Ucap Nathan. Crystall hanya tertawa saja.
"Emangnya kamu serius sama Laura?." Tanya Crystall. Nathan menghembuskan nafasnya pelan.
"Gini ya Bun." Ucap Nathan terhenti. Entah kenapa jantungnya jadi berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Cewe itu gak bisa yang
namanya dimainin. Cewek itu sensitif. Cewek itu kadang suka manja kalo
butuh perhatian. Cewek itu juga harus dijaga bukan dimainin perasaannya.
Harusnya sebagai cowok kita harus tau kalau cewek udah sakit hati bakal
susah buat di kembaliin rasa sayang yang udah dia kasih dan kita
sia-siain. Cewek itu berharga. Ibaratkan cewek itu kaya berlian yang ada
di dasar laut. Indah tapi susah buat didapetin. Sama kaya perasaan
Nathan ke Laura. Nathan tulus sama Laura. Nathan gak bisa mainin dia.
Karena kesempatan yang udah dikasih hari ini gak bisa di sia-siain."
Ucap Nathan panjang lebar membuat Ferro yang baru masuk melongo kaget
menatap anaknya.
"Anak Ayah udah dewasa yah." Ucap Ferro menepuk pundak Nathan dua kali. Nathan menunjukan cengiran khasnya.
"Jagain Laura. Jangan sampe kamu kehilangan dia. Kalo udah kehilangan baru tau rasa lo." Ucap Crystall.
"Inget kak cewek buat dijaga bukan buat dimainin." Ucap Nathalia.
"Inget juga cewek yang
baik dan tulus sekarang susah buat didapetin makanya jangan di sia-siain
buat orang yang salah." Ucap Nathen menjadi bijak.
"Iyah bawel deh. Yaudah Nathan ke kamar yah." Ucap Nathan melambaikan tangannya dan berlari kecil menaiki tangga.
Nathan membuka pintu
kamarnya dan menutupnya kembali. Mata Nathan membulat saat Luara sedang
duduk membelakangi Nathan. Matanya tertuju kepada jendela balkon kamar
Nathan. Pikirannya kosong.
"Ra?" Ucap Nathan
menyentuh pundak Laura. Laura membulatkan matanya saat terdengar suara
Nathan. Buru-buru Laura menutupi hidungnya dengan sapu tangannya.
"Kamu udah bangun?" Tanya Nathan duduk disamping Laura.
"Iya, kok gue bisa
disini? Gue ke kamar dulu ya kalo gitu nyiapin barang." Ucap Laura
berlalu pergi. Nathan yang baru ingin menahan tangan Laura namun langkah
Laura lebih cepat.
Laura menutup pintu
kamarnya rapat-rapat. Dibukanya sapu tangannya dan melihat darah yang
sudah mengalir pada tangannya. Laura menyenderkan punggungnya pada pintu
kamarnya. Laura lelah.
Laura berjalan sedikit
menuju meja dan meminum enam pil obatnya. Ini sungguh diluar batas
seharusnya Laura harusnya meminumnya hanya dua pil. Namun karena Laura
yang sudah lelah akan pikirannya untuk meminum obat Laura meminumnya
sekaligus enam pil. Lalu tanpa berjalan ke kasur Laura menjatuhkan
tubuhnya di lantai dan memeluk dirinya sendiri. Larut dalam mimpinya.
*****
Nathan
dan Laura sudah turun dari mobil Ferro. Ferro melambaikan tangannya
saat Nathan dan Laura sudah berjalan masuk menuju area sekolahnya. Tadi
Nathan memang disuruh berangkat bersama Ferro agar tidak telat.
Kebetulan juga tempat kerja Ferro satu arah dengan sekolah Nathan.
"Kamu udah selesai pms nya?" Tanya Nathan. Laura menggeleng pelan.
"Bagus
disana ada toilet nanti. Jadi kamu gak perlu repot-repot ganti. Oh ya,
pinggangnya masih sakit?" Tanya Nathan lagi. Laura menggeleng kecil.
Nathan
menghembuskan nafasnya pelan. Nathan berusaha berfikir positif untuk
Laura. Sejak tadi pagi Laura lebih banyak diam tak bersuara. Bahkan
Laura akhir-akhir ini suka melamun. Nathan mengira-ngira mungkin karena
masa PMS nya yang belum selesai makanya Laura suka bersikap aneh.
Namun
diluar dugaan Nathan bahwa sebenarnya Laura menyembunyikan sesuatu.
Kekhawatiran yang Laura simpan sendiri tanpa ada yang tau. Laura
khawatir jika Nathan tau akan penyakitnya. Laura takut penyakitnya ini
membawanya pergi jauh dan tidak akan kembali lagi.
Menghindari
hal itu Laura kembali rutin meminum obatnya. Mengetahui soal Bila dia
sudah dikeluarkan dari sekolah akibat pembullyan. Laura juga tidak bisa
menolong Bila waktu itu. Jadi sekarang entah kemana Bila berada.
"Baik
untuk anak-anak yang baru hadir silahkan berbaris." Ucap Bu Yeti. Guru
yang ditugaskan membina acara perkemahan kelas XII ini. Nathan dengan
santainya menggandeng tangan Laura untuk ikut berbaris.
"Baik
anak-anak sebelum kita melanjutkan tahap perjalanan ibu akan
mengumumkan sesuatu. Tiap bis sudah ditempelkan kertas nama siswa dan
siswi yang akan menempati bis tersebut beserta nomor kursi. Tidak ada
bantahan dan harus terima peraturan." Ucap bu Yeti membuat suasana
menjadi ber-huu ria.
"Duh gue telat gak?" Tanya Fellu dan Angel yang baru hadir. Laura menggelengkan kepalanya.
"Kebiasaan
banget lo berdua suka telat." Ucap Laura. Fellu dan Angel menunjukan
cengiran khasnya. Sedangkan Nathan juga sedang mengobrol bersama Gilang
dan Rafly.
"Mari
kita berdoa bersama demi keselamatan kita selama perjalan. Menurut
kepercayaan masing-masing berdoa dimulai." Ucap Bu Yeti. Semua menunduk
dan berdoa dalam hati masing-masing.
"Selesai,
silahkan kalian cari nama kalian di kaca bis bagian samping kiri." Ucap
Bu Yeti membuat siswa dan siswi yang lain langsung berhamburan. Suara
roda koper bergesekan dengan aspal mulai sangat terdengar. Laura, Fellu
dan Angel memutuskan berjalan di bagian akhir saja agar tidak terkena
rebutan.
"Ayo aku anter. Aku bantu cari nama kamu." Ucap Nathan menggandeng Laura.
"Gue juga bisa kali." Ucap Gilang merangkul Angel. Fellu mengerucutkan bibirnya kesal.
"Yuk." Ucap Rafly mengulurkan lengannya. Senyum Fellu melebar dan segera merangkul lengan Rafly.
Saat
sampai di parkiran bis mata Nathan jelalatan mencari nama seseorang
yang sangat spesial. Yup, Laura. Dan akhirnya Nathan menemukan nama
Laura di bis 3 dengan nomor kursi 104. Nathan membulatkan matanya saat
ia mencari namanya tidak sama dengan bis Laura.
"Kita gak se-bis." Ucap Nathan dengan wajah sedih.
"Yaelah
Nath kan ini cuma sementara aja di bis. Nanti kalo udah sampe tujuan
juga kamu bisa deket-deket sama aku lagi." Ucap Laura menyemangati
Nathan.
"Iya
sih, yaudah kalo gitu masuk gih biar tasnya aku yang masukin ke bagasi
bis." Ucap Nathan mengambil alih tas Laura. Laura tersenyum kecil dan
membenarkan letak posisi tas kecil yang menggantung di pundaknya.
"NATH! Lo di bis 5 sama kaya gue." Teriak Rafly. Laura tersenyum kecil saat tau Rafly se-bis dengan Nathan.
"Jagain Nathan ya Raf! Kalo genit langsung lempar aja ke jalan." Ucap Laura yang dibalas kekehan oleh Rafly.
"Siap bos!." Laura tertawa kecil dan naik keatas bis. Mata Laura membulat saat melihat Fellu duduk dibaris kanan bangku kedua.
"RA LO DISINI?" Ucap Fellu penuh semangat sampai-sampai banyak yang melihatnya.
"Iyahh, lo kenapa girang gitu?." Tanya Laura. Fellu menghembuskan nafasnya pelan.
"Gue bete Angel se-bis sama Gilang di Bis 5. Gue kira lo gak se-bis sama gue." Ucap Fellu. Laura tertawa kecil.
"Yaudah
kalo gitu gue cari tempat duduk gue dulu." Ucap Laura yang dibalas
anggukan kepala oleh Fellu. Mata Laura mencari ke kanan dan ke kiri.
Mencari nomor angka 104 dan Laura menghembuskan nafas lega saat
mendapatkan nya. Dibagian kiri bangku ketiga dari yang paling belakang.
Laura
memutuskan untuk duduk di dekat jendela. Laura menaruh tas selempang
kecilnya diatas dan memutuskan untuk duduk. Mata Laura tertuju ke arah
luar. Melihat teman-temannya yang belum naik dan masih sibuk menaruh
tasnya di bagasi.
Karena Laura mulai bosan
Laura memutuskan untuk mendengarkan musik saja. Laura memasang
earphonenya dan mulai memutar lagu Talk Me Down dari troye sivan.
I wanna sleep next to you
But that's all I wanna do right now
And I wanna come home to you
But home is just a room full of my safest sounds
Cause you know that I can't trust myself with my 3AM shadow
I'd rather fuel a fantasy than deal with this alone
I wanna sleep next to you
But that's all I wanna do right now
So come over now and talk me down
Siska dari kelas XII
Ips-1 sedang membagikan makanan. Laura sedang berfikir. Siapa yang akan
menjadi teman duduk sebangkunya. Ada satu orang yang ingin masuk namun
tubuhnya masih membelakangi Laura di depan. Entah dia sedang apa. Namun
pandangan mata Laura beralih ke handphone nya yang sudah bergetar.
Nathan:
Kamu duduk sama siapa?
Laura tersenyum tipis.
Me:
Belum tau.
Send.
Laura memejamkan matanya
sebentar. Tak lamanya bis mulai melaju. Laura masih menghayati lagunya.
Bahkan sampai membuat Laura mengantuk. Tiba-tiba sesuatu yang membuat
laura terbangun dari tidurnya. Seseorang yang sudah duduk disampingnya.
Mata Laura membulat menyadari sesuatu.
Mark.
I wanna hold hands with you
But that's all I wanna do right now
And I wanna get close to you
Cause your hands and lips still know their way around
And I know I like to draw that line, when it starts to get too real
But the less time that I spend with you, the less you need to heal
"Lo duduk sini?" Tanya
Mark. Laura menghembuskan nafasnya dan kembali memejamkan matanya. Laura
tidak ingin menjawab tidak juga ingin menanggapi. Wajahnya ditutupi
jaket yang berada di pangkuannya.
Mark menghembuskan nafas
lelah. Mark sangat gemas dengan perempuan yang berada di dekat nya.
Kenapa perempuan ini sangat cuek dengan nya. Tak mau ambil pusing Mark
memejamkan matanya.
Mark cukup lelah setelah begadang semalaman karena mengalami masalah antara hubungannya dengan seseorang.
I wanna sleep next to you
But that's all I wanna do right now
So come over now and talk me down
(talk me down)
So if you don't mind, I'll walk that line
Stuck on the bridge between us
Gray areas and expectations
But I'm not the one if we're honest, yeah
But I wanna sleep next to you
And I wanna come home to you
I wanna hold hands with you
I wanna be close to you
Mobil bis ini terus
melaju. Semua murid nampak masih mengantuk dan memilih tidur. Bayangkan
saja kalian sudah harus berangkat subuh-subuh untuk camping.
But I wanna sleep next to you
And that's all I wanna do right now
And I wanna come home to you
But home is just a room full of my safest sounds
So come over now and
Supir mengerem mobil
bis-nya yang mau tak mau tubuh siswa siswi sedikit mencondong kedepan
dan kembali seperti semula. Laura yang tadinya tidur dalam posisi duduk
tegak menjadi jatuh di pundak Mark. Mark pun begitu menjatuhkan
kepalanya ke kepala Laura. Keduanya sama-sama tidak sadar karena sudah
larut dalam mimpi mereka. Sampai Laura tidak sadar bahwa lagu sudah
mencapai lirik akhir. Laura lupa mematikan musik dalam handphone nya.
And talk me down.....
TIGA PULUH LIMA
Semua berbondong-bondong
turun dari bis. Kali ini bis sudah sampai di tempat tujuan. Nathan
celingak-celinguk mencari Laura yang belum terlihat.
"Nath liat Laura?" Tanya
Fellu. Fellu lupa membangunkan Laura tadi dan langsung turun begitu
saja. Hari sudah sore kali ini. Bahkan sudah menampakan warna jingga
pada langit.
"Lah lo kan se-bis sama dia." Ucap Nathan.
"Iyah tadi gue lupa bangunin dia, pas masuk bis aja gue langsung tidur." Ucap Fellu.
"Pacar gue emang rada-rada." Ucap Rafly menepuk keningnya.
"Haii guyss, loh Laura
mana?" Tanya Gilang yang dibelakangnya sudah ada Angel yang sedang
menyandarkan dagunya pada pundak Gilang. Angel masih sangat mengantuk.
"Gue cari dulu." Ucap Nathan memberi tas nya kepada Gilang begitu saja membuat Gilang melongo.
"Dasar ye tuh anak." Ucap Gilang menggelengkan kepalanya.
Nathan mengitari
parkiran bis. Mencari dimana bis yang Laura tempati. Matanya tidak
putus-putusnya melihat sekeliling. Memastikan bahwa ia dapat menemukan
gadisnya itu. Mata Nathan membulat saat melihat bis yang ditumpangi
Laura sudah didepan mata.
"Pasti belum bangun nih
anak." Gumam Nathan masuk kedalam bis. Mata Nathan membulat saat matanya
sudah melihat Laura yang sedang tertidur pulas di pundak Mark dan Mark
yang sedang menatap kearah luar jendela. Kedua tangan Nathan terkepal
hebat lalu Nathan menghampiri Mark.
"Laura." Ucap Nathan membuat Mark menoleh ke arah Nathan.
"Ra bangun." Ucap Nathan menarik tangan Laura agar tidak kembali bersandar pada pundak Mark.
"Maaf jangan kasar sama
cewek bisa?" Ucap Mark menahan tangan Nathan. Laura mengerjapkan matanya
berulang kali. Laura sudah bangun dari tidurnya.
"Tapi dia cewek gue. Lo
kalo mau cari ribut bukan sekarang waktunya." Ucap Nathan penuh
penekanan. Mata Laura membulat saat sadar akan sesuatu.
"Dimana kita?" Tanya Laura celingak-celinguk dengan wajah yang baru bangun tidur.
"Kita udah sampai Ra,
ayo turun." Ucap Nathan menarik tangan Laura. Mau tak mau Laura bangkit
dari duduknya dan mengikuti arah kemana Nathan menarik tangannya.
"Dasar aneh." Ucap Mark
bangkit dari duduknya. Tiba-tiba saja mata Mark menatap suatu tali yang
menjuntai dari atas rak untuk menaruh tas pada bis.
"Tas?" Gumam Mark
melihat tas selempang kecil berwarna hitam. Dilihatnya pinggiran tas itu
terdapat ukiran kecil bernama Laura. Mark tersenyum penuh arti.
"Dasar teledor."
******
"Kemana
aja sih lo Ra baru dateng, udah mau malem nih kita buat tendanya." Ucap
Angel. Laura masih duduk diatas kayu yang lumayan besar. Matanya masih
sayup-sayup ingin memejamkan matanya saja.
"Gue
ngantuk." Ucap Laura singkat menelungkup wajahnya diatas lipatan kedua
tangannya. Angel mendengus malas dan membangun tendanya.
"Sini biar kita-kita aja mending lo bantu anak cewe yang lain masak." Ucap Nathan dan Gilang. Rafly juga ikut membantu.
"Gitu
dong dari tadi, thanks ya." Ucap Angel menepuk pundak Nathan dan
berlalu pergi membantu Fellu memasak. Bukan hanya Fellu namun siswi
lainnya juga.
Nathan
tersenyum kecil saat melihat wajah Laura yang nampak sangat lelah.
Bahkan masih sempatnya tidur dalam keadaan duduk meringkuk seperti itu.
"Manisnya pacar gue."
*****
Laura
mengobrak-abrik tasnya. Mencari tas selempang miliknya yang entah
kemana sudah menghilang. Disana terdapat buku diary kecil miliknya. Oh
bahkan ponselnya berada disana. Sungguh, kali ini Laura merutuki dirinya
sendiri yang teledor dalam menjaga barang penting miliknya. Dan Laura
ingat, kalau handphone nya tidak pernah diberi password.
"Raa,
anak-anak udah ngumpul di depan." Ucap Nathan membuka resleting tenda
Laura dan menyapanya dengan memunculkan kepalanya saja.
"Eh? Iyah." Ucap Laura merangkak keluar.
Malam
ini semua murid berkumpul membuat lingkaran mengelilingi api unggun.
Semua nampak antusias. Melihat beberapa penampilan dari kelas lain yang
sedang menunjukan bakat.
Laura
sebenarnya ingin berada di tenda saja. Sadar akan tas selempangnya
hilang Laura memutuskan untuk ikut saja dan nanti akan mencari tas
selempangnya itu berada dimana.
Nathan
tersenyum tipis melihat Laura yang sedang bersandar pada pundaknya
setelah duduk di kayu besar. Nathan dan Laura sibuk memperhatikan
beberapa tampilan. Bahkan sesekali Laura dan Nathan bertepuk tangan saat
penampilan bakat telah selesai. Laura saja sampai lupa tentang tas nya
itu.
Sedangkan
Mark kini tengah berjalan ke tengah-tengah. Dekat dengan api unggun.
Mark memeluk gitarnya dan duduk di kursi yang disediakan. Mark sempat
melihat Laura yang melongo karena Mark tidak disangka akan menampilkan
bakatnya.
"Permisi."
Ucap Mark. Keadaan menjadi hening. Semua pasang mata fokus menatap
Mark. Uhh bahkan api unggun tidak menyala terlalu besar akibat angin
malam yang kebetulan berhembus kencang.
Nathan
memutar bola matanya malas. Entahlah Nathan jadi sensi jika melihat
Mark. Padahal Nathan sudah berusaha percaya akan hatinya kalau Laura
hanya untuknya. Laura hanya sayang kepadanya. Namun tiap kali fikiran
positifnya muncul selalu ada fikirann negatif yang mulai melanda.
"Saya
ingin menyanyikan lagu Purpose dari Justin Bieber." Suara riuh tepuk
tangan mulai terdengar. Laura bangkit dari acara sender-menyender di
pundak Nathan. Laura membulatkan matanya. Ini lagu favoritnya.
Feeling like I'm breathing my last breath
F
eeling like I'm walking my last steps
Look at all of these tears I've wept
Look at all the promises that I've kept
Semua murid bertepuk tangan. Bahkan fans dari Mark sampai ada yang berteriak histeris.
I put my heart into your hands
Here's my soul to keep
I let you in with all that I can
You're not hard to reach
And you bless me with the best gift
That I've ever known
You give me purpose
Yeah, you've given me purpose
Mark memejamkan matanya. Menghayati tiap lirik lagu yang diucapkan. Menghayati tiap kali alunan gitar yang mulai terdengar.
Thinking my journey's come to an end
Sending out a farewell to my friends, forever peace
Ask you to forgive me for my sins, oh would you please?
I'm more than grateful for the time we spent, my spirit's at ease.
Sadar akan sesuatu Laura
mulai menitikan air matanya. Bayangan kenangan dahulu nya mulai
terbayang. Dimana Morchelle, orang yang hampir menjadi bagian hidup
Laura telah pergi meninggalkan Laura.
I put my heart into your hands
Learn the lessons you teach
No matter what, wherever I am
You're not hard to reach
And you've given me the best gift
That I've ever known
You give me purpose everyday
You give me purpose in every way
Mark tersenyum kecil. Ia ingat sesuatu. Dimana masa itu, masa yang ia tunggu-tunggu.
Oh, you are my everything...
Oh, you are my everything...
Dan disaat itu juga
harapannya pupus saat kehilangan orang yang sangat ia sayangi. Mark
membayangkan wajah gadis kecil yang dulu menjadi teman baiknya.
I don't know if this is wrong
Because someone else is telling me that it's wrong
But I feel this so let me just like, try my best not to let this happen again
We weren't necessarily put in the best position to make the best decisions.
Lagi, Mark menatap Laura
dalam kejauhan. Nathan yang sadar itu segera merangkul Laura dan
membawa Laura ke dalam pelukannya. Namun dibalik itu Mark hanya bisa
tersenyum tipis kembali.
You can't be hard on yourself
For these were the cards that you were given so you have to understand that these, like...
That's not who you are
You're trying to be the best you can be but that's all you can do
If you don't give it all you got, you're only cheating yourself
Give it all you got
But if it ends up happening, it ends up happening.
That's what it's....that's what's happening with me
It's like God I'm giving it all I got, sometimes
I'm weak and I'm gonna do it, and it's like I'm not giving myself grace
I'm just like understanding, that's just how it is.
Lalu lagu pun berakhir.
Semua murid bangkit dari duduknya dan bertepuk tangan. Sebagian ada yang
sampai terharu mendengar Mark menyanyi penuh penghayatan.
Laura ikut bangkit dan
sedikit memberi tepuk tangan. Nathan menatap Laura dan Nathan
membulatkan matanya saat melihat Laura menangis. Nathan segera menarik
Laura untuk menjauh dari kerumunan.
"Ara kamu kenapa?!." Tanya Nathan panik. Laura tersenyum kecil.
"Sedih aja tadi lagunya." Ucap Laura duduk disebuah batu besar. Lagi, Laura menyembunyikan perasaannya.
"Kenapa sedih?" Tanya
Nathan. Laura menggeleng kecil dan menatap langit. Nathan mengernyitkan
dahi bingung. Tidak mau berdebat dengan perempuan yang sedang PMS Nathan
memilih ikut duduk saja.
"Nath." Panggil Laura.
"Hmm?" Jawab Nathan menatap langit.
"Eumm aku mau tanya tapi
kamu jangan marah yah." Ucap Laura memeluk tubuhnya. Nathan menatap
Laura tepat di manik mata dan tersenyum manis.
"Tunggu, sebelum cerita
pacar aku gak boleh kena angin malem. Nanti sakit." Ucap Nathan menaruh
jaketnya di pundak Laura seakan-akan menyelimuti Laura. Laura tersenyum
manis.
"Bukan pacar deng tapi calon dari anak-anak aku." Ucap Nathan sukses membuat pipi Laura merona merah.
"Makasih Nath." Ucap Laura.
"Sama-sama, so? Mau tanya apa?" Ucap Nathan. Laura mendongakan kepalanya lagi dan menatap ribuan bintang di langit.
Nathan ikut menatap
langit. Menunggu Laura sampai berbicara apa yang ingin dibicarakannya.
Nahan tidak mau memaksa. Lima menit keheningan menguasai keduanya
akhirnya Laura angkat bicara.
"Seandainya aku tiba-tiba dipanggil tuhan gimana?"
TIGA PULUH ENAM
"Nath." Panggil Laura.
"Hmm?" Jawab Nathan menatap langit.
"Eumm aku mau tanya tapi
kamu jangan marah yah." Ucap Laura memeluk tubuhnya. Nathan menatap
Laura tepat di manik mata dan tersenyum manis.
"Tunggu, sebelum cerita
pacar aku gak boleh kena angin malem. Nanti sakit." Ucap Nathan menaruh
jaketnya di pundak Laura seakan-akan menyelimuti Laura. Laura tersenyum
manis.
"Bukan pacar deng tapi calon dari anak-anak aku." Ucap Nathan sukses membuat pipi Laura merona merah.
"Makasih Nath." Ucap Laura.
"Sama-sama, so? Mau tanya apa?" Ucap Nathan. Laura mendongakan kepalanya lagi dan menatap ribuan bintang di langit.
Nathan ikut menatap
langit. Menunggu Laura sampai berbicara apa yang ingin dibicarakannya.
Nahan tidak mau memaksa. Lima menit keheningan menguasai keduanya
akhirnya Laura angkat bicara.
"Seandainya aku
tiba-tiba dipanggil tuhan gimana?" Tanya Laura membuat Nathan segera
menoleh ke arah nya. Laura ikut menatap Nathan dan tersenyum tipis.
"Bercanda nya gak lucu." Ucap Nathan dengan wajah datar. Laura menghembuskan nafasnya dan sedikit memudarkan senyumnya.
"Gimana pun juga semua
akan kembali ke penciptanya bukan?" Ucap Laura. Nathan turun dari batu
besar dan menggenggam erat tangan Laura.
"Please jangan ngomong kaya gitu, Kita pasti bisa sama-sama." Ucap Nathan membuat Laura mau tak mau tersenyum tipis.
"Iyahh." Ucap Laura
turun juga dan berdiri dihadapan Nathan. Wajahnya mendongak hanya
sekedar melihat wajah Nathan. Memang Laura itu sangat pendek. Tingginya
hanya sepundak Nathan.
Nathan menatap manik
mata Laura. Mencari kejujuran di dalamnya. Namun Laura mengalihkan
wajahnya dan menatap yang lain. Nathan menarik dagu Laura dan
mendaratkan bibirnya tepat di bibir tipis Laura. Mata Laura membulat
saat Nathan melakukanya.
Lalu perlahan Nathan menjauhkan wajahnya dan membuka matanya. Laura masih diam tak bergeming. Menatap Nathan penuh tanya.
"Walaupun kamu bukan
yang pertama tapi kamu bakalan jadi yang terakhir Ra." Ucap Nathan.
Laura menitikan satu air matanya. Nathan dengan penuh sayang menghapus
air mata yang sudah jatuh di pipi Laura.
Tiba-tiba saja Laura
mulai merasakan pusing pada kepalanya. Laura lupa meminum obatnya itu.
Biasanya sebelum mimisan Laura akan merasakan sakit yang luar biasa pada
kepalanya. Laura mengerjapkan matanya.
"Ra? Are you okey?" Tanya Nathan terlihat panik. Laura mengangguk lemah.
"Aku ke tenda dulu mau istirahat." Ucap Laura menyentuh hidungnya dan berlalu pergi.
"Ra tunggu." Ucap
Nathan. Tanpa menjawab Nathan, Laura masuk kedalam tendanya. Laura
mengobrak-abrik isi tasnya. Mencari dimana letak obat yang ia simpan
itu. Laura menghentikan tangannya yang sibuk mencari obatnya. Laura
ingat sesuatu, obatnya berada di tas selempangnya yang hilang.
Laura meraih sapu
tangannya dan menutupi hidungnya. Suatu benda yang jatuh membuat Laura
menghentikan langkahnya yang ingin keluar tenda. Laura meraih benda itu
dan mata Laura membulat saat melihat kalung yang lama hilang berada di
hadapan nya sekarang. Ternyata kalung itu terselip di tas ini. Tas
dimana Laura terakhir kali memakainya semenjak kejadian tragis itu.
Laura menyentuh
kepalanya yang semakin pusing. Semua memori lamanya kembali memutar pada
otaknya. Laura meringis sakit dan menjambak rambutnya. Laura bersyukur
anak-anak masih berada di luar tenda meramaikan acara dan tidak melihat
keadaan Laura sekarang.
FLASHBACK ON
Morchelle :
Aku tunggu di taman biasa.
Laura
menggigit jarinya dan tersenyum senang. Yaa, Morchelle adalah sahabat
semasa kecil Laura. Satu sekolah juga. Bahkan sampai kelas satu SMA ini
mereka masih bersama-sama.
Jarak
rumah yang lumayan jauh tidak menghalangi Morchelle untuk bertemu
dengan Laura. Laura juga sudah lama jatuh cinta dengannya. Karena
perhatiannya dan kasih sayang Morchelle berikan kepada Laura.
Laura
bersyukur Allah mempertemukan mereka berdua. Laura yakin bahwa suatu
saat Laura akan bersama dengannya. Yaa, melewati masa sulit dan senang
bersama. Laura yakin bahwa Morchelle pasti akan memiliki perasaan yang
sama.
Bukan sekedar teman ataupun sahabat.
Dengan
cepat Laura menganti baju tidurnya menjadi baju biasa untuk
berjalan-jalan. Morchelle sudah berjanji mengajaknya jalan-jalan malam
ini.
Dengan
langkah mantap Laura menuruni anak tangga rumahnya. Membuka pintu
rumahnya dan menuju taman dekat rumahnya. Ohh Laura juga akan memberi
tau Morchelle kalau setelah kenaikan kelas Laura akan berpindah ke
Indonesia. Ayahnya dipindah kerjakan kesana jadi mau tak mau Laura harus
ikut.
Laura
melupakan hal itu dulu. Laura mengembangkan senyumnya saat didepan
matanya sudah ada Morchelle yang berdiri memunggunginya. Dengan
hati-hati Laura menghampirinya. Laura memeluk Morchelle secara
tiba-tiba. Tubuh Morchelle menegang dan selanjutnya kembali biasa.
"Kamu masih suka iseng yah." Ucap Morchelle berbalik badan dan menatap Laura.
"Kalo gak iseng dan gak pecicilan bukan Laura namanya." Ucap Laura bangga. Morchelle hanya mengacak rambutnya pelan.
"Ra,
hari ini kita gak pergi kemana-mana dulu. Acara jalan-jalan nya kita
tunda besok. Aku nyuruh kamu kesini karna aku mau ngomong sesuatu." Ucap
Morchelle dengan wajah serius. Namun Laura dengan sifat overaktifnya
tidak bisa menjadi lebih serius.
"Dengerin
ini." Ucap Morchelle. Laura mengangguk dan mengikuti kemana Morchelle
pergi. Morchelle duduk dibangku taman dan meraih gitar yang sudah
disiapkan nya sebelum Laura datang kesini tadi. Laura duduk di sebelah
Morchelle dan mengayunkan kedua kakinya. Suara petikan gitar mulai
terdengar.
Saying I love you,
Is not the words,
I want to hear from you,
It's not that I want you,
Not to say but if you only knew,
How easy,
it would be to show me how you feel,
More than words,
is all you have to do,
to make it real,
Then you wouldn't have to say,
that you love me,
Cause I'd already know,
Mata Laura membulat. Laura tersentuh akan suara dan kejutan dari Morchelle.
What would you do,
if my heart was torn in two,
More than words to show you feel,
That your love for me is real,
What would you say,
if I took those words away,
Morchelle menatap Laura tepat dimanik matanya. Laura mulai menangis bahagia.
Then you couldn't make things new,
Just by saying I love you,
It's more than words,
It's more than what you say,
It's the things you do,
oh yeah,
It's more than words,
It's more than what you say,
It's the things you do,
oh yeah,
Now that I've tried to,
talk to you and make you understand,
All you have to do,
is close your eyes,
And just reach out your hands,
and touch me,
Hold me close don't ever let me go,
More than words,
is all I ever needed you to show,
Then you wouldn't have to say,
that you love me,
Cause I'd already know,
What would you do,
if my heart was torn in two,
More than words to show you feel,
That your love for me is real,
What would you say,
if I took those words away,
Then you couldn't make things new,(no no)
Just by saying I love you.....
Morchelle menaruh gitarnya tepat disampingnya. Lalu menghapus air mata Laura. Menatap manik mata gadis yang ia cintai.
"Laura,
tanpa aku atau gak ada aku kamu harus jaga senyum kamu. Tetap jadi
Laura yang dulu. Laura yang semangat dan gak bisa diem kaya gini." Ucap
Morchelle mencubit hidung Laura dengan gemas.
"Ihhh orang lagi terharu juga." Ucap Laura mengerucutkan bibirnya kesal.
"Inget
tetap jadi kamu yang apa adanya. Kamu yang sederhana tanpa meniru gaya
orang lain. Tetep jadi kamu yang kuat akan omongan orang atau nilaian
orang lain terhadap kamu. Tetep jadi diri kamu sendiri." Ucap Morchelle
mengelus rambut Laura penuh sayang.
"Satu
lagi, sebelum kamu mencintai seseorang kamu harus mencintai diri kamu
lebih dulu." Ucap Morchelle Laura semakin terisak dengan tangisnya.
Laura memeluk Morchelle erat.
"Tapi aku ada kabar buruk untuk kita." Ucap Laura disela-sela tangisnya.
"Apapun kabar itu aku siap dengernya." Ucap Morchelle mengelus kepala Laura.
"Aku
harus pergi, ke Indonesia. Ayah berpindah tugas disana dan aku harus
ikut." Ucap Laura memejamkan matanya. Laura nyaman berada dalam dekapan
Morchelle.
"Aku akan tunggu kamu." Ucap Morchelle tenang.
"Aku akan menunggu kamu kembali". Sambungnya.
"But..."
"Karena
cinta tau kemana dia harus pulang." Bisik Morchelle menahan sakit yang
mulai menohok hatinya. Morchelle sebenarnya terkejut dengan berita ini
namun Morchelle menanggapinya dengan tenang.
"Aku
gak minta kamu jadi pacar aku. Aku cuma mau kamu selalu ada di hati
aku, begitupun aku yang ada dihati kamu. Aku gak mau minta kamu jadi
pacar aku karna aku mau langsung denger ucapan sah dari para saksi nikahan kita nanti." Ucap Morchelle membuat Laura malu. Wajahnya memanas.
"Ihhh aku malu tau digodain." Ucap Laura memukul lengan Morchelle.
"I will marry you after you come back here again." Bisik Morchelle. Laura mengangguk mantap.
"I promises for you to come back again." Jawab Laura. Tiba-tiba saja ponsel di handphone Morchelle berbunyi.
Mark :
Abang, nyokap udah balik dari England dan lo dicariin nih gue bete diceramahin gara-gara baru balik malem gini. cepat pulang!
Morchelle tertawa kecil akan tingkah adik satu-satunya itu. Lalu Morchelle melepas dekapannya.
"Aku
harus pulang, aku punya hadiah kalung untuk kamu. Liat dan pake kalung
ini kalo kamu kangen sama aku." Ucap Morchelle memberi kotak hitam.
Laura mengambilnya dengan perlahan dan dibuka nya kotak hitam itu.
"Astaga ini.... "
"Suka? aku seneng kalo kamu suka, Dirumah nanti dipake ya." Ucap Morchelle. Laura mengangguk antusias.
"Yaudah yuk pulang." Ucap Morchelle. Laura mengangguk dan menyatukan jari-jemarinya dengan jari tangan Morchelle.
"Eumm aku jalan aja deh kan deket dari sini." Ucap Laura.
"Tapi bahaya kamu kan-----"
"Cewe? Aku gak pa-pa serius. Lagian aku kan lewat jalan raya dulu." Ucap Laura.
"Gak kamu harus pulang sama aku naik mob---"
"Ihh
kan beda arah. Kamu ke kanan, aku ke kiri, nurut aja sih sama aku atau
aku marah nih." Ancam Laura membuat Morchelle pasrah.
"Iya
iya, hati-hati ya?" Ucap Morchelle. Laura mengangguk dan berlalu pergi.
Selama perjalanan Laura melihat kalung nya yang sudah berada di
genggamannya. Berulang kali Laura tersenyum sendiri dan tidak
memperhatikan jalan. Sampai Laura tidak sadar bahwa langkah kakinya
sudah membawanya hampir ketengah jalan.
TIN TIN!!!
"Laura
Awass!!!!" Teriak Morchelle. Laura membulatkan matanya. Laura merasa
bahwa tubuhnya terlempar. Badannya sangat sakit. Matanya mulai buram.
Laura melihat ke arah kanannya dan melihat Morchelle yang sudah
tergeletak di depan mobil dengan penuh darah. Tangannya berusaha
mengambil kalung pemberian nya untuk Laura. Nafas Laura sangat sesak.
"Morc----Morchelle."
Ucap Laura susah payah. Semua orang mulai berkerumun. Saat tubuh Laura
terasa diangkat seseorang Laura melihat Morchelle sudah menutup matanya
juga saat tubuhnya diangkat.
Lalu semua menghitam.
FLASHBACK OFF!
"MORCHELLE!!" Teriak Laura sadar dari pingsan nya. Yaa, tadi Laura sempat pingsan saat menemukan kalung yang lama dimilikinya.
"Lo sadar?" Ucap Raflly.
"Gu---gue kenapa?" Ucap Laura.
"Kamu
istirahat ya sayang dokter sebentar lagi periksa kamu." Ucap Nathan
panik. Laura melihat di luar tenda Mark sedang berdiri menatapnya.
Tangannya terlipat di depan dadanya. Mata itu menatap mata Laura
terang-terangan.
Mimpi itu datang lagi. Batin Laura lalu memejamkan matanya.
TIGA PULUH TUJUH
Mark POV
Aku
menatapnya dari luar. Laura sedang diperiksa dokter dengan mata
terpejam. Semua nampak panik saat melihat Laura yang sudah tergelatak
tak sadarkan diri penuh darah disekitar wajahnya.
Aku
tau penyakitnya. Kalian pasti bertanya-tanya siapa aku? Aku adalah adik
kandung dari Morchelle. Kakak ku yang lama meninggal karena kecelakaan
waktu itu.
Morchelle
sempat berpesan padaku agar menjaga Laura jika ia tidak ada. Aku sempat
berfikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Sedangkan Morchelle bukan
tipe lelaki yang mudah menyerah.
Dengan
langkah pelan aku kembali menuju tenda. Mumpung belum ada yang ke tenda
aku ingin memastikan apakah benar itu tas milik Laura. Perlahan aku
masuk kedalam tendaku dan mengambil tas selempang kecil milik seseorang
ini.
Kulihat
isinya barang-barang penting. Mataku membulat saat ada buku kecil
tergeletak didalam nya. Berniat mencari tau siapa pemilik tas ini aku
mengambil buku kecil itu dan membukanya. Sebenarnya aku sudah menemukan
ukiran kecil disudut tas dan tulisan itu bernama Laura. Namun bisa saja
ini punya orang lain bukan?
Kubuka
lembar bukunya dibagian utama. Dan benar saja ini milik Laura.
Dihalaman pertama tertulis nama dengan tulisan yang rapih.
Laura Vagitcon
Kubuka
lembar kedua buku ini. Oh jangan salahkan aku yang memiliki sifat ingin
tau dan jika tidak mengetahuinya maka aku akan berusaha sampai aku
mengetahuinya.
Happy day..
Hari
ini aku akan menghabiskan waktu bersama Morchelle. Yap! Orang yang
selama ini membuat hati aku jadi gak karuan. Kalian harus tau Morchelle
bukan seperti lelaki yang hanya bisa memberi harapan palsu atau hanya
menggantungkan hubungan dengan kekasihnya. Morchelle tidak seperti itu.
Morchelle
pernah bilang, untuk apa kita harus pacaran? Jika nantinya salah satu
akan tersakiti? Aku hanya ingin memiliki kamu seutuhnya. Bukan hanya
sementara dan pamer bahwa kamu pacar aku.
Kira-kira
kaya gitu ucapannya waktu itu. Ahh aku seneng banget bisa kenal sama
dia. Dia baik dan dia dewasa. Ahh! Udah jam 9 aku telat! Hari ini aku
mau pergi sama dia so? Udah dulu ya Bye!
Aku
tersenyum kecil saat membacanya. Aku jadi teringat Laura yang dulu.
Laura yang tidak bisa diam. Laura yang suka berlari ke sana kemari jika
sedang senang. Kubuka halaman terakhir yang berada dibuku ini.
Morchelle...
Mana janji lo buat miliki gue seutuhnya? Mana omongan lo yang bakal nuntun gue ke acara pernikahan kita nanti?
Kenapa lo harus selamatin gue? kenapa Morchelle!! Gue belum siap kehilangan lo. Lo gak tau gimana rasanya jadi gue sekarang.
Gue sepi...
Gue ngerasa gue hancur...
Gue ngerasa, gue hampa tanpa lo...
Please
Morchelle balik lagi disini. Disamping gue. Kita jalanin hari-hari kita
sama-sama lagi. Kita ketawa sama-sama lagi. Kita nangis sama-sama di
saat masalah seenaknya lewat di hidup kita.
Morchelle,
gue masih gak bisa nerima kenyataan kalo lo harus pergi. Gue ngerasa
gue salah banget waktu itu gak nurutin apa kata lo. Gue mau ulang waktu
kita please. Please gue gak bisa tanpa lo. Gue kehilangan keceriaan gue
sekarang. Gue kehilangan senyum gue.
Mataku membulat saat di lembar selanjutnya terdapat warna merah terang seperti air.
Ini
darah mimisan gue Chelle. Lo bilang gue harus jaga kesehatan. Tapi
tanpa lo gue gak bisa jaga kesehatan gue sendiri. Gue mau ikut sama lo
aja Chelle. Gue mau sama lo aja disana.
Karna kamu yang telah mengisi warna di kehidupan aku, jadi please jangan pergi.
Air
mataku meluap begitu saja. Kuhapus air mataku secara perlahan. Aku
terkejut dengan perasaan Laura yang sudah sepenuhnya untuk kakak ku
sendiri. Ku taruh buku kecil itu dan mataku kembali membulat saat
didalam tas Laura ada sekotak obat berisi pil kecil.
"Oh
shit." Ucapku yang langsung keluar tenda. Aku kembali terkejut saat
tubuh Laura sudah digendong Nathan diikuti guruku lainnya. Semua nampak
panik dan berlari kesana kemari. Bahkan sampai ada yang sudah kembali
melipat tenda mereka.
"Mark! Kita hari ini pulang. Laura sakit parah!" Ucap Jacob sahabatku.
"Laura mau dibawa kemana?" Tanyaku tidak kalah panik.
"Kerumah
sakit terdekat. Kita hari ini dipulangkan. Ayo mark cepet!" Dengan
gelisah aku kembali ke tenda dan merapihkan barang-barangku.
Nathan POV
Aku
sekarang sudah berada di mobil pribadi Gilang. Yaa, tadi Gilang sudah
menelfon penyuruh nya agar membawa mobil pribadinya kesini. Gilang
sedang menyetir mobil dengan Angel duduk didepan. Rafly dan Fellu duduk
di paling belakang dan aku yang berada ditengah.
Laura
terus saja meringis sakit akan kepalanya. Aku mengelus kepala Laura
yang berada di pangkuanku. Air mataku sudah mengalir sejak tadi.
"Laura kamu kuat." Ucapku. Bahkan Fellu dan Angel juga sudah terisak dalam tangisnya.
"Nath, aku gak pa-pa." Ucap Laura susah payah dengan mata yang sedikit terpejam.
"Gak Ra kamu harus kita bawa kerumah sakit." Ucapku menghapus air matanya yang sudah mulai jatuh.
"Maafin aku Nath." Ucap Laura memejamkan matanya.
"Enggak Ra! Ra kamu harus bangun. Lang cepet dong!!!" Bentakku. Gilang menambah kecepatan laju mobilnya.
"Raa lo pasti baik-baik aja Ra please." Ucap Fellu terlihat panik. Kupeluk tubuhnya.
"Kamu kuat Ra." Ucapku dengan isak tangis ku.
Tak
lamanya kami sampai dirumah sakit yang tidak jauh dari tempat tinggal
kami. Dengan cepat Gilang dan Angel memanggil suster didalam. Fellu dan
Rafly ikut turun. Membantuku menggendong Laura.
"SUS
LEBIH CEPET DIKIT!!!!" Bentak Gilang membantu suster mendorong tempat
tidur dorong agar lebih cepat. Aku membaringkan tubuh Laura diatasnya.
Dengan langkah cepat aku ikut membantu mendorong kasur dorong ini
kedalam.
Suster
memasang alat bantu oksigen pada hidung Laura. Laura terlihat lebih
mudah bernafas dari sebelumnya. Semua nampak panik disini. Isak tangis
kami memenuhi lorong rumah sakit ini. Tidak peduli dengan tatapan orang
lain yang berada disini.
"Maaf tapi kalian harus menunggu diluar." Ucap suster dengan dokter yang sudah datang.
"Pastiin Laura selamat dok." Ucapku sebelum pintu tertutup. Laura pun dibawa masuk kedalam ruang rawat.
Aku
mengusap wajahku frustasi. Fellu dan Angel sudah duduk diruang tunggu.
Menangis penuh isak karna sahabatnya sudah berada didalam ruang rawat.
Entah kenapa hatiku seperti ter-iris kecil-kecil. Aku bingung. Sebenarnya Laura sakit apa? Kenapa dia tidak ingin memberi tauku?
"Nath
mending lo kabarin orang tua lo dan orang tua Laura kalo Laura ada
dirumah sakit ini." Ucap Gilang. Aku mengangguk dan segera memberi tau
keluarga ku dan keluarga Laura.
"Lo kuat Nath kita cuma bisa doa disini kalo Laura bakalan gak pa-pa." Ucap Rafly.
"Gue cuma bingung kenapa Laura gak ngasih tau gue apa penyakitnya." Ucapku dengan deraian air mataku. Hatiku sesak sekali.
"Kita akan tau setelah dokter keluar dari ruang rawat." Ucap Gilang membuatku pasrah dan duduk di ruang tunggu.
Semoga kamu gak pa-pa Ra, aku nunggu kamu disini. Inget janji aku Ra untuk milikin kamu seutuhnya.
Author POV
Nathan
berjalan bolak-balik didepan pintu ruangan. Fellu dan Angel masih lelah
dengan isak tangisnya tadi. Rafly dan Gilang hanya bisa menatap Nathan
penuh belas kasian. Gilang dan Rafly sudah membujuk Nathan agar
menghentikannya namun Nathan mengatakan bahwa hatinya sangat tidak
tenang sekarang.
Berbeda
dengan dokter yang berada didalam. Dokter sedang merapihkan beberapa
alat yang tadi sudah digunakan. Suster sangat terkejut saat Laura sudah
sadar lebih cepat dari yang diduga. Yaa, pemeriksaan kondisi Laura sudah
selesai.
"Dok pasien sadar!" Ucap suster membuat Dokter kembali kearah Laura.
"Laura apa ada rasa sakit?" Tanya dokter Laura menggeleng pelan. Dokter mengecek detak jantung Laura.
"Hanya sakit kepala dok." Ucap Laura susah payah.
"Apakah
kamu lupa meminum obat yang sudah diberikan?" Tanya Dokter yaa,
kebetulan rumah sakit ini rumah sakit yang sering dihampiri Laura saat
periksa.
"Obatnya hilang dok." Ucap Laura. Dokter menggeleng pelan.
"Kalau begitu biar saya beritahu orang yang berada diluar sekarang dan menyiapkan obat untukmu." Ucap Dokter hendak pergi
"Tunggu dok!" Teriak Laura. Suster yang tadinya ingin membuka pintu kembali mengurungkan niatnya.
"Ada apa?" Tanya Dokter.
"Tolong
bantu saya dok, jangan beritahu apa penyakit saya yang sebenarnya
kepada teman-teman saya. Saya hanya ingin keluarga saya saja yang tau.
Saya mohon dok tolong beritahu mereka bahwa saya hanya kelelahan. Dan
beritahu juga bahwa saya masih tidak sadarkan diri dan butuh
istirahat." Ucap Laura panjang lebar.
"Tapi lebih baik mereka tau agar mereka bisa mengawasimu." Ucap Dokter.
"Saya mohon dok. Saya tidak ingin mereka kehilangan kebahagiaan mereka seperti ku."
TIGA PULUH DELAPAN
"Dok pasien sadar!" Ucap suster membuat Dokter kembali kearah Laura.
"Laura apa ada rasa sakit?" Tanya dokter Laura menggeleng pelan. Dokter mengecek detak jantung Laura.
"Hanya sakit kepala dok." Ucap Laura susah payah.
"Apakah
kamu lupa meminum obat yang sudah diberikan?" Tanya Dokter yaa,
kebetulan rumah sakit ini rumah sakit yang sering dihampiri Laura saat
periksa.
"Obatnya hilang dok." Ucap Laura. Dokter menggeleng pelan.
"Kalau begitu biar saya beritahu orang yang berada diluar sekarang dan menyiapkan obat untukmu." Ucap Dokter hendak pergi
"Tunggu dok!" Teriak Laura. Suster yang tadinya ingin membuka pintu kembali mengurungkan niatnya.
"Ada apa?" Tanya Dokter.
"Tolong
bantu saya dok, jangan beritahu apa penyakit saya yang sebenarnya
kepada teman-teman saya. Saya hanya ingin keluarga saya saja yang tau.
Saya mohon dok tolong beritahu mereka bahwa saya hanya kelelahan. Dan
beritahu juga bahwa saya masih tidak sadarkan diri dan butuh istirahat."
Ucap Laura panjang lebar.
"Tapi lebih baik mereka tau agar mereka bisa mengawasimu." Ucap Dokter.
"Saya
mohon dok. Saya tidak ingin mereka kehilangan kebahagiaan mereka
seperti ku." Ucap Laura dengan wajah sedih. Dokter menatap suster.
"Baik
lah jika itu mau anda tapi anda harus ingat. Dimana sebuah kebohongan
mulai terungkit maka disitu ada letak batas kebohongan itu tersimpan.
Intinya kebohongan itu akan terungkap dimasa yang akan datang walaupun
bukan sekarang." Ucap dokter membuat Laura terdiam.
"Saya
permisi kalau begitu." Ucap dokter. Laura mengangguk dan mengambil
posisi. Seperti orang yang belum sadar sepenuhnya. Sebenarnya Laura saja
sudah merasakan kepalanya yang kembali mulai pusing.
Samar-samar
Laura mendengar pintu ruangan nya yang terbuka. Suara derap langkah
kaki masuk kedalam. Laura menahan kuat-kuat hatinya agar tidak menangis.
"Ra cepet sembuh." Ucap Fellu yang bersandar di pundak Angel. Angel mengusap pundak Fellu agar Fellu lebih tenang.
"Jaga
kesehatan Ra makanya. Kalo sakit harusnya lo bilang dan gak mendem
sendiri." Kali ini Rafly angkat bicara. Laura berusaha menetralkan
nafasnya.
Hening. Hanya suara pendeteksi detak jantung memenuhi ruangan ini.
"Gue
heran. Kalo lo gak pa-pa harusnya lo udah sadar sekarang." Ucap Nathan.
Jantung Laura berdetak cepat. Laura rindu suara Nathan yang selalu
menyapa nya. Laura rindu melihat wajah Nathan.
"Nath kita pamit dulu. Besok kan pengumuman kelulusan sekolah. Kita harus dateng pagi." Ucap Gilang. Nathan mengangguk.
"Tolong izinin gue ya. Gue gak hadir dulu." Ucap Nathan membuat Laura sedikit terkejut.
"Yaudah, lo juga jaga kesehatan Nath. Kalo lo sakit juga masalah gak akan selesai." Ucap Angel. Nathan kembali mengangguk.
"Makasih perhatian kalian." Ucap Nathan mengambil kursi dan duduk disamping kasur Laura.
"Hati-hati." Ucap Nathan saat Angel, Rafly, Gilang dan Fellu keluar.
Hening.
Nathan
menatap wajah Laura dalam diam. Entah kenapa hati Nathan ter-iris sakit
melihat Laura tidur tenang diatas kasur rumah sakit.
Rasanya
Nathan ingin menggantikan posisi Laura disana. Oh Nathan juga bingung
bagaimana perasaannya bisa muncul begitu saja dan menemui hati Laura.
Tanpa
mengatakan apapun Nathan memeluk Laura. Menenggelamkan wajahnya pada
tengkuk leher Laura. Laura merasakan jantungnya ingin lepas sekarang
juga. Ini terlalu tiba-tiba.
"Nath--"
"Bentar aja Ra. Please".
Nathan
jadi teringat pertama kali Nathan ke rumahnya. Dimana Nathan pertama
kalinya memeluk Laura akan masalahnya. Perlahan tangan Nathan terulur
untuk mengelus pipinya.
"Bangun Ra gue kangen ditinggal lo. Padahal cuma bentaran ya?" Ucap Nathan tersenyum kecil.
Miko sudah membawa Laura pergi duluan menerobos hujan dengan satu jaket yang menutupi keduanya.
JDUARR!!!
Petir mulai saling menyambar. Nathan melihat Laura mengeratkan dekapannya pada tubuhnya sendiri.
Nathan masih diam di tempat, menatap keduanya pergi. Tidak bergeming dan tidak mau memanggil juga.
"Ck gue telat".
Nathan
kembali teringat, dimana Nathan membatalkan acara bertemunya dengan
Laura dicafe karena Bila. Nathan ingat, setelah Bila pulang Nathan
nampak resah dengan hatinya. Ohh bahkan di sana Nathan sudah mencari
Laura dan Nathan datang terlambat karena Miko sudah membawanya pergi.
Nathan juga bingung. Kemana sekarang perginya Miko?
"Kadang sikap gue
yang gak bisa diem bisa romantis juga yah haha. Tapi aneh gak sih kalo
cewek yang kaya gini?. Ada juga dimana-mana cowok tau yang kaya gini".
Omel Laura kepada Nathan yang tertidur lelap. Laura yakin Nathan tidak
akan mendengarnya.
"Sweet Dream Nath". Ucap Laura lalu kembali melajukan mobilnya menuju rumahnya.
Diam-diam Nathan mengembangkan senyumnya.
Nathan belum tidur.
Lagi, Nathan mengingat
kenangan lamanya. Disana Laura yang menyetir mobil Nathan karena Nathan
demam menunggu Laura yang sedang berada di apartemen Miko sampai tengah
malam. Nathan tidak sempat mengganti bajunya dan tidak ada niatan untuk
pulang. Nathan masih ingin menunggu. Dan Nathan terkejut dengan omongan
Laura saat itu. Nathan sedang berpura-pura tidur dan tak sengaja
mendengarnya. Tiba-tiba saja senyuman lebar terukir dibibir Laura.
Nathan menggeleng kecil.
CUPP!
Sesuatu yang hangat dan lembut mendarat sempurna dikening Laura. Laura membulatkan matanya tak percaya.
Barusan...
"Cepet sembuh buat
keningnya". Ucap Nathan dengan senyum tulusnya. Nathan kembali masuk
kedalam mobilnya dan mengendarai mobilnya menuju kembali pulang
kerumahnya.
Nathan mencium kening Laura....
Nathan sadar sekarang.
Dimana cintanya mulai datang secara perlahan. Yaaa, waktu itu saat
Nathan ingin pulang kerumahnya dari rumah Laura, Nathan menatap mata
Laura terang-terangan. Membuat Laura sampai terbentur mobil Nathan. Saat
itu Nathan mencium kening Laura.
Ahhh, Nathan ingin fokus sekarang dengan Laura. Nathan menatap Laura yang sedang lelap dalam tidurnya.
"Raa lo sakit apa sih? Gak mungkin kan lo sakit biasa aja sampe sekarang lo belum sadar juga." Ucap Nathan kesal.
"Gue jagain lo disini
deh." Ucap Nathan menyandarkan punggungnya pada kursi. Menunggu sampai
Laura sadar. Tak lamanya Nathan malah tertidur dalam posisi duduk dengan
tangan terlipat di depan dadanya. Kepalanya mendongak keatas.
Laura membuka matanya
secara perlahan. Mengintip Nathan yang sudah tertidur lelap. Laura
tersenyum tipis dan sedikit bangkit dari duduknya. Namun saat Laura
hampir duduk Nathan mengubah posisinya membuat Laura sedikit terkejut
dan kembali tertidur. Namun dugaan nya salah Nathan hanya mengubah
posisinya. Laura menghembuskan nafas lega.
Laura kembali menatap
Nathan dalam tidur. Laura bangkit dari tidurnya dan menyelimuti tubuh
Nathan dengan jaket Nathan. Laura tersenyum kecil. Tak sadar air matanya
kembali jatuh.
"Kenapa cinta kita datang terlambat Nath?" Gumam Laura duduk meringkuk. Dan menangis dalam ringkukannya.
****
"Nath
lo lulus!! Laura juga anjir nilai dia paling bagus seangkatan." Ucap
Fellu girang. Bunda Laura hanya tersenyum dan bersyukur. Yaa, bunda dan
Ayah Laura sudah datang tadi subuh dari Amerika. Bahkan tidak sempat
kerumahnya dulu.
"Kalo Laura denger pasti dia seneng banget." Ucap Ayah Laura mengelus kepala Laura dan mencium keningnya.
"Iya om." Ucap Nathan tersenyum kecil.
"Nathan,
lebih baik kamu pulang dulu. Bersihkan badan kamu dan jaga kesehatan
kamu." Ucap Bunda Laura yang sudah tau Nathan memiliki hubungan bersama
Laura.
"Nathan
masih mau disini Tante. Nathan mau minta restu buat ke depannya nanti
kalau Laura sudah sadar dan sehat." Ucap Nathan. Yaa, Ayah dan Bunda
Laura juga tau kalau Laura akan dilamar nanti setelah Laura kembali
sehat.
"Tapi Nathan kamu harus jaga kesehatan kamu juga." Ucap Bunda Laura.
"Maaf
tante tapi Nathan emang batu orangnya." Ucap Fellu kesal. Yaa, Angel,
Rafly dan Gilang tidak bisa hadir karena masih ada urusan disekolah.
"Yaudah
kalo gitu Tante sama Om nitip Laura dulu ya. Tante belum pulang
kerumah. Tante mau beres-beres rumah dulu dan nanti kembali kesini
lagi." Ucap Bunda Laura beranjak pergi. Nathan mengangguk dan mencium
punggung tangan Bunda Laura beserta Ayahnya.
"Hati-hati om, tante." Ucap Nathan dan Fellu bersamaan.
Namun
tak lamanya Bunda dan Ayah Laura pergi----tubuh Laura terlihat
kejang-kejang. Nathan membulatkan matanya dan berlari masuk kedalam.
"Ra!
Ra lo kenapa?!" Ucap Nathan menepuk pipi Laura. Fellu juga terlihat
panik. Dengan cepat Fellu menekan tombol pemanggil dokter.
"Ra please lo kenapa?!". Ucap Nathan. Tak sadar air mata Fellu dan Nathan mengalir. Dokter tak lamanya datang.
Sebenarnya
Laura sejak malam tidak tidur. Hanya memejamkan matanya. Dokter juga
menganjurkan agar Laura meminum obatnya. Namun Laura tidak ingin
meminumnya. Laura membiarkan obatnya tergeletak dibawah bantalnya. Yaa,
dokternya semalam datang ke kamar Laura secara diam-diam. Mengetahui
Nathan yang sedang tertidur Laura menekan tombol pemanggil dokter dan
dokter semalam memberi Laura obatnya.
Lagi ku jelaskan, Laura tidak ingin meminumnya.
"Maaf
tapi pasien harus segera diperiksa sekarang. Mohon keluar dari
ruangan." Ucap suster. Nathan yang tadinya memberontak agar tetap
menetap akhirnya mengalah juga.
"Ra
please, jangan tinggalin gue." Ucap Nathan dengan deraian air matanya.
Namun Nathan kembali kaget saat tubuh Fellu sudah ambruk didepannya.
Fellu terlihat lelah. Dan dengan segera Nathan membawa Fellu ke ruang
tunggu.
"Please kembali ke dekapan gue." Batin Nathan masih berdoa untuk Laura.
TIGA PULUH SEMBILAN
Dokter nampak sibuk
dengan pemeriksaan yang berlangsung. Dokter terlihat lelah saat
pemeriksaan berlangsung, tubuh Laura semakin lemah dan banyak
mengeluarkan darah melalui hidungnya.
Sedangkan yang lain
masih duduk cemas diruang tunggu. Fellu sudah sadar dan sedang
ditenangkan oleh Rafly. Angel dan Gilang tidak bisa hadir karena harus
mencari universitas diluar negri.
Bunda dan Ayah Laura
sama paniknya. Bahkan orang tua Nathan ikut hadir. Nathalia dan Nathen
sedang duduk menatap Nathan yang terlihat frustasi. Sejak tadi hanya
berjalan kesana-kemari dan terkadang menyandarkan tubuhnya pada tembok
walau hanya sebentar.
Mata Fellu mulai
bengkak. Fellu tidak kuasa menahan tangis nya. Bagi Fellu Laura adalah
teman sekaligus keluarga untuknya. Semua nampak lelah menunggu tidak
terkecuali Nathan. Nathan masih sibuk memeriksa jendela yang walaupun
ditutup gorden dari dalam. Berharap dokter segera keluar.
Tak lamanya pintu
ruangan terbuka. Semuanya langsung berdiri dan terkejut melihat Laura
yang sedang dibawa keluar menggunakan kasur dorong rumah sakit.
"Dok ada apa dengan
Laura?" Tanya Nathan panik. Nathan langsung menyamai langkah nya dengan
gerakan suster beserta dokter yang sangat cepat membawa Laura.
"Pasien harus dipindahkan ke ruang ICU. Kondisi pasien sangat lemah sekarang." Ucap Dokter.
"Dok apa anak saya akan
baik-baik saja?" Tanya Bunda Laura yang sudah menangis penuh isak. Semua
nampak terkejut melihat baju rumah sakit yang melekat pada tubuh Laura
penuh darah.
"Kami akan berusaha semampu kita." Ucap Dokter. Saat sampai diruang ICU dan membawa Laura masuk.
BLAM!
pintu ruangan pun
tertutup Nathan diam mematung didepan pintu. Pandangannya kosong menatap
pintu ICU. Berharap bahwa gadisnya akan segera sembuh dan berdiri
didepannya megatakan bahwa ia benar-benar sembuh.
"Nath kita sholat
sama-sama, doa untuk Laura." Ucap Ayah Laura dengan wajah sangat lelah.
Nathan mengangguk lemah dan mengikuti yang lain menuju Musholla.
4 jam kemudian
Nathan masih duduk diruang tunggu. Bersama dengan kedua orang tua Laura. Dan juga keluarganya.
"Nath, Bunda pulang yah. Kasian Nathen udah kecapean." Ucap Crystall. Nathan mengangguk lemah.
"Nathen sayang sama abang. Jadi abang jaga kesehatan juga ya." ucap Nathen menepuk pundak Nathan.
"Makasih de." Ucap Nathan.
"Jaga
kesehatan Nath. Kalo Laura udah sembuh terus liat lo sakit kasian dia
nanti." Ucap Nabilah memeluk Nathan. Crystall dan Ferro hanya menatap
kedua anaknya penuh haru.
"Iya kak gue bakal jaga kesehatan buat Laura." Ucap Nathan yang terlihat sama lelahnya.
"Kalau
gitu kami pamit pulang." Ucap Ferro berpamitan dengan keluarga Laura.
Setelah berpamitan dan berlalu pergi Nathan menyandarkan tubuhnya pada
punggung kursi.
"Nathan
makan dulu nak. Kamu belum makan sejak pagi." Ucap Bunda Laura. Nathan
mengangguk dan memakan nasi uduk yang dibeli orang tua Laura.
Seperti perkataan tadi Nathan akan menjaga kesehatannya untuk Laura.
Pintu
ruangan pun terbuka. Nathan menaruh nasi uduk nya begitu saja
disampingnya. Dengan cepat Nathan beserta Ayah dan Ibunda Laura
menghampiri dokter itu. Nathalia pun ikut menghampiri dokter.
"Bagaimana dengan keadaan Laura dok?" Tanya Nathan cemas.
"Laura
baik-baik saja, kondisinya sudah kembali stabil. Laura butuh waktu
istirahat lebih dulu. Besok kalian baru bisa masuk kedalam." Ucap
Dokter. Nathan dan yang lainnya menghembuskan nafas lega.
"Terima kasih dok atas bantuannya." Ucap Ayah Laura berterima kasih.
"Saya hanya membantu. Urusan selamat atau tidaknya pasien itu urusan yang kehendak." Ucap Dokter.
"Saya
permisi." Bunda dan Ayah Laura mengangguk. Senyum di keduanya
mengembang. Bersyukur akan anaknya yang kembali stabil keadaannya.
"Nathan kamu bisa pulang lebih dulu, membersihkan badan mu dulu." Ucap Ayah Laura.
"Tapi gimana sama Laura om?" Tanya Nathan.
"Laura biar kami yang menjaga kamu bisa istirahat dirumah." Ucap Bunda Laura. Nathalia mengangangguk setuju.
"Kayanya kakak juga udah keliatan cape banget." Ucap Nathalia.
"Nanti Nathan balik lagi kesini biar Tante, Om sama Nathalia bisa istirahat dirumah." Ucap Nathan.
"Tapi nak kamu udah jagain Laura sejak kemarin." Ucap Bunda Laura. Nathan tertawa kecil dan menggeleng kecil.
"Enggak Tante. Nathan sayang sama Laura." Ucap Nathan.
"Baiklah. Tapi kamu bisa istirahat sebentar dirumahmu." Ucap Ayah Laura.
"Baik
om Nathan pulang dulu." Ucap Nathan berlalu pergi. Menunggu hari esok
agar bisa menatap Laura. Menunggu Laura terbangun dan kembali melihat
Laura yang mengembangkan senyumnya.
Nathan rindu sosok Laura.
*****
Nathan
duduk terdiam disamping kasur Laura. Ditatapnya gadis itu dengan
perasaan hancur. Nathan tidak ingin Laura pergi meninggalkan nya. Nathan
tidak ingin. Nathan baru saja memulai kisah barunya. Nathan baru saja
sadar bahwa ia benar-benar mencintai Laura.
Nathan
sempat berfikir kenapa dulu dia sempat menyia-nyiakan Laura hanya untuk
gadis bodoh seperti Bila. Nathan hanya bisa menyesali kebodohannya
dulu. Nathan tidak bisa mengubah jalan hidupnya lagi. Yang lalu biar lah
berlalu. Sekarang waktunya menatap masa depan.
"Ara, gue kangen." Ucap Nathan mengelus telapak tangan Laura.
"Bangun dong." Ucap Nathan mengelus kepala Laura lembut.
"Ra,
gue kangen sama lo. Gue kangen liat senyum lo. Gue kangen liat lo
ketawa bareng temen-temen lo. Gue kangen liatin lo dari jauh pas lo
istirahat di kantin. Gue pengen meluk lo sebagai sandaran gue tapi
sekarang gue gak bisa lakuinnya. Gue mau minta maaf Ra gue banyak banget
salah sama lo. Harusnya dari dulu gue tau kalo lo beneran cinta sama
gue. Tapi lo juga tau kan kalo cinta itu bisa buat kita buta segalanya.
Gak peduli akan banyak nya halangan buat kita untuk dapetin cinta itu."
Ucap Nathan. Nathan menghembuskan nafasnya.
"Gue
cuma mau lo sadar aja dan disaat lo sadar orang yang pertama lo liat
itu gue. Orang yang buat lo gak selalu sendiri disitu ada gue Ra. Gue
pengen jadi yang terbaik buat lo." Ucap Nathan. Bagus hanya Nathan dan
Laura saja yang berada di ruangan.
Bunda
dan Ayah Laura sedang ada kerjaan di kantor mereka dan tidak bisa hadir
lebih dulu. Nathan juga tidak ingin membiarkan Laura sendiri.
Tak lamanya pintu ruangan terbuka. Nampaklah disana suster yang membawa nampan berisi makanan dan minuman beserta obat.
"Maaf
mengganggu waktu anda. Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu dari
dokter. Jika pasien bernama Laura sudah sadar, menjelang satu jamnya
setelah sadar pasien harus diberi makan dan meminum obatnya." Ucap
Suster membuat Nathan mengangguk paham. Suster sibuk menaruh makanannya
diatas meja kecil dan memeriksa alat-alat yang menempel pada tubuh
Laura.
"Sus kalau boleh saya tau, penyakit apa yang diindap Laura?" Tanya Nathan.
"Maaf tapi saya tidak boleh memberitau dulu ke siapa pun oleh keluarga Laura." Ucap Suster membenarkan alat bantu oksigen nya.
"Tapi
saya keluarganya sus." Ucap Nathan dengan sedikit paksaan. Nathan ingin
tau apa penyakit sebenarnya yang diindap Laura selama ini. Nathan yakin
ini bukan penyakit biasa.
"Maaf tapi saya tidak boleh memberi tau lebih dulu." Ucap Suster kembali membawa nampan kosongnya.
"Saya permisi." Ucap suster berlalu pergi membuat Nathan mendengus kesal.
Disentuhnya
kembali telapak tangan Laura dan sedikit mengelusnya. Menatap wajah
Laura dalam-dalam. Nathan menikmatinya. Nathan berfikir sekalipun Laura
tidak menunjukan senyumnya ia tetap terlihat cantik. Emosi Nathan meluap
begitu saja saat melihat Laura.
"Gue
bakal nunggu lo disini sampe lo sadar. Kaya dulu lo nunggu gue sampe
gue bener-bener cinta sama lo Ra." Ucap Nathan mengelus pipi Laura penuh
sayang.
Hening.
Hanya
suara pendeteksi detak jantung Laura. Nafas Laura terlihat teratur dari
sebelumnya. Tiba-tiba saja pintu kamar rawat Laura terbuka dengan tiga
orang gadis yang masuk kedalam. Orang pertama yang masuk masih
menghadapkan wajahnya kebelakang.
Nathan
bangkit dari duduk nya saat gadis itu menoleh kan wajahnya menghadap
Laura dan dengan senyum yang tidak bisa Nathan artikan sebagai apa.
Kedua perempuan di belakang nya juga ikut tersenyum dengan kedua
tangannya yang disembunyikan dibelakangnya.
"Bila?"
EMPAT PULUH
Hening.
Hanya
suara pendeteksi detak jantung Laura. Nafas Laura terlihat teratur dari
sebelumnya. Tiba-tiba saja pintu kamar rawat Laura terbuka dengan tiga
orang gadis yang masuk kedalam. Orang pertama yang masuk masih
menghadapkan wajahnya kebelakang.
Nathan
bangkit dari duduk nya saat gadis itu menoleh kan wajahnya menghadap
Laura dan dengan senyum yang tidak bisa Nathan artikan sebagai apa.
Kedua perempuan di belakang nya juga ikut tersenyum dengan kedua
tangannya yang disembunyikan dibelakangnya.
"Bila?" Ucap Nathan terkejut. Bila dan yang lain sama terkejutnya.
"N...Nath?" Ucap Bila masih terdiam di daun pintu. Nathan berjalan mendekati Bila dengan tatapan was-was.
"Lo.mau.ngapain.kesini?" Tanya Nathan penuh penekanan.
"N...Nath
jangan emosi dulu. Niatan gue buat kesini baik. Gue mau nengokin Laura,
soalnya gue....." Ucap Bila terputus oleh celaan Nathan.
"bohong!" Ucap Nathan. Bila memejamkan matanya.
"Nath tolong dengerin Bila dulu." Ucap Tisya. Teman satu geng Bila sejak SMA dulu.
"Oke, mau lo apa?" Tanya Nathan to the point.
"Gue
mau minta maaf sama Laura. Gue mau pindah ke universitas perguruan
tinggi. Orang tua Laura bantu gue supaya gak di keluarin dari sekolah
waktu itu. Orang tuanya nekat soalnya dia gak mau gue gagal." Ucap Bila
panjang lebar.
"Tapi lo emang pantes dapet hukuman itu." Ucap Nathan.
"Nath, please. Niatan gue kesini baik-baik." Ucap Bila.
"Terus itu apa yang lo umpetin?" Tanya Nathan. Bila terdiam.
"Gue lagi ngomong sama orang ya bukan lagi ngomong sama tembok." Ucap Nathan kesal juga.
"Dasar emosional." Ucap Tisya dan Angel bersamaan. Ahh, dia juga membawa Angel yang namanya mirip dengan Angel sahabat Laura.
"Lo
berdua diem. Lo tuh cuma babunya Bila aja. Lo berdua tuh bego banget
mau aja disuruh ini itu sama nih cewe tengil." Ucap Nathan menunjuk
Bila. Bila membulatkan matanya kaget.
"Maaf
Nathan. Tapi itu dulu. Gue bawa bunga buat Laura, nih." Ucap Bila
menunjukan bunga yang sempat disembunyikan dibalik punggungnya tadi.
Kali ini Bila benar-benar serius.
"Temen
gue bawa buah-buahan. Tadinya gue mau kasih suprice. Jujur aja gue
malu, gue bingung mau kasih apa dan gimana nanti mulai duluan. Dan
akhirnya gue lega lo bantu gue buat ngasih semuanya disini. Gue emang
jahat dulu tapi sekarang gue berubah Nath. Gue pergi dulu. Gue masih
sibuk untuk persiapan besok." Ucap Bila masuk kedalam dan menaruh
semuanya diatas meja kecil.
"Makasih
Nath, kalo Laura udah sadar gue titip salam maaf dari gue." Ucap Bila
berlalu pergi bersama Tisya dan Angel. Melewati Nathan yang masih
berdiam diri dan menatap kepergian Bila. Nathan berusaha tidak peduli
dan kembali ke dekat Laura. Nathan menurunkan bokongnya dan kembali
duduk di kursi tepat disamping kasur Laura.
"Ra tadi cewek lenjeh dateng lagi." Ucap Nathan memberi tau seolah-olah Laura mendengarkannya.
"Dia bilang dia mau minta maaf sama lo." Ucap Nathan menyandarkan pundaknya pada kursi.
Tiba-tiba saja handphone Nathan bergetar menandakan ada sebuah panggilan dari seseorang.
Fellu calling ....
Digesernya tombol hijau dan menempelkan handphone nya ditelinga Nathan.
"Halo Nath!"
"Apaan?" Tanya Nathan to the point. Nathan mengeryitkan keningnya bingung saat mendengar suara Fellu yang nampak girang.
"Si Bila udah minta maaf?"
"Lo
tau dari mana?" Tanya Nathan keheranan. Nathan pun berjalan menuju
balkon rumah sakit. Bersandar pada tiang balkon sambil menatap kota
Jakarta yang mulai dilanda macet.
"Dia
minta maaf sama kita-kita terus dia ngasih kita undangan nikahannya. Lo
liat aja undangannya mungkin keselip di plastik yang Bila kasih. Jangan
tanya kenapa lagi lagi gue busa tau karna kita juga dibeliin makanan
disini." Ucap Fellu terkekeh. Terdengar suara sangat berisik disana.
"Nikahan sama siapa?" Tanya Nathan bingung.
"Lo tau Michael kan? Mantannya Laura? Nah mereka nikahan dua minggu kedepan di US." Ucap Fellu membuat Nathan terkejut.
"Anjir, ngasih berita yang bener aja dong lo." Ucap Nathan tidak percaya.
"Serius
Nath gue juga gak nyangka bisa gitu padahal dulu dua-duanya punya
rencana buat nyelakain Laura. Gila gak sih? Ternyata cinta tuh bisa
ngubah semuanya ya." Curhat Fellu.
"Yaudah bagus kalo gitu Laura jadi gak akan kenapa-napa." Ucap Nathan.
"Iyahh gue jadi ngerasa aman deh lebih tenang. Kalo gitu gue putus dulu ya telfon nya, sibuk nih banyak kerjaan." Ucap Fellu. Yaa, Fellu sudah bekerja. Ia tidak ingin kuliah. Dia bilang bahwa ia cape berfikir lagi tentang pelajaran.
"Yaudah thanks infonya." Ucap Nathan lalu sambungan pun terputus. Nathan berbalik badan dan menatap Laura dari kejauhan.
"Nanti kita nyusul mereka ya Ra."
3 bulan kemudian.
Nathan
baru saja selesai mandi dirumahnya. Sarapan dan sebelum berangkat kerja
Nathan ingin menjenguk Laura lebih dulu. Dua bulan yang lalu Nathan
sudah mulai bekerja di perusahaan Ayahnya.
"Nih kunci mobilnya." Ucap Crystall memberi kunci mobil Nathan saat Nathan sedang memakai sepatunya.
"Makasih Bun." Ucap Nathan bangkit dan menyambar kunci mobilnya.
"Hati-hati!" Teriak Crystall saat Nathan sudah memberi salam dan berlari kecil menuju mobilnya.
Dikeluarkan nya mobil sport milik Nathan. Satpam sudah membuka gerbangnya dan Nathan pun melesat menuju rumah sakit.
Nathan tidak ada lelahnya menunggu Laura hingga sadar. Nathan akan terus menunggu, menunggu dan menunggu.
Nathan
tidak sabar melihat Laura sadar dan mengukir senyumnya. Nathan rindu
suaranya. Nathan rindu senyum Laura. Nathan rindu segala kegiatan kecil
yang Laura lakukan untuk Nathan dan selalu menyambar senyum diwajah
Nathan.
Mata
Nathan tidak sengaja melihat toko bunga. Fikiran Nathan langsung
tertuju untuk membeli bunga untuk Laura. Dengan penuh semangat Nathan
menyebrangkan mobilnya dan memarkirkan nya di pinggir jalan.
"Mba bunga mawar berwarna biru dan putih ada?" Tanya Nathan kepada pemilik toko yang sedang menyiram bunga-bunganya.
"Oh ada nak, untuk siapa?" Tanya penjaga toko berjalan ke dalam dan mencari bagian bunga mawar yang ditanamnya.
"Calon istri." Ucap Nathan.
"Oh baiklah. Mau beli berapa?" Tanya pemilik toko lagi.
"Satu
bucket. Yang masih segar ya." Ucap Nathan. Pemilik toko itu mengangguk
dan memotong batang mawar yang sudah tumbuh segar itu. Sampai akhirnya
setelah selesai Nathan membayarnya dan kembali pergi.
Nathan
tersenyum tipis melihat satu bucket mawarnya. Nathan berfikir Laura
akan senang melihatnya walaupun Nathan tau Laura belum kunjung sadarkan
diri.
Tiba-tiba
saja saat tidak jauh jaraknya dari rumah sakit, kucing berwarna hitam
lewat didepan mobil Nathan. membuat Nathan mengerem mendadak dan bunga
mawarnya jatuh kebawah dashboard mobil. Nathan meringis sakit saat
keningnya juga terbentur stir mobil.
"Duhhh."
Ucap Nathan turun dari mobil dan menatap kucingnya baik-baik saja
bahkan sudah kembali berlari saat Nathan keluar dari mobil. Nathan
menghembuskan nafas lega dan kembali masuk kedalam mobil.
Diambilnya bunganya yang jatuh tadi dan melihatnya. Nathan mendengus kesal saat beberapa kelopak bunganya ikut rontok.
"Alah
mending cepet temuin Laura deh." Ucap Nathan kembali melajukan
mobilnya. Saat sampai di rumah sakit, Nathan dengan segera berjalan
menuju lantai 7 kamar bernomor 504.
Namun
saat di lift tiba-tiba saja perasaan Nathan tidak enak. Nathan merasa
dirinya sangat meresahkan Laura. Tidak mau ambil pusing Nathan berfikir
mungkin ini efek dirinya merindukan Laura.
Ting!
Pintu
lift terbuka. Dari kejauhan Nathan bisa melihat sudah ada keluarga
Laura yang sedang berkumpul didaun pintu beserta dokter. Nathan
mengeryitkan dahinya bingung dan kembali berjalan.
Hatinya semakin resah saat mulai terdengar suara orang-orang menangis. Nathan terus berjalan. Berusaha sesantai mungkin.
Hati
Nathan kembali teriris saat melihat ibunda Laura menarik-narik baju
dokter dengan isak tangisnya. Nathan menelan ludah nya susah payah.
Ditepuknya pundak Nathalia hingga dirinya menoleh. Oh, bahkan ada Nathen
disini.
Semua
nampak terkejut dengan keberadaan Nathan. Semuanya kembali diam. Hanya
suara isak tangis yang sedikit demi sedikit masih terdengar.
"Saya permisi, saya harus masih menangani pasien lain." Ucap Dokter berlalu pergi.
"Ada apa ini?" Tanya Nathan. Semua nampak menunduk diam. Nathan menahan air matanya agar tidak keluar.
"Ada.apa.disini?" Tanya Nathan penuh penekanan. Semuanya kembali menangis.
"K...kak...
Laura...". Ucap Nathalia terputus saat Nathan membuka ruang rawat. Mata
Nathan membulat saat ada dua suster yang mencabut alat bantu pernafasan
Laura. Infus beserta lainnya. Wajah Laura ditutup selimut putih yang
tadinya setia menyelimuti nya. Bukan, itu lebih mirip kain.
"ADA APA INI!?" Bentak Nathan tidak terkendali. Suster nampak kaget dan terdiam.
"KENAPA KEKASIH SAYA DICABUT ALAT-ALAT NYA?!!! KENAPA DIA DITUTUPI KAIN PUTIH WAJAHNYA??!!" Suster nampak terlonjak kaget.
"Nathan, biarkan Laura tenang disana nak." Ucap Ayah Laura penuh isak. Semua nya masuk kedalam ruangan.
Hari ini. Hari penghembusan nafas terakhir Laura.
"Gak
om, enggak! Kita udah sama-sama janji untuk sama-sama om." Ucap Nathan
dengan isak tangisnya. Tangannya terasa sangat lemas sampai sebucket
bunga nya terjatuh dilantai sia-sia.
"Hikkss hikss." Isak tangis semuanya memenuhi ruangan ini.
"Laura masih hidup! Enggak ini gak mungkin!!!" Ucap Nathan menjambak rambutnya frustasi.
"Kak udah kak." Ucap Nathen mengelus pundak Nathan namun ditepis begitu saja oleh Nathan.
"Laura
kamu bangun ya sayang. Aku gak suka bercanda. Sayang bangun Yahhh.
Nanti kalo kamu bangun aku janji akan lamar kamu." Ucap Nathan mengelus
wajah Laura yang sudah putih memucat.
"Maaf
tapi pasien harus segera dipindah ruang kan." Ucap Suster. Namun Nathan
memberontak saat tubuhnya ditarik paksa menjauh oleh Nathen dan Ayah
Laura.
"Enggak!!!! Laura!!! Laura masih hidup!!! Laura please!!!" Teriak Nathan histeris saat kasur beserta Laura dipindahkan.
Nathan terus memberontak sampai akhirnya Nathan jatuh berlutut.
"Kenapa kamu pergi Laura? Mana janji kita? Kenapa allah ambil kamu? Kenapa?!!" Ucap Nathan kewalahan dan semuanya menghitam.
Disini lah titik puncak yang dirasakan Nathan.
Dimana
sebuah sayang yang meluap. Dimana rasa keinginan untuk menjaga dan
saling mengasihi tiba-tiba dipaksa untuk hilang. Semua kenangan dipaksa
untuk dilupakan. Dimana seseorang yang paling disayangi direnggut
pemiliknya. Mau tak mau harus bisa diterima. . .
Karena
kehidupan bukan hanya melewati hal-hal yang manis. Namun banyak hal
buruknya juga yang mengajarkan kita kuat untuk menghadapinya.
EXTRA PART
Alexa dan Alexi berjalan dengan santai menuju SMA barunya. Yaa, hari ini hari pertama mereka MOS.
Ah, aku akan memperkenalkan kalian lebih dulu. Alexa dan Alexi ini anak kembar dari Nathan dan Laura.
Alexa cenderung memiliki
sifat yang pendiam dan dingin. Kalau Alexi cenderung pecicilan dan
tidak bisa diam. Oh kedua nya menuruni gen yang berbeda dari orang
tuanya. Alexa berarti menurun Nathan dan Alexi menurun Laura.
Alexa Ranath Heldon.
Anak pertama yang lahir lebih dulu dari Alexi. Teman SMP nya sering
memanggilnya Lexa. Memiliki mata hitam legam. Rambut kemerahan. Tinggi
dan memiliki kulit putih. Bibirnya tipis dan berwarna kemerahan.
Rambutnya cukup lurus dan berponi.
Berbeda dengan Alexi.
Alexi Nathra Heldon.
Anak yang lahir lima belas menit setelah Alexa. Temannya suka
memanggilnya Lexi. Berbeda dengan Alexa, Alexi lebih tomboy dan lebih
suka memakai baju kaos laki-laki. Rambutnya ikal di bagian bawah. Sama
panjangnya seperti Alexa. Rambutnya panjang sepinggang. Mata nya hitam
legam. Sedikit berbeda dibagian kulit dengan Alexa. Alexi lebih ke
coklatan.
"Lexa, baris dimana nih?" Tanya Alexi celingak-celinguk melihat murid sekeliling yang sudah berbaris rapih ditengah lapangan.
Hari ini MOS harus menggunakan baju SMP dan beberapa peralatan MOS yang biasa digunakan.
"Gue tanya kakak itu
deh." Ucap Alexi menarik pergelangan tangan Alexa. Alexa mendengus kesal
saat dirinya ditarik kesana-kemari.
"Lexi ishh sakit." Ucap Alexa memberontak.
"Kak! Kita anak baru.
Mau ikutin kegiatan MOS. Jadi kita baris dimana ya kak?" Tanya Alexi
kepada kakak kelas yang menggunakan rompi OSIS. Di belakang nya terdapat
tulisan OSIS soalnya.
Laki-laki yang tinggi
nya melebihi Alexa dan Alexi itu akhirnya menoleh. Alexi yang tadinya
menunjukan deretan giginya segera melunturkan senyumnya.
Bukan, bukan karena keduanya mengenal lelaki itu. Namun lelaki itu kelewat tampan sampai-sampai Alexi melongo melihatnya.
"Oh baru dateng ya?
Siapa nama kalian?" Ucap lelaki itu membuka buku daftar siswa baru.
Dibuku itu sudah tertulis anak-anak yang masuk kelas berapa. Jadi lebih
mudah mencari barisan upacara hari pertama MOS.
"Alexa dan Alexi." Ucap Alexa cepat. Alexa malas berlama-lama.
"Oh yang kembar itu yah? Tapi mukanya ko agak beda ya?" Tanya lelaki itu. Alexa memutar bola matanya kesal.
"Jadi.....kita baris dimana?" Tanya Alexi.
"Kelas X-IPS 1. Dibaris
ke lima tuh yang pake pita kuning. Nanti dikasih pitanya dan pasang di
baju kalian ya." Perintah lelaki itu.
"REZA!" Teriak anak OSIS lainya. Alexi masih terdiam.
Oh namanya Reza toh. Ucap
Alexi dalam hati. Kali ini Alexa yang menarik Alexi menjauh pergi dan
mulai mengikuti upacara MOS yang pastinya akan melelahkan.
******
Karena
sejak tadi ketua OSIS masih saja bicara dan memperkenalkan isi sekolah,
Alexi memutuskan untuk ke toilet saja. Alexi sangat malas jika harus
keliling terus.
"Haaahhh
nyebelin. Jalan-jalan kesana kemari terus gak ada hentinya." Ucap Alexi
membilas wajahnya. Lalu dengan segera Alexi keluar kamar mandi. Alexi
mencari sosok Alexa yang seharusnya menunggu didepan kamar mandi.
"Yeee
mana sih tuh orang!" Pekik Alexi. Alexi berjalan keluar dari lorong
kamar mandi dan melihat Alexa yang sudah terjatuh dengan laki-laki yang
bersimpuh didepannnya. Alexi mengernyitkan dahinya bingung.
"Kak?" Ucap Alexi membuat keduanya menoleh.
Ini kan kakak cogan tadi? Batin Alexi.
Reza
mengangkat tubuh Alexa dan segera membawanya ke UKS. Alexi masih
terdiam. Masih mencerna apa yang barusan terjadi. Tidak ambil pusing
Alexi mengikuti Reza dibelakangnya.
"Kakak saya kenapa? Dia jatoh? Atau sakit? atau kecapean?" Tanya Alexi beruntun membuat Reza memutar bola matanya malas.
"Dia kepelintir kakinya. Dia main lari-larian aja dan gak tau gue lagi jalan ya jadinya nabrak." Jelas Reza masuk kedalam UKS.
"Yah terus gimana dong." Ucap Alexi.
"Sshhh." Ringis Alexa membuat Alexi menutup matanya. Alexa dibiarkan duduk diatas kasur UKS dan diobati Reza.
"Tahan,
mungkin agak sakit sedikit." Ucap Reza memoleskan minyak disekitar
pergelangan kaki Alexa. Alexa mengangguk dan siap-siap berteriak. Alexi
yang tau hal itu segera berlari keluar dan menutup pintu UKS.
"Aaaaaaaaa!!!!!" Jerit Alexa saat kakinya diputar dan ditarik.
"Uhhhh." Ringis Alexi diluar UKS.
*****
"Lagian
lo tuh yah kak. Masa sama kecoa aja takut sampe lari terbirit-birit
gitu. Gak lucu kan sampe nabrak cogan." Ucap Alexi saat bel pulang
sekolah sudah berbunyi. Alexa meringis sakit saat Alexi menuntunya
berjalan namun langkahnya cepat-cepat.
Memang
tadi Alexa melihat kecoa saat Alexa menunggu Alexi. Alexa sangat takut
dengan binatang itu. Bukan takut sebenarnya namun geli. Jadilah dia lari
keluar dan menabrak Reza.
Alexa
membulatkan matanya saat terdapat kumpulan anak-anak yang sedang
nongkrong di pos sekolah. Namun matanya tertuju pada satu orang, Reza.
Reza ada diantara salah satu kumpulan orang-orang itu.
Reza yang merasa diperhatikan segera menoleh kearah Alexa. Alexa tersentak dan membuang muka.
"Cepet masuk." Perintah Alexi. Alexa mengangguk dan segera masuk kedalam mobil.
"Huuhhh
berat juga bantu lo jalan." Ucap Alexi menghapus keringatnya. Namun
Alexa masih diam. Saat Alexi menjalankan mobilnya keluar sekolah Alexa
melihat bahwa Reza memperhatikan kepergian mobil nya.
Tuh cowo aneh banget. Batin Alexa.
Lalu
keduanya memutuskan untuk segera pulang. Saat mobil Alexa sudah sampai
digarasi rumahnya Alexa segera turun dari mobil dibantu dengan Alexi.
"Woahhhhh,
haeeeeee!! Lah Alexa kenapa?" Tanya Azka. Teman sejak kecil Alexa dan
Alexi. Lelaki yang juga sekolah di SMA yang sama. Namun karena sekolah
harus menjalankan MOS lebih dulu Azka lebih memilih tidak mau masuk.
Katanya MOS itu hanya membuang waktu saja.
"Lo bolos ya?" Tanya Alexi kesusahan membantu Alexa berjalan.
"Iyah, kurang kerjaan banget gue ikut MOS." Ucap Azka acuh lalu memindahkan Alexa ke pelukan nya dan membawa Alexa masuk.
"Kaki lo kenapa? Mamah sama Papah lo lagi kerja jadi rumah sepi." Ucap Azka.
"Tadi gue jatoh." Ucap Alexa. Azka membantu Alexa duduk di sofa.
"Bi Ningsih! Ambilin kompres air anget ya sama kain." Ucap Azka.
"Baik den, loh non Alexa kenapa?" Tanya bi Ningsih.
"Jatuh bi. Azka mau ngobatin." Ucap Azka.
"Gaya lo. Giliran gue yang jatoh aja di biarin. Huh!" Ucap Alexi membuang muka. Alexa tertawa kecil.
"Lo mah kan Laki! Alexa mah kan cowe!" Ucap Azka meledek.
"Kurang
ajar lo." Ucap Alexi melempar kacang yang sudah dikupas kulitnya ke
arah Azka. Dengan sigap Azka membuka mulutnya. Dan masuk!
"Makasih kacang nya." Ucap Azka nyengir. Alexa memutar bola matanya malas dan menjatuhkan tubuh nya diatas sofa.
"Ini Den." Ucap bi Ningsih.
"Makasih bi." Jawab Azka. Dengan segera Azka mengkompres kaki Alexa yang sedikit membengkak.
"Makasih ya Ka." Ucap Alexa. Azka tersenyum tipis dan mengangguk.
Alexa
terdiam. Membiarkan Azka mengobati kakinya. Sedangkan Alexi sibuk
memakan kacang serta menonton televisi tayangan spongesbob kesukaannya.
Kakinya dibiarkan naik satu diatas sofa. Benar-benar tomboi.
Kenapa Reza mirip banget ya sama Azka? Batin Alexa bertanya-tanya.
BONUS PART I
Semua
nampak terkejut dengan keberadaan Nathan. Semuanya kembali diam. Hanya
suara isak tangis yang sedikit demi sedikit masih terdengar.
"Saya permisi, saya harus masih menangani pasien lain." Ucap Dokter berlalu pergi.
"Ada apa ini?" Tanya Nathan. Semua nampak menunduk diam. Nathan menahan air matanya agar tidak keluar.
"Ada.apa.disini?" Tanya Nathan penuh penekanan. Semuanya kembali menangis.
"K...kak...
Laura...". Ucap Nathalia terputus saat Nathan membuka ruang rawat. Mata
Nathan membulat saat ada dua suster yang mencabut alat bantu pernafasan
Laura. Infus beserta lainnya. Wajah Laura ditutup selimut putih yang
tadinya setia menyelimuti nya. Bukan, itu lebih mirip kain.
"ADA APA INI?!!" Bentak Nathan tidak terkendali. Suster nampak kaget dan terdiam.
"KENAPA KEKASIH SAYA DICABUT ALAT-ALAT NYA?!!! KENAPA DIA DITUTUPI KAIN PUTIH WAJAHNYA??!!" Suster nampak terlonjak kaget.
"Nathan, biarkan Laura tenang disana nak." Ucap Ayah Laura penuh isak. Semua nya masuk kedalam ruangan.
Hari ini. Hari penghembusan nafas terakhir Laura.
"Gak
om, enggak! Kita udah sama-sama janji untuk sama-sama om." Ucap Nathan
dengan isak tangisnya. Tangannya terasa sangat lemas sampai sebucket
bunga nya terjatuh dilantai sia-sia.
"Hikkss hikss." Isak tangis semuanya memenuhi ruangan ini.
"Laura masih hidup! Enggak ini gak mungkin!!!" Ucap Nathan menjambak rambutnya frustasi.
"Kak udah kak." Ucap Nathen mengelus pundak Nathan namun ditepis begitu saja oleh Nathan.
"Laura
kamu bangun ya sayang. Aku gak suka bercanda. Sayang bangun Yahhh.
Nanti kalo kamu bangun aku janji akan lamar kamu." Ucap Nathan mengelus
wajah Laura yang sudah putih memucat.
"Maaf
tapi pasien harus segera dipindah ruang kan." Ucap Suster. Namun Nathan
memberontak saat tubuhnya ditarik paksa menjauh oleh Nathen dan Ayah
Laura.
"Enggak!!!! Laura!!! Laura masih hidup!!! Laura please!!!" Teriak Nathan histeris saat kasur beserta Laura dipindahkan.
Nathan terus memberontak sampai akhirnya Nathan jatuh berlutut.
"Kenapa kamu pergi Laura? Mana janji kita? Kenapa allah ambil kamu? Kenapa?!!" Ucap Nathan kewalahan dan semuanya menghitam.
Disini lah titik puncak yang dirasakan Nathan.
Dimana
sebuah sayang yang meluap. Dimana rasa keinginan untuk menjaga dan
saling mengasihi tiba-tiba dipaksa untuk hilang. Semua kenangan dipaksa
untuk dilupakan. Dimana seseorang yang paling disayangi direnggut
pemiliknya. Mau tak mau harus bisa diterima. . .
Karena
kehidupan bukan hanya melewati hal-hal yang manis. Namun banyak hal
buruknya juga yang mengajarkan kita kuat untuk menghadapinya.
******
Jam 00:00 WIB
Nathan
menatap pintu ruang kamar mayat dengan tatapan kosong. Sejak tadi
Nathan tidak ingin pulang kerumah. Walau sudah dipaksa bagaimana pun
caranya Nathan tetap memberontak. Kini hanya tersisa Nika, Fiona, Nathen
dan Nathalia yang menemani Nathan.
Matanya
mulai memiliki kantung mata yang cukup besar akibat terus-terusan
menangis. Wajahnya merah. Nathan terlihat berantakan. Sedikit waktu
terlewati terkadang Nathan tertawa dan menangis sendiri. Nathan juga
mengatakan bahwa baru saja dia melihat Laura menyentuh tangannya namun
nyatanya itu tidak nyata.
"Bang,
mau sampe kapan disini?" Ucap Nathen mengelus pundak Nathan. Nathan
hanya terdiam menatap sebucket bunga yang ia beli. Kelopak nya
berjatuhan secara perlahan jika digerakan.
"Nath biarin Laura tenang disana." Ucap Fiona. Nika tertawa kecil.
"Haha
Laura, hmm kenapa sih kamu tinggalin aku? Kenapa kamu gak disini aja?"
Ucap Nathan berbicara sendiri. Fiona menatap suaminya tanda bahwa ia
benar-benar kasihan dengan Nathan.
"Kalo
kamu disini nanti kita jalan-jalan keluar negri bareng-bareng kamu mau
kan?" Ucap Nathan lagi yang mulai menangis. Hatinya sesak. Seperti
ditiban ribuan beban yang sangat berat. Nathan tidak tahan lagi.
Akhirnya Nathan memutuskan untuk melihat Laura sekali lagi didalam.
Rasa
takutnya untuk masuk kedalam digantikan dengan rasa rindu yang
mendalam. Rasanya Nathan ingin melihat wajah nya lagi dan lagi. Dengan
penuh isak tangis Fiona dan Nika mengikuti Nathan. Menjaganya dari jarak
jauh.
"Natha, Nathen kamu tunggu sini." Ucap Nika mengikuti Nathan masuk kedalam ruang mayat.
Nathan
memperhatikan tiap langkah kaki nya. Air matanya kembali mengalir.
Nathan terlihat sangat lelah. Langkah nya berhenti tepat disamping kasur
Laura. Air matanya kian menderas.
"Hai
Ra." Ucap Nathan memejamkan matanya. Fiona menghembuskan nafas dan
menyandarkan kepalanya dipundak Nika. Fiona tidak kuasa menahan air
matanya juga.
"Aku disini, aku yang bakalan nemenin kamu disini. Aku tau kamu disini." Ucap Nathan membuka kain yang menutupi wajah Nathan.
"Raa,
bangun yah. Jangan biarin gue sendiri. Gue sayang banget sama lo Ra. Lo
harus tau hati gue cuma buat lo aja bukan yang lain." Bisik Nathan.
Kakinya sangat lemas hanya digunakan untuk berdiri.
"Ra, please." Gumam Nathan menggenggam tangan Laura.
"Nath biarin Laura tenang dulu yah." Ucap Nika menuntun Nathan agar segera keluar. Nathan menggeleng cepat.
"Gak, gue yakin Laura disini. Pleaseee biarin gue disini." Ucap Nathan menangis memohon.
"Ayo Nath." Ucap Fiona masih menangis.
Mata Nathan membulat mengetahui tangan Laura sedikit bergerak. Dengan kasarnya Nathan mendorong Nika agar menjauh.
"Laura?!!" Ucap Nathan kaget. Nika dan Fiona juga membulatkan matanya saat tangan Laura terlihat bergerak.
"Laura masih hidup!!
Cepet panggil dokter." Ucap Fiona. Tanpa berkata apapun Nika langsung
berlari keluar. Laura kembali pulih keadaan nya. Matanya sudah terbuka
dan nafasnya kembali teratur.
"Laura tahan ya sebentar
lagi dokter dateng." Ucap Nathan mengelus tangan Laura. Dengan langkah
cepat dokter dan suster datang membawa Laura kembali ke ruang rawat.
"Kak ada apa?" Tanya
Nathalia dan Nathen bersamaan setelah melihat Nathan lari terburu-buru
mengikuti dokter dan lainnya yang membawa Lau
"Laura kembali sadar."